Tiga

752 37 0
                                    

Tulisan ini dipublikasikan juga di medium @yourstory

Selamat membaca ✨

***

"Mas mau mampir dulu?" Esha melirik jam tangannya sekilas kemudian menatap Hadinata yang duduk dibalik kemudi.

Hadinata menolehkan kepalanya, menatap Esha kemudian Zio yang duduk di belakang dan menatapnya penuh harap. "Boleh?"

"Boleh, Mas. Kenapa enggak. Zio mau masuk dulu ke rumah Kak Esha?" Zio mengangguk dengan semangat. Tentunya ia tidak akan melewatkan kesempatan untuk bersama Esha lebih lama.

Esha keluar lebih dulu dari mobil untuk membuka gerbang rumahnya yang masih terkunci. Hadinata berniat membantu Esha, tetapi suara pintu gerbang yang didorong mengurungkan niatnya. Esha melambai dari luar meminta Hadinata untuk segera memarkirkan mobilnya.

Zio turun terlebih dahulu setelah mobil terparkir sempurna. Tanganya dengan cepat meraih tangan Esha dan menggenggamnya, membiarkan Hadinata berjalan di belakangnya. Hadinata menggelengkan kepalanya, kenapa Zio bisa bersikap sesantai itu kepada Esha?

"Terima kasih udah izinin kami mampir," ucap Hadinata setelah menjatuhkan tubuhnya ke salah satu sofa yang berada di ruang tamu.

"Sama-sama, Mas. Mau minum apa? Biar saya ambilin," ujar Esha.

"Nanti aja, Esha."

"Kalau gitu saya tinggal sebentar gapapa? Mau ke kamar mandi sekalian ambil baju dan tas sekolah Zio tadi," pamit Esha sedikit tidak enak karena harus meninggalkan tamunya tanpa menghidangkan apa pun.

"Silakan Esha, ini rumah kamu kalau kamu lupa."

Esha meringis mendengarkan balasan Hadinata. Dengan segera Esha pergi ke kamarnya setelah memberi tau Hadinata letak kamar mandi dan dapurnya. Meskipun Zio tau karena tadi sempat mampir terlebih dulu, tidak ada salahnya kan kembali memberi tau untuk berjaga-jaga.

Selepas kepergian tuan rumah Hadinata mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah. Bukan rumah yang besar, tetapi terasa sangat nyaman.

"Papa, Zio baru ingat kalau ada tugas math," ucap Zio dengan pandangan ke bawah, tidak berani menatap Hadinata. Zio takut karena Hadinata tidak suka dengan orang yang tidak bersikap disiplin.

"Bukunya ada di tas?" tanya Hadinata.

Dengan gerakan perlahan Zio mengangkat kepalanya. "Ada."

Esha yang baru kembali dari kamarnya menatap heran kearah keduanya. "Maaf saya lama, ya?" tanya Esha memecahkan keheningan.

"Enggak kok, Kak Esha," sahut Zio dengan cepat. Esha memilih tidak lagi bertanya dan meletakkan paper bag berisi seragam Zio dan tas sekolahnya ke atas meja.

"Kak Esha, Zio ada tugas sekolah kalau kerjain di sini boleh?" tanya Zio.

"Boleh dong, Zio ada tugas apa?"

"Tugas math."

"Ayo dikerjain sekarang." Esha berpindah duduk ke atas karpet, begitupula dengan Zio agar keduanya lebih dekat dan nyaman ketika menulis di meja. Hadinata diam memperhatikan keduanya yang lagi-lagi seperti melupakan keberadaannya.

***

The Right Woman On The Right Place [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang