Kedua tangan kami bertumpu di atas besi kuning pinggir jalan, lebih tepatnya di atas jembatan layang yang menghadap langsung ke arah kompleks pemulung. Melihat lampu-lampu yang perlahan mati di bawah sana membuat aku sedikit tenang, bahkan angin malam yang menerpa kami berdua sedikit pun tidak merasa terganggu untuk mengeluh kedinginan.
"Bun ..." kepalaku menengok ke arahnya, "Hidup berjalan ... Seperti ba–Jingan ..." lanjutnya dengan cengiran khasnya.
Tidak pernah aku pikirkan sama sekali mengapa aku punya teman seunik ini sih? Biru selalu saja menyambung- nyambungkan namaku dengan lagu yang di bawanya.
Tangannya bergerak untuk merapikan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin malam, matanya masih menatap kearah sana. Hingga semua lampu yang kami lihat menyala sudah sepenuhnya mati, sudah tidak ada lagi lampu yang menyala.
"Udah pada tidur semua kali," ucap Biru dengan punggung bersandar di besi kuning itu, aku ikut berbalik dan membelakangi kampung pemulung itu atau lebih tepatnya sekarang sudah menjadi kompleks.
Tidak ada jawaban dariku, mataku mengikuti beberapa kendaraan yang berlalu lalang di hadapan kami. Tidak seramai waktu siang.
"Loe seriusan akan tunangan sama Gema?" tanyanya yang berhasil membuat kepalaku langsung mendongak ke arahnya.
Aku bisa melihat dengan jelas ada genangan air di pelupuk mata Biru, tubuhnya bergerak berbalik sehingga sekarang menghadap ke arahku. Sangat terlihat jelas, sekali saja Biru mengedip kan matanya cairan itu pasti akan menetes.
"Bir,"
"Gue gak punya Bir," ucapnya dengan nada sedikit tercekat, kedua tangannya bergerak menekan kedua matanya untuk menghentikan cairan itu yang akan lolos keluar.
Kedua tanganku bertautan di hadapan rok tutu yang aku kenakan, kepalaku menunduk menatap sepatu kits berwarna putih yang masih aku gunakan. Kedua bola mataku sudah memanas, entah mengapa kemelow'an Biru menular.
"Biru ..." panggilku dengan nada bergetar karena terasa tertahan di tenggorokan. Air mata itu berhasil keluar setelah aku merasakan tangan kekar dan tubuh hangat itu merengkuh tubuh mungilku.
Wajahnya ia sembunyikan di tengkuk leherku, sehingga aku merasakan deru nafasnya yang saling memburu ... Aku yakin Biru tengah menangis sesenggukan di sana. Tanganku bergerak untuk membalas rangkulan lelaki berkaos putih itu, dan semakin aku rasakan lelaki itu mengeratkan pelukannya seolah dia tidak ingin kehilangan.
"Tolong jangan lakukan itu, Bun! Jangan mempersulit hidup," ucapnya di sela isakannya.
Mempersulit? Aku bahkan tidak paham apa itu definisi sulit, Biru. Semua yang aku jalani bukan yang aku mau, aku hanya mengikuti arus ... Seperti yang Bapak bilang. Aku selayaknya air.
Lucu sekali, dua anak manusia yang di tinggalkan, sok-sok'an kuat dan sekarang tengah menangis di atas jembatan. Semut pun menggelengkan kepalanya heran.
Mungkin benar kata Biru, yang mengibaratkan hidup seperti seorang bajingan. Aku seorang perempuan bajingan yang mempersulit hidup.
Tanganku melingkar manis di perut lelaki yang tengah memboncengku, hembusan angin malam yang membuat rambut coklat tua ku berterbangan dan rok tutu putih ku melambai-lambai. Sangat indah jika di definisikan. Deru kendaraan yang tidak terlalu ramai, efek lampu jalan berwarna oranye, suara klakson yang terdengar indah di telinga, suara hembusan nafas yang teratur, dan lirik lagu yang di nyanyikan oleh Biru.
"Bun ..."
Aku tersenyum mendengarnya memanggil sepenggal namaku, dan aku yakin kemana arah panggilan tersebut.
"Hidup, berjalan seperti bajingan ..." mulutku terbuka mengikuti sepenggal lirik yang di nyanyikan Biru.
"Seperti landak yang tak punya teman...
Ia menggonggong bak suara hujan...
Dan kau pangeranku yang mengambil peran...
Sedikit ku jelaskan tentangku dan kamu agar seisi dunia tahu...
Keras kepala ku sama dengan mu.
Caraku marah, caramu tersenyum...
Seperti detak jantung yang bertaut ...
Nyawaku nyala karena dengan mu....
Aku masih ada sampai di sini....
Melihat mu berjuang sampai mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAUT RASA
RomanceEmbun yang mengikuti alur hidup seperti air, Gema si lelaki seperti red Velvet yang mempunya sifat aneka rasa. Seperti red Velvet, perpaduan berbagai rasa yang unik. Dan Biru, lelaki melow namun Embun sayang. Ketiganya seperti perpaduan red Velvet y...