Hal yang bisa membuat manusia hilang akal, bukan karena gila akan sesuatu yang diobsesi kan. Namun, karena tidak bisa mengontrol perasaan hilang akal karena tidak bisa mengontrol perasaan sendiri . . . Sehingga membuat mereka lepas kendali.
Perempuan bercelana jeans putih gading dengan paduan kaos hitam sangat terlihat pas di badan yang sedikit mungil itu, ditambah dengan jas putih almamater sebagai ciri khas seorang dokter.
Matanya memandang lurus ke arah objek dan berbagai peralatan di meja praktek, ia sama sekali tidak memiliki semangat hari ini.
"Bun," panggil seseorang di ambang pintu, tangannya melambai menyuruh perempuan yang tidak memiliki semangat itu untuk mendekat.
Lelaki itu tersenyum, "Titip ya," ucapnya sambil meletakan sebuah kotak kecil ke tangan Embun, perempuan itu hanya menganggukkan kepala. Entah keberapa kalinya ia menerima titipan hadiah hari ini untuk sang kakak, mempunyai identitas sebagai seorang adik salah satu penguasa dunia entertainment sangat melelahkan. Itu yang ada dalam pikiran perempuan tersebut.
Matanya menatap kosong ke arah kotak kecil yang diberikan oleh seseorang tadi.
Tangan perempuan itu menerima dengan baik hadiah-hadiah yang di titipkan kepadanya untuk seorang wanita yang sangat terkenal Salju Katya Jaya, padahal sebelumnya tidak ada sama sekali yang mengetahui identitas Embun. Namun saat pengambilan raport kelas sebelas SMA kehadiran Salju di sekolah Embun membuat semua orang terkaget, hingga saatnya mereka mengetahui bahwa perempuan seperti Embun adalah seorang adik dari wanita terkenal itu.
"Adiknya Salju si model terkenal itu, ya?" tanya seorang lelaki yang saat itu menghampiri Embun yang tengah duduk santai di bangku taman fakultasnya.
Kehadiran lelaki itu membuat Embun kaget, bisa-bisanya seorang senior terkenal menghampirinya. Perempuan itu tersenyum sebagai tanda menghormati lelaki di sampingnya itu, namun matanya menatap ke arah sekitar memastikan tidak ada yang melihat bahwa lelaki most wanted yang paling di gemari itu sekarang ada di dekatnya.
"Kenapa ya, kak?"
Lelaki itu tersenyum ke arahnya, tangannya mencari sesuatu di dalam ransel coklat nya. "Nih,"
"Owh, fansnya ka Salju, ya?" tangannya meraih kotak kecil yang kemungkinan berisi gelang atau kalung di dalamnya. "Nanti aku sampaikan ke orangnya,"
Lelaki itu menggeleng kuat, menyangkal kuat perkataan Embun. "Buat lo,"
Perkataan lelaki disampingnya membuat Embun sulit bernafas, bukan karena hadiah tersebut tetapi karena lelaki most wanted yang memberikan hadiah itu kepadanya. Untuk pertama dan kali pertama ada orang yang memilih memberi hadiah kepadanya bukan kepada perempuan yang menyandang sebagai kakaknya.
Melihat lelaki di sampingnya, Embun merasa lelaki itu seperti– red Velvet.... seolah mewakili banyak rasa menjadi satu kesatuan yang unik dan berbeda. Unik.
"Kenapa?" tanya Embun setelah seorang temannya menyenggol bahunya sehingga ia kembali ke dunianya sekarang.
"Yang tidak ingin ikut praktek bareng saya, silahkan keluar." lelaki berjas putih itu menunjuk pintu keluar.
Matanya sedikit mendelik kaget, bahkan sekarang ia mengikuti telunjuk kanannya yang menunjuk ke arah pintu keluar. Gawat, perempuan itu mahasiswi akhir yang akan merangkak menjadi seorang dokter walaupun rasanya sangat tidak lah mungkin. Dan sekarang harus berurusan dengan lelaki yang sekarang menatapnya datar?
"Maaf ka, saya tidak akan mengulangi lagi!" ucap Embun meminta ampun.
Ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan memaafkan, ia mengabaikan perkataan Embun dan milih mendekat meja praktek.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAUT RASA
RomanceEmbun yang mengikuti alur hidup seperti air, Gema si lelaki seperti red Velvet yang mempunya sifat aneka rasa. Seperti red Velvet, perpaduan berbagai rasa yang unik. Dan Biru, lelaki melow namun Embun sayang. Ketiganya seperti perpaduan red Velvet y...