Empat Belas

367 31 0
                                    

Tulisan ini dipublikasikan juga di medium @yourstory

Selamat membaca ✨

***

Hadinata mengerutkan keningnya ketika melihat seseorang yang ia kenali sedang tertawa bersama Daffa. Mempercepat langkahnya, Hadinata segera menghampiri meja yang dipesan Daffa untuk merayakan kenaikan jabatannya. Seingatnya Daffa berkata jika ia akan mengajak beberapa teman kantornya, dan seharusnya seseorang itu tidak termasuk ke dalam daftar orang yang akan diundang oleh Daffa. Namun, kenapa seseorang itu bisa berada di sana?

"Akhirnya captain kita datang juga. Apa kabar?" tanya Daffa sembari berdiri untuk menyambut Hadinata.

"Baik." Hadinata melirik seseorang yang sejak tadi menjadi fokusnya.

"Sania apa kabar?" Daffa beralih menyapa seorang perempuan yang datang bersama dengan Hadinata.

Perempuan yang disapa dengan Sania itu tersenyum dan menjulurkan tangannya untuk bersalamanan. "Kabar baik. Btw, selamat, ya, Daff."

"Makasih kalian udah dateng. Oh iya kenalin temen kantor gue. Ada Alden, Wira, Fania, Keisya, Wisnu, dan Lyra. Nah kalau yang ini temannya Lyra namanya Esha kalau lo mah pasti kenal kan, Capt." Daffa menunjuk satu persatu temannya memperkenalkan mereka.

"Guys kenalin temen gue Hadinata dan Sania." Daffa mengarahkan tangannya ke Hadinata dan Sania yang masih berdiri. Hadinta dan Sania sontak tersenyum dan menundukkan kepala sebagai tanda sapaan.

"Duduk, duduk," ujar Daffa menarik kursi di sebelahnya mempersilakan Sania untuk duduk. Hadinata menarik kursi di sebelah Esha, entah keberuntungan jenis apa yang jelas hanya kursi di sebelah Esha yang belum ditempati dan Hadinata bersyukur untuk itu.

Esha menolehkan kepalanya menatap Hadinata kemudian Sania yang duduk di hadapan Hadinata. Banyak pertanyaan yang saat ini berada di kepalanya, tetapi sejak pertemuannya dengan Lina rasanya Esha masih enggan untuk berbicara dengan Hadinata.

Daffa memanggil seorang pramusaji untuk menuliskan pesanan Hadinata dan Sania karena yang lainnya telah memesan makanan terlebih dahulu. Tanpa berpikir lama Hadinata menyebutkan pesannya yang membuat Daffa mengerutkan keningnya heran. Pramusaji tersebut kembali pergi setelah selesai mencatat pesanan. Meja kembali ramai dengan berbagai perbincangan mulai dari pekerjaan hingga gosip yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial.

"Oh jadi Hadinata sama Sania tuh kerjanya di satu maskapai?" Sania mengangguk mengiyakan ketika Lyra bertanya mengenai dirinya.

Daffa menolehkan kepalanya ke arah Hadinata. "Capt kenapa Zio gak diajak?"

"Besok Zio sekolah dan acara ini bisa sampai malam. Zio perlu istirahat," ucap Hadinata.

"Gak baik juga anak kecil tidur malem-malem, Daff," ujar Sania yang disetujui oleh yang lainnya.

"Mantan calon mamanya Zio pengertian banget, ya," ucap Daffa yang dibalas delikan oleh Sania.

Lyra tersedak tiba-tiba membuat seluruh perhatian terarah kepadanya. "Sorry, btw Daff lo bisa kenal sama Sania gimana awalnya?" tanya Lyra berusaha mengalihkan pembicaraan.

Daffa menatap Sania kemudian kembali menatap Lyra. "Awalnya kenal lewat Hadinata karena mereka satu maskapai. Waktu itu juga Sania sempet ketemu Zio beberapa kali ya jadinya gue kenal juga deh."

Hadinata sama sekali tidak peduli dengan pembicaraan mengenai dirinya dan Sania. Saat ini Esha yang pendiam lebih menarik bagi dirinya, sejak kapan Esha menjadi pendiam seperti ini? Berapa banyak hal yang ia lewatkan?

"Sakit?" tanya Hadinata.

"Mas ngomong sama saya?" Esha menunjuk dirinya sendiri dengan wajah heran.

Hadinata berdecak. "Iya, kamu lagi sakit?"

"Enggak. Saya sehat, Mas. Lagipula kenapa Mas tiba-tiba tanya kaya gitu?"

"Kamu biasanya rame sekarang diam aja," ujar Hadinata.

Esha mencebikkan bibirnya. "Ya, masa saya harus teriak-teriakan di sini."

Hadinata tidak lagi membalasnya karena beberapa pramusaji yang datang mengantarkan pesanan milik mereka. Melihat minuman di hadapannya dengan segera Esha menarik gelas tersebut mendekat. Namun, belum sampai sedotan menempel ke mulutnya gelas tersebut kembali menjauh karena tarikan dari Hadinata. Esha menatapnya dengan pandangan bertanya ketika Hadinata menukar minuman mereka.

"Jangan minum soda terus. Minum punya saya aja, sengaja saya pesen milkshake strawberry." Hadinata meletakkan gelas miliknya tepat di hadapan Esha dan ia dengan tenangnya meminum minuman yang sebelumnya adalah milik Esha.

***

The Right Woman On The Right Place [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang