11. masakan enak

32 6 0
                                    

Sudut pandang (name)

Sekarang aku berada di dalam restoran. Berada di meja yang terletak disudut ruangan, membuatku nyaman karena tidak menjadi pusat perhatian.

Ghin berkata bahwa baratie dimiliki oleh seorang kakek bernama Jeff. Baratie sempat berhenti beroperasi karena kerusakan akibat serangan, dan baru dibuka kembali sekarang.

Aku baru menyadari bahwa baratie adalah restoran apung saat diberi tahu Ghin.

Disini aku mencoba berbagai masakan. Beberapa makanan kecil diberikan secara gratis untuk hari pertama pembukaan. Dan yang lainnya berlaku setengah harga.

Aku memesan sebuah menu, yaitu spaghetti carbonara.

Aku berani bertaruh bahwa spaghetti ini adalah yang terenak yang pernah ku makan.

Rasanya menyatu begitu sempurna, berbagai rasa bisa kurasakan di mulut ku.

Aku pun kembali memesan makanan, sebuah steak dengan kualitas premium.

Ghin tertawa melihatku yang sangat lahap memakan makanan disini.

Kulihat dia masih sibuk memakan spaghetti sementara aku telah memakan hidangan kedua.

"Apa kamu mau ku belikan steak juga?" Aku bertanya sambil sibuk melahap makananku.

"Tidak usah, kau sudah cukup banyak mentraktirku barang hari ini. Dan aku juga sudah kenyang. Aku akan membawa piring kotor ku ke dapur. Tunggu aku ya." Ghin cepat cepat menghabiskan makanannya dan pergi ke dapur. Mengingat dia adalah seorang pelayan di restoran baratie yang mendapat shift malam, sekarang dia harus melayani orang orang yang datang.

Aku mengangguk paham, dan melihat sekeliling tempat ini.
Tempatnya lumayan luas dan nyaman. Tidak banyak furniture terpasang disini. Hanya kursi dan meja meja, beberapa foto, juga tangga yang mengarah kebagian atas.

Aku membereskan piring kotor bekas ku makan, menumpuknya dan menaruhnya ditengah, agar pelayan dengan mudah membereskannya. Tepat pukul tujuh aku mendengar suara kapal berlabuh. Aku kemudian berdiri dan mencari Ghin, bermaksud untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

Aku berjalan mendekati dapur, namun langkahku dihentikan seseorang dengan pakaian serba hitam yang memegangi pundak ku.

"Maaf nona, dapur tempat koki menjaga privasinya."

Suaranya familiar.

Aku sering mendengarnya disekolah.

"M- maafkan aku." Aku membungkukkan badan tanda meminta maaf.

Aku buru buru mencari pintu keluar, menghindari Sanji.

Ya, itu Sanji. Dengan setelan jas hitam khasnya.

Aku berusaha menghindarinya dengan berada di tengah tengah kerumunan. Namun malang, aku malah bertemu topi jerami. Dia menatap mataku seolah tahu, bahwa itu adalah aku.

Aku menemukan pintu keluar, namun kepala lumut muncul dengan tiga pedang terselip di pinggangnya. Dan aku menabraknya.

"Maafkan aku." Aku pergi berlari keluar dan mencari mobilku. Sial, aku seperti berputar putar di satu tempat itu.

Aku terus mengingat dimana aku memarkir mobil. setelah ingat, aku lantas berlari menuju mobilku.

Namun malang, saat aku akan menaiki mobil, sesosok manusia berambut biru muncul di depanku.

"Chopper?" Ucapku kemudian.

"Sangat suuper! Aku mengingat plat nomor ini yo! Ini milik doflamingo, dan kau pasti adiknya!" Dia menunjuk ku.

"Berhenti memanggilku Chopper! Karena namaku adalah Franky. Dan akan ku bawa kamu menemui kapten, dasar buronan." Lanjutnya.

Dia hendak meraih tanganku. Namun aku menepisnya lalu menubruk badannya dan langsung menaiki mobil.

Aku mengemudikannya dengan kecepatan tinggi.

Kini, pria berambut biru itu seolah telah menyalakan sirine pertanda bahwa buronan sudah didepan mata.
Luffy yang sedari tadi ada di dalam restoran beranjak dari duduknya. Dan kru inti lainnya, telah memasuki mobil untuk mengejarku.

Sekarang, seolah mustahil untuk kabur menggunakan kapal. Karena semua kru di kapal itu adalah anak buah Luffy. Mereka sudah pasang badan ketika aku hendak menaikan mobilku ke kapal.

"BLOKADE AREA INI!!" perintah Luffy pada bawahannya.

"(Name), kau tidak akan bisa kemana-mana sekarang." Lanjutnya.

Kembali ke keadaanku.
Aku bergegas pergi dari tempat itu. Melihat segala jenis kendaraan mengejar ku dari darat dan laut membuatku kaget dan takut. Pikiranku buntu, kemana lagi sekarang aku akan pergi dan bersembunyi?

Sekarang sepertinya memang sudah waktunya aku untuk menyerah pada mugiwara. Tapi, kenapa aku harus menebus kesalahan yang bahkan tidak aku lakukan?

Ah, ini sedikit egois. Karena aku adalah adiknya Doffy, memang sudah seharusnya kan aku menebus kesalahannya?

Aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Dan tiba tiba kepalaku menjadi sangat pusing. Ini waktunya aku meminum obat.

Aku meraih toples obat di jok sebelahku, lalu membuka toples tanpa melepaskan kemudi dari setir mobil dan meminum obatnya.

Aku kembali fokus pada jalan. melihat banyak orang yang mengejar ku, sepintas bayangan terbesit di benakku, kenangan masa laluku.

Ketika aku yang berusaha mati Matian kabur dari kejaran angkatan laut. Ini menjadi sangat rumit ketika aku pikir pikir. Sebenarnya siapa Doffy? Dan kenapa ketika aku ingin mengingat masa laluku selalu seperti ada penghalang? Bahkan aku tidak tau siapa ayah dan ibuku, atau darimana asal ku? Aku hanya mengingat bahwa aku dibesarkan di kapal. Dan sesuatu tentang pria dengan topi merah di kepalanya.

Aku segera sadar dari lamunanku ketika mendengar sebuah tembakan peringatan ditembakkan kearah langit malam itu.

Berusaha mengendalikan mobil dengan kecepatan tinggi di sebuah jalan curam tidaklah mudah.

Ya, benar. aku telah pergi beberapa ratus meter dari restoran tadi. Dan aku mengambil jalan kembali, jadi aku harus melewati sebuah jalan ditengah hutan dengan jurang dibawahnya.

Selalu hutan saja yang ku lewati. Kadang juga aku bosan, apakah tidak ada yang lain di pulau ini selain hutan?

Selain jalannya berkelok, jalan ini juga licin. Seperti telah turun hujan disini.

Mengendalikan mobil dengan kecepatan tinggi ternyata tidak mudah. Sekarang, aku seperti sedang bermain dengan kematian.

Jalan berkelok, curam, licin, dan diapit jurang di satu sisinya juga gunung yang habis dijadikan jalan di satu sisi lainnya yang bisa longsor kapan saja, itu sudah berbahaya. Apalagi dengan mengendarai sesuatu secepat kilat.

Aku berusaha menginjak injak rem dibawah.

Namun…
























"Sial! Ada yang mencopot rem ku!"

berteman dengan iblis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang