12. awal baru

28 5 0
                                    

Sudut pandang (name)

"Sial! Ada yang mencopot rem ku!"

.
.
.
.
.

Kenapa tidak terpikirkan olehku?!! Tadi aku mengunci mobil, tapi ketika aku kembali, aku membukanya tanpa sebuah kunci.

Ini...
Ini pasti ulah Franky!
Sialan manusia satu itu arghh!!

Monolog ku saat itu.

"Sialan!!"

Aku memukul stir dengan tangan kanan ku hingga memerah.

Aku melihat kedepan, tidak! Ini hanyalah mimpi kan??

Sebenarnya sekarang aku sedang tertidur di dalam mobilku yang sudah berada di atas kapal kan? Kalau begitu ayo bangun! BANGUN!!

Kepalaku terasa berat, pikiranku berkecamuk mendengungkan berbagai hal disana.

"Ayolah (name)... kau harus waras untuk keluar dari sini..."

Aku berusaha menyadarkan diriku sekarang.

Raut muka ku menjadi pucat. bukan hanya karena nyawaku yang diambang Kematian, namun juga karena hujan deras dihari itu menyebabkan udara menjadi dingin.

Satu menit telah berlalu setelah aku sadar rem ku tidak berfungsi.

Yang kulakukan hanyalah mengurangi kecepatan yang bahkan tidak berarti karena jalanan curam yang menurun selalu menambah kecepatan mobilku.

DORR!!

PLETAK

"Sialan mereka, terus mengikutiku seperti ini." Gerutu ku sambil melihat kearah kaca spion yang telah pecah tertembus peluru.

.
.
.
.
.
.

"Lapor Luffy, target tetap tidak mau menghentikan mobilnya. Titik lokasi akan ku kirim lewat handphone dan segera kirimkan siapapun kesini sebagai bantuan." Ucap seorang gadis berambut oranye sebahu itu.

"Hah... lady... aku tidak menyangka kau adalah buronan sekarang. Padahal kau memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang bagus." Ucap sanji disana. Tidak biasanya dia serius akan suatu hal.

"Sanji, perhatikan jalanmu! AAAAH-!!"

Mobil yang dikemudikan sanji hampir menabrak sebuah pohon yang tumbang karena tersambar petir.

Nami yang kaget lantas memeluk sanji.

"M-MELORINEE! AAAA!"

"AHO!!"

BLETAK

"Perhatikan jalanmu!"

"H-ha'i Nami swan!"

.
.
.
.
.

"Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan??" Ucapku penuh putus asa setelah mengetahui bahwa jalan yang mulai aku lalui itu semakin berkelok dan berbatasan langsung dengan jurang.

Jalan terjal, menurun, berkelok, licin, ditambah kabut karena hujan.

Sepertinya aku sedang menjemput maut ya?

"Aku tidak boleh menyerah! Tidak untuk semuanya! aku sudah sampai tahap ini untuk bert-"

"AAAHHH!!!"


























Sepertinya, ini akhir dari hidupku.

to be continued.

berteman dengan iblis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang