Tulisan ini dipublikasikan juga di medium @yourstory
Selamat membaca ✨
***
"Sha, menurut lo bagusan yang mana. Ini atau ini?" Lyra menunjukan dua kain batik dengan motif dan warna yang berbeda.
Esha meneliti kedua batik tersebut dengan saksama. Memperhatikan setiap detail yang terdapat pada kedua batik. "Dua-duanya bagus, Ly."
"Salah emang gue tanya sama lo," ujar Lyra tanpa menatap Esha yang terkekeh di sebelahnya.
Sebenarnya Esha bukanlah orang yang suka berbelanja, ia tidak terlalu suka menghabiskan waktu dengan berkeliling mall memasuki satu toko kemudian beralih ke toko lainnya. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat melelahkan. Biasanya ia akan berbelanja sesuatu yang memang diperlukan. Berbeda dengan Lyra yang sangat suka berbelanja, baginya bisa melihat berbagai barang yang berada di toko tanpa membelinya pun termasuk hal yang menyenangkan.
Dan semua kunjungan Esha ke mall hampir seluruhnya karena ajakan dari Lyra. Ia ingat ketika akhir tahun biasanya setiap toko memberikan diskon yang cukup besar untuk para pengunjungnya. Pada hari itulah ia akan menghabiskan hampir seharian untuk menemani Lyra berburu diskon. Esha tentu ikut membelinya, tetapi tidak sebanyak Lyra.
"Tapi emang beneran bagus kok dua-duanya." Esha menunjuk beberapa detail yang terdapat di kain pilihan Lyra.
Lyra mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. "Duh bingung banget. Gue tanya warna kesukaan eyang gue dulu deh ke mama."
"Katanya lo mau cari batik buat Hadinata, gak mau liat dulu? Lo kalau mau liat dulu gapapa, nanti gue ke sana habis nentuin pilihan kain."
"Yaudah, kalau gitu gue cari batik buat Mas Nata dulu, ya." Esha meninggalkan Lyra yang mengangguk sembari berbicara di telepon.
Memperhatikan sekelilingnya, tak banyak orang yang mengunjungi toko ini. Hanya ia, Lyra, dan tiga orang lainnya. Suara Lyra bahkan samar-samar masih dapat ia dengar.
Dibantu oleh seorang karyawan toko Esha mulai memilih beberapa batik yang menurutnya cocok untuk dikenakan oleh Hadinata.
"Yang ini size untuk anak-anaknya ada gak, Mas?" Esha memperlihatkan batik berwarna coklat kepada karyawan toko yang dengan setia berdiri tak jauh darinya.
"Ada, Kak tapi untuk yang dewasanya tinggal ukuran M aja." Karyawan toko menjelaskan sembari tersenyum dengan ramah.
"Yah kalau M gak akan muat sama suami saya," ujar Esha kembali menggantung batik yang sebelumnya ia pegang.
Tangannya kembali bergerak memilih motif lainnya. "Kalau yang ini ada, Mas?" tanya Esha kembali.
"Mohon ditunggu, Kak saya cek terlebih dahulu, ya." Esha mengangguk sebagai jawab mempersilakan karyawan toko tersebut untuk memeriksa persediaan barang.
"Gimana udah dapet?" Lyra menghampiri Esha setelah memilih kain batik yang akan diberikan kepada eyangnya.
"Ini bagus tapi ukurannya cuma ada M. Gak akan muat sama Mas Nata." Esha memperlihatkan batik yang sebelumnya ingin ia berikan kepada Hadinata.
"Iya bagus sih. Terus karyawan toko yang tadi kemana?" tanya Lyra.
"Mau cek yang ini ada ukurannya atau enggak. Soalnya tadi gue bilang kalau M gak muat sama suami gue," ucap Esha dengan pandangan lurus ke arah batik berwarna hitam.
"Suami? Sha yang bener aja." Lyra menepuk pundak kanan Esha cukup kencang.
Esha menghindar begitu tangan Lyra kembali bergerak. "Sakit kenapa mukul-mukul sih.
"Suami apanya?" Lyra menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan perilaku Esha.
"Ya gapapa dong. Harusnya lo doain biar gue sama Mas Nata jadi suami istri beneran."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Woman On The Right Place [END]
FanfictionPertama kali mendapatkan tawaran untuk menjadi pasangan kontrak selama satu bulan terdengar begitu aneh dan tidak biasa. Orang gila mana yang mau bekerja menjadi pasangan kontrak? Ya, Esha termasuk ke dalam orang gila itu. Mencari pekerjaan begitu s...