Tujuh Belas

385 22 0
                                    

Tulisan ini dipublikasikan juga di medium @yourstory

Selamat membaca ✨

***

Esha menatap ke dalam kolam renang dengan pandangan meneliti. Mengira seberapa dalam kolam yang berada di hadapannya. Setelah beristirahat sejenak Zio dengan semangat mengajak seluruhnya untuk berenang. Salah satu kegiatan yang sejak awal dinantikan olehnya.

"Zio jangan turun ke kolam dulu, ya," ucap Esha sembari menarik tangan Zio pelan dan mengajaknya duduk di salah satu kursi di pinggir kolam.

Zio mengerutkan keningnya. "Kenapa emangnya?"

"Itu dalem kan kolamnya? Meskipun Zio bisa berenang Kak Esha tetap khawatir kalau nanti ada apa-apa Kak Esha gak bisa bantu Zio karena Kak Esha belum bisa berenang. Jadi tunggu Papa ke sini sebentar gapapa kan?" tanya Esha dengan pandangan lurus ke arah Zio yang duduk berhadapan dengannya.

Mengedarkan pandangan, Esha memperhatikan setiap sudut vila yang saat ini ia tempati. Sangat luas dan memiliki fasilitas yang lengkap. Esha mulai berpikir berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membangun vila sebagus ini. Namun, terlepas dari biayanya tempat ini terkesan sangat nyaman. Rasanya berapa pun biaya yang dihabiskan untuk bangunan ini sangatlah sepadan.

Kembali mengingat percakapannya dengan Hadinata di mobil mengenai lagu kesukaannya membuat khayalannya terbang semakin tinggi. Membayangkan mengabiskan waktu dengan Hadinata dan Zio untuk menentukan dekorasi suatu ruangan sangat menyenangkan atau membuat sarapan bersama sebelum penghuni rumahnya menjalankan aktivitas masing-masing. Dan malam menjadi waktu yang paling ditunggu karena dapat kembali berkumpul bersama orang yang dicintai sekadar berbagi pelukan atau mendengarkan cerita. Bukankah hal tersebut sangat menyenangkan? Dalam bayangan saja membuatnya kesulitan untuk mengendalikan rasa bahagia bagaimana jika menjadi kenyataan?

Esha ingat, bundanya pernah berkata mungkin saja kenyataan tidak akan seindah yang ada di dalam khayalan. Namun, setidaknya kita telah berusaha untuk mewujudkannya. Prosesnya juga tidak akan mudah, tetapi jika kita melewatinya bersama bukankah itu sangat indah? Bundanya juga berkata jika proses inilah yang memberikan kita pengalaman yang tidak akan pernah terukur harganya. Suatu hari nanti di masa depan kita akan kembali menoleh ke belakang dan melihat sepanjang apa jalan yang sudah dilalui. Mungkin kita akan terkejut dan heran bagaimana kita bisa melaluinya. Jika saat itu tiba bukankah kita perlu memberikan apresiasi kepada diri sendiri?

"Kak Esha." Rasa dingin di pipinya membuat Esha mengerjap beberapa kali. Menjauhkan wajahnya dari rasa dingin yang membuatnya sedikit terkejut. Netranya dihadapkan dengan segelas minuman dingin yang dipegang erat oleh Zio.

"Kak Esha kenapa bengong?" tanya Zio dengan sorot mata yang menyiratkan kebingungan bahkan keningnya mengerut selama beberapa sekon.

Esha mengambil gelas yang sebelumnya di pegang oleh Zio dan meletakannya kembali ke meja. "Kak Esha lagi berpikir kalau tiga hari di sini pasti akan menyenangkan. Soalnya ada Zio."

"Pasti dong," ucap Zio bangun dari posisi duduknya menjadi berdiri di hadapan Esha. Zio yang berdiri dan Esha yang duduk membuat tinggi keduanya sama dan hal ini memudahkan Zio untuk memeluk Esha. Mendapat pelukan secara tiba-tiba dari Zio membuat Esha tersenyum. Senyumnya semakin berkembang ketika dari kejauhan terlihat Hadinata yang telah berganti dengan baju renang berjalan ke arahnya dan Zio.

"Zio kenapa?" tanya Hadinata sedikit heran melihat Zio yang memeluk Esha erat. Apa ada hal yang ia lewati di sini?

"Seneng karena bisa liburan bareng," jawab Zio setelah melepaskan pelukannya, "ayo kita berenang Zio udah gak sabar," lanjutnya dengan tangan kanan yang menarik Hadinata menuju kolam renang.

The Right Woman On The Right Place [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang