Hy kalian para readers yg setia nungguin author up.
Gimana kabarnya?
Btw, kalian lumutan nggak nungguin author up?wkwk gmna rasanya?seperti nungguin crush peka tdk?Langsung baca aja, seperti biasa tinggalkan jejak, jangan lupa.
"Selamat Membaca"
o0o
Sudah cukup, dirinya sudah tidak kuat lagi. Perlahan kacanya bersiap menembus tepat pada denyut nadinya, hanya tinggal 1 cm kaca tersebut menembus kulitnya, tetapi sebelum itu............
___________Brak
Pintu kamar milik franetta terlebih dahulu di dobrak secara paksa oleh bara.
Tangan bara merebut paksa pecahan kaca yang di genggam Franetta. Franetta menatap terkejut keberadaan bara yang berada di kamarnya padahal pintu kamarnya tadi sudah ia kunci.
Menatap tajam bara yang berani menganggu aktivitas nya, tak peduli darah yang bercucuran dari dahi maupun lengan kedua tangannya.
"Balikin"mata nya menatap tajam bara.
"Gak"singkat bara seraya menatap balik wajah adiknya yang sembab, jangan lupakan darah yang sedari tadi menetes dari dahinya.
Emosi Franetta tidak stabil, dadanya naik turun menahan sesak."BALIKIN, PEDULI APA LO SAMA GW?!"Suara tinggi Franetta membuat terkejut seisi mansion yang kebetulan pintu kamarnya tidak di tutup kembali oleh bara.
Mengambil barang-barang kaca dan memecahkannya begitu saja.
Pyarr
Bunyi pecahan menggema di seluruh penjuru mansion. Sedangkan di bawah, para lelaki keturunan keluarga Allandra bergegas naik menuju kamar si bungsu.
Sesampainya di kamar yang bernuansa gelap tersebut, mata para Abang Franetta terbelalak melihat kondisi kamar yang sudah seperti kapal pecah.
Gara menatap tajam keadaan adik kesayangan nya yang jauh dari kata baik. Atmosfer sekitar mendadak terasa mencengkam.
Franetta yang tak kehabisan akal untuk menyalurkan amarahnya, mengambil pecahan kaca yang ada di bawah kakinya.
Mengarahkan nya pada pergelangan tangannya, tetapi lagi dan lagi aktivitas nya di ganggu oleh Abangnya."Mau ngapain kamu, hm?"suara tersebut membuat franetta mendongak dan dirinya sudah melihat semua abangnya ada di kamarnya.
"Bukan urusan Lo"ucapan dingin keluar begitu saja dari mulut Franetta, mata yang tersirat amarah dan kesedihan terlihat jelas di mata gara.
"Keluar Lo semua"ucap Franetta dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Erlino terdiam melihat kondisi franetta, hatinya teriris melihat muka Franetta yang sembab, menandakan habis menangis. Ingin sekali dirinya memeluk adiknya, tapi ego nya lagi dan lagi mengalahkannya.
"MASIH DENGAR KAN?!KELUAR LO SEMUA"gara memberi Isyarat lewat tatapan mata menyuruh para saudaranya untuk keluar terlebih dahulu.
Mereka semua pun keluar dengan perasaan campur aduk, terlebih bara yang baru pertama kali melihat adiknya serapuh itu.
Setelah semua keluar, Gara perlahan mendekat ke arah franetta, tak peduli terhadap kakinya yang terkena pecahan kaca.
Menarik Franetta ke dalam pelukannya meskipun Franetta memberontak tapi pada akhirnya diam."Adek kenapa, hm?"mencoba bersikap lembut meskipun amarahnya sudah ingin meledak.
Franetta diam tanpa menjawab. Perlahan isakan kecil keluar dari mulutnya. "Hiks abang..."lirih franetta dengan isakannya.
"Iya, kenapa?bilang sama abang"ucap gara dengan tangan yang senantiasa mengelus lembut rambut adiknya.
Hening, tidak ada jawaban sama sekali. Gara hanya diam, mungkin adiknya belum mau menceritakan apa yang membuatnya begitu. Tapi lama-lama Franetta tak kunjung membuka suara membuat gara menunduk untuk melihat wajah Franetta yang berada di pelukannya.
Terdengar dengkuran halus yang keluar dari bibir mungil milik Franetta, menandakan jika gadis tersebut sudah terlelap ke alam mimpi.
Gara mengamati wajah adiknya yang terlihat sembab. Hidung yang memerah, pipi yang masih meninggalkan jejak air mata, jangan lupakan darah yang masih sedikit basah di dahinya dan juga lengannya.
Menaruh perlahan badan Franetta ke kasur dan mengambil kotak P3K untuk mengobati luka yang cukup banyak.
Sesudah nya, menyimpan kembali kotak P3K tersebut. Mendudukkan dirinya pada sofa yang tersedia di kamar adiknya.
Gara memijat pangkal hidungnya pelan, dirinya lelah tetapi keadaan adiknya menambah pikirannya, bahkan selera makan nya hilang begitu saja.
Rasa kantuknya membuat gara tertidur di sofa, tak peduli jika besok badannya akan pegal-pegal Semua.
Gagal bundir guys
Btw, gimana sama chapter kali ini?Mau bilang apa sama GRANETTA?
Mau bilang apa sama FRANETTA?
Mau bilang apa sama Abang so sweet, GARA?
Mau bilang apa sama Abang pengganggu aksi bundir Franetta?
Dan mau bilang apa sama Author?kasih semangatnya dong, biar semangat up.
Jangan lupakan vote dan komennyaSee you di chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Queen Mafia
Teen FictionWarning!!! Dilarang plagiat cerita ini!!tolong hargai karya orang lain. ••••••••••••• Granetta Azzila Ardinata, gadis penyuka darah karna kejadian masa lalunya. Ia berasal dari keluarga terkenal dengan menduduki posisi terkaya no. 3 di dunia. "Kau g...