BEBERAPA BAGIAN CERITA DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA ! ! ! ON GOING!
! ! ! 21+ KEKERASAN DAN ADEGAN DEWASA CONTENT ADULT! ! !
.
.
.
"𝐌𝐲 𝐬𝐞𝐱𝐲 𝐋𝐚𝐝𝐲" Author ganti judul menjadi "𝐓𝐡𝐚𝐭'𝐬 𝐌𝐲 𝐌𝐚𝐧" cuz seperti nya judul yang ini...
"𝐌𝐲 𝐬𝐞𝐱𝐲𝐋𝐚𝐝𝐲" Author ganti judul menjadi “𝐓𝐡𝐚𝐭'𝐬𝐌𝐲𝐌𝐚𝐧” cuz seperti nya judul yang ini lebih bisa menggambarkan cerita ini. Maaf jika kalian kurang berkenan.
Enjoy this story and happy reading...
. . .
𝟶𝟷. 𝙱𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana hiruk pikuk kantor menyapa saat mereka memasuki area kantin. Karyawan beserta beberapa petinggi dari berbagai departemen bercampur menyatu untuk mengisi perut di jam makan siang.
“Makan apa Bi?”
Suara itu mengalihkan pandangan Bianca dari khalayak ramai. Menatap wanita cantik yang berprofesi sebagai managernya itu dalam diam, dia bingung karena sejak bekerja disana dua tahun lalu dia jelas tau kalau lidahnya tidak cocok dengan makanan di kantin kantor.
“Indomie gore--”
“Indomie goreng pedes pakai telur ceplok setengah matang trus ice tea setengah sendok gula. Yang lain Bi, jangan itu ih”
Bianca terkekeh dan menggelengkan kepalanya, “Gue cuman mau itu Febi” balasnya tanpa melepaskan senyuman. Hanya indomie yang sesuai selera. Bumbu dan resepnya selalu sama sehingga pasti cocok di lidahnya.
Febi menggelengkan kepalanya,“Masalahnya perut lo lagi kosong dari pagi, eh pas diisi ketemu makanan pedas itu namanya cari penyakit”
Bianca memicingkan matanya,“Uda pesen itu aja sana” lontarnya. Dia tidak punya pilihan lain jika makan siang di kantin.
Tadinya mereka akan makan di luar tapi managernya yang terhormat itu akan mengikuti rapat penting usai makan siang jadi mereka tidak bisa keluar, karena jika mereka keluar sudah bisa di pastikan mereka akan terlambat kembali ke kantor.
Bianca meringis mencengkram perutnya dengan tangan kanannya, bunyi perutnya beradu dengan rasa nyeri akibat lapar membuatnya menahan napas sejenak. Kepalanya juga berdenyut semakin sakit bak sebuah alarm yang menandakan bahwa perutnya harus segera diisi.
“Kenapa Bi?” tanya Cleo-Salah satu karyawan departemen keuangan- yang baru datang dan langsung menduduki bangku di hadapannya yang tadinya milik Febi.
“Lapar Beb, biasa. Nggak sarapan mulu. Minum dulu Bi,” balas Febi. Wanita itu baru saja selesai memesan makanan dan kembali ke meja mereka membawa dua botol air mineral.
