Matahari mulai menampakkan sinarnya pertanda hari sudah mulai pagi, makhluk hidup mulai beraktivitas seperti biasanya.
Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar tak kunjung membangunkan seorang gadis yang masih terlelap dalam alam mimpinya.
Sampai seorang pemuda yang tertidur di sofa mulai membuka matanya dan melihat adik perempuannya masih tidur.
Tentu saja, lelaki tersebut adalah ara dan gadis yang masih terlelap adalah franetta a.k.a Granetta.
Mendekat ke arah ranjang kamar tidur adiknya, memandang wajah damai yang sedang tertidur pulas. Mata nya yang terpejam membengkak, mungkin efek menangis lama.
Mata yang semula terpejam kini terbuka sempurna."Aish" ringisan kecil keluar dari bibir franetta, sontak gara mengalihkan pandangannya ke arah adiknya yang sedang memegangi kepalanya.
"Pusing, hm?tidur lagi aja"
Franetta hanya mengangguk lemah lalu membaringkan tubuhnya kembali. Perlahan matanya memberat.
Tangan gara terangkat mengecek Suhu badan adiknya dengan menempelkan tangan kekarnya di kening franetta."panas"gumam nya.
Tiba-tiba ponselnya mengeluarkan suara menandakan pesan masuk. Gara pun membuka ponselnya."Shit"umpatan reflek keluar dari bibirnya. Bagaimana tidak?dirinya berniat menemani sang adik yang sedang sakit, tetapi mendadak ada meeting penting yang harus ia selesaikan.
Beranjak dari duduknya, tak lupa menyelimuti tubuh Franetta. Baru saja dirinya akan melangkah, sebuah suara lebih dulu menghentikan langkahnya.
"Abang mau kemana?"suara serak menyapu Indra pendengaran nya, itu suara adiknya."Abang ada meeting. Kamu Abang tinggal sebentar gapapa?"tanya nya lembut.
Franetta mengangguk, bagaimanapun gara ini seorang CEO yang mempunyai tanggung jawab besar.
"Bang Aksa suruh ke sini yaa"gara mengiyakan kemudian beranjak pergi, tak lupa mencium kening adiknya.
Setelah gara pergi, keheningan melanda dengan Franetta yang melamun."Udah lama juga gw gak ke markas"gumam nya ketika mengingat organisasi mafia nya yang akhir-akhir ini tidak ia kunjungi.
"Keadaan gw yang begini gak kemungkinan mau ke sana"sedang bergelut dengan pikirannya, sampai bunyi pintu mengalihkan atensinya.
Ceklek
Pintu kamarnya terbuka menampilkan seorang pemuda yang tak lain adalah Aksa, dan jangan lupakan nampan yang berada di kedua tangannya.
Mendekat ke arah ranjang franetta dan meletakkan nampan tersebut di atas nakas."Makan"singkat Aksa lalu mengambil sepiring nasi yang sudah lengkap dengan sayur dan lauk pauk.
Menyuapi adiknya dengan telaten dengan Franetta yang hanya menurut.
Tak butuh waktu lama, makanannya tandas tak tersisa di lanjut Meneguk segelas air di bantu aksa-abangnya."Udah"ucap Franetta pelan.
Aksa pun mengembalikan piring dan gelas di atas nampan dan beranjak."Ikut"ucap franetta, percayalah jika franetta atau Granetta sakit, pasti sedikit manja(?)
"Di sini aja, Abang cuma naruh ini sebentar"balas aksa.
"Gak. Ikut pokoknya"ucap Franetta dengan nada nge gas, jangan lupakan matanya yang melotot tetapi bukannya terkesan seram malah jatuhnya lucu di mata Aksa.
Aksa terkekeh melihat ekspresi adiknya yang jarang sekali mengeluarkan ekspresi seperti itu."Mau gendong?"tawar nya.
Franetta menggeleng lalu beranjak dengan sedikit sempoyongan, setelah itu ia memegang lengan Aksa."Ayo"
Berjalan ke bawah, tak lupa melewati ruang keluarga yang terdapat pada saudaranya.
Bunyi langkah kaki Aksa dan gara mengalihkan perhatian abang-abangnya. Franetta memutuskan untuk duduk bergabung dengan para abangnya, meskipun sedikit tak rela(?)ya ia akui itu.
Franetta tanpa bilang apa-apa melepaskan tangannya dari lengan Aksa dan berjalan duduk di samping arsen.
Arsen tersenyum tipis nyaris tak terlihat."Kenapa nggak istirahat, hm?"tanya nya sambil membawa kepala Franetta untuk bersandar pada dada bidangnya.
"Bosen"singkat franetta.
Diam-diam erlino dan juga bara tersenyum kecut, jujur mereka berdua juga ingin dekat dengan adiknya. Terlebih erlino, ia Abang kandung nya tetapi seperti orang asing, padahal yang sepupunya saja bisa dekat dengan adiknya.
"Masih pusing?"tanya Arsen.
"Sedikit"
Tiba-tiba di sebelah kanan Franetta seperti ada yang mendudukinya, menoleh untuk memastikan, ouh ternyata aksa.
"Mau balik ke kamar?"tanya aksa.
"Gak"Franetta juga butuh udara bebas, di kamar itu suasananya suntuk.
Dahi dan juga tangan Franetta masih terdapat luka yang belum sepenuhnya kering, tapi luka seperti itu sudah biasa bagi Franetta maupun granetta, tidak sebanding dengan luka di hatinya.
Bara mengalihkan atensinya pada dahi adik sepupunya perempuan satu-satunya itu."Belum kering?"tanya nya.
"Belum"singkat Franetta yang masih bersandar pada dada bidang abangnya.
"Kenapa?"seolah mengerti arah pembicaraan bara, Franetta memejamkan matanya sebentar, mencoba menghilangkan rasa sesak di dadanya.
"Capek hidup"setelah menjawab pertanyaan abangnya, Franetta pergi begitu saja tanpa sepatah kata meninggalkan para abangnya yang menatap punggungnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
•
•
•
•Hallo, i am comeback
Gimana sama chapter kali ini?lama gak up ya, biasa lupa alur mweheheBtw mau bilang apa sama FRANETTA?
Kalian Pernah ngerasain di posisi franetta yang capek dengan kehidupannya?
GC open member, kuyy join. Bisa ambil link di akun ig author, bisa juga DM akun WP ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Queen Mafia
Teen FictionWarning!!! Dilarang plagiat cerita ini!!tolong hargai karya orang lain. ••••••••••••• Granetta Azzila Ardinata, gadis penyuka darah karna kejadian masa lalunya. Ia berasal dari keluarga terkenal dengan menduduki posisi terkaya no. 3 di dunia. "Kau g...