15. G E M A D H A R M E N D D R A ✓

0 0 0
                                    

Gema Dharmendra. Seorang lelaki yang dijuluki oleh perempuan bernama Embun Katya Jaya sebagai si Red Velvet, lelaki berprofesi sebagai salah satu dokter spesialis di Rumah Sakit Kencana yang terlahir sebagai pewaris. Berwajah tampan dan bersifat berbagai varian rasa, seperti si Red Velvet. Kesatuan yang unik.

Sosok perempuan lemah itu menjadi alasan terberat bagi lelaki itu, oleh karenanya ia rela mengambil keputusan yang membuat perempuan di sampingnya memilih mundur. Kepergian kekasih sekaligus tunangan membuat lelaki itu semakin menaruh benci kepada perempuan bernama Embun Katya Jaya, walaupun ia menyadari sesadar-sadar nya bahwa ia sudah melibatkan orang yang tidak seharusnya terlibat.

"Bro ..."

Lelaki itu memilih kembali memfokuskan matanya ke arah file di genggamannya, dari pada menanggapi panggilan dari seorang lelaki yang kini sudah duduk di hadapannya.

"Gue kangen si Embun ... Lagian tuh anak kenapa sih memundurkan diri? Terus lanjut koas di rumah sakit mana?" tanya lelaki itu yang sama sekali tidak dilirik oleh lelaki di hadapannya.

"Gema!" Lelaki itu berdecak kesal kepada lelaki di hadapannya yang sama sekali tidak menanggapi omongannya.

Lelaki itu berdiri dari duduknya lalu menatap sengit ke arah lelaki di hadapannya, karena penasaran lelaki di hadapannya pun akhirnya mendongak ke arah lelaki yang sudah berdiri.

"Apa sih, fik?" tanyanya yang akhirnya mengeluarkan suara.

"Kayaknya ada yang ngomong tapi gak ada suaranya ..." Lelaki bernama Fikri itu malah berakting seolah mendengar suara bisikan setan.

Lelaki itu kini beranjak dari duduknya, kemudian menatap lelaki di hadapannya nyalang.

"Fikri ..."

Panggilan itu semakin diabaikan oleh Fikri, malah aktingnya semakin bebal dengan tangan mengusap ke arah tengkuknya. Kemudian berjalan dengan cepat keluar meninggalkan sosok dokter yang menatapnya tidak bersahabat. Akhirnya, Fikri bisa membuat lelaki itu merasa terabaikan.

Lelaki itu kembali duduk, matanya menatap map berwarna hijau tua tidak berminat. Sudah sebulan semenjak kepergian seorang perempuan yang sudah terang-terangan ia benci, tidak ingin melihat perempuan itu berkeliaran di rumah sakit dan rumahnya. Benar saja, perempuan itu sama sekali tidak menunjukkan batang tubuhnya sama sekali.

Heh ... Gema! Ayolah, bukankah ini yang diinginkannya? Kenapa pula malah memikirkannya?

Lelaki itu menggelengkan kuat kepalanya, kemudian meraih handphone nya dan mengetikkan balasan pesan kepada seseorang yang mengirimkannya pesan melalui WhatsApp.

"Hallo ... Kenapa ka?" tanya lelaki itu setelah menggeser Icon berwarna hijau pada layar handphone-nya.

Tangannya bergerak untuk memijat pelipisnya pelan, rasa pusing mendadak menyerang.

"Iya, lima menit lagi beres ... Terus Gema on the way."

Tangannya dengan cekatan merapihkan meja kerjanya, kemudian meraih tas kerjanya dan beranjak dari tempat yang seharian itu menjadi tempat duduk baginya. Langkah panjang nya berjalan lurus di koordinat rumah sakit, sesekali menganggukkan kepalanya kecil ketika salah seorang menyapanya.

Mobil hitamnya berjalan di tengah sore menjelang malam itu, langit di sebelah barat yang berwarna orange dan terdapat sebuah matahari yang terlihat besar tengah menenggelamkan dirinya. Sehingga tidak lama kemudian terdengar suara adzan maghrib yang terdengar merdu ... Indah, bahkan hati lelaki itu menghangat setelah mendengarnya.

Baiklah, lebih baik lelaki itu meminggirkan terlebih dahulu mobilnya. Hanya untuk sekedar menikmati indahnya alunan adzan, padahal ... lebih bagusnya jika lelaki itu menunaikan kewajibannya. Sepertinya tidak akan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BERTAUT RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang