3
Author pov
Alexa duduk dengan gelisah, sekarang dia sudah tidak bisa konsentrasi makan lagi dengan tatapan tajam dari orang di sebelah kirinya. Ingin sekali Alexa pergi saja dari sana tapi rasanya sangat tidak sopan jika dia melakukan hal itu. Saat mencoba menelan daging ikan saja seperti memakan ikan sekaligus dengan durinya, tersangkut di tenggorokan dan tidak mau turun, dia segera mengambil air minum dan meminumnya dengan sekali tenggak.
"Oh Ethan please jangan lakukan itu lagi. Kau membuat sahabatku tidak nyaman" Alexa menghembuskan nafas dengan lega saat mendengar teguran yang di lontarkan Ashley pada pemuda itu.
"Kamu yakin nama kamu Irina?" bukanya menanggapi permintaan adiknya pemuda itu malah bertanya hal itu pada Alexa. Membuat Alexa tersedak karena dia sedang minum.
"Irina kamu tidak apa-apa?" Tanya Ashley dengan tangan yang tengah menepuk pundak Alexa, membuat Alexa meringis. Dia hanya bisa mengangguk kaku. 'Ya Allah sepertinya pemuda itu tau kalau aku sedang berbohong, bagaimana ini?'. Ethan menghela nafas dia bisa mendengar apa yang di ucapkan lirih oleh gadis itu tapi dia sama sekali tidak tau arti dari kata-kata itu.
"Ethan sudah cukup, sudah berapa kali aku bilang jangan gunakan nada bossy kamu saat berada di depan sahabatku." Lalu gadis itu beralih menatap Alexa "kau yakin tidak apa-apa Irina?"
"Aku tidak apa-apa"
"Kau yakin?"
"Yeah"
"Kamu sudah selesai makan? Kalau sudah ayo aku ajak berkeliling dan aku akan kenalkan kamu pada orang-orang yang berada di kapal ini" Alexa mengangguk dan segera berdiri mengikuti Ashley tanpa berani menatap mata pemuda itu. Setelah keluar dari ruangan itu Alexa baru menghembuskan nafas dengan lega, dia sudah tidak tau lagi harus bagaimana. dia ingin pulang. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan kedua orang tua dan suadaranya dia tidak ingin terjebak di tempat yang sama sekali tidak dia ketahui ini.
"Ashley bolehkah aku bertanya?" kata Alexa dengan suara pelan, sekarang mereka sedang berjalan di lorong yang lumayan panjang, guncangan sesekali terasa tapi sekarang Alexa sudah terbiasa dengan hal ini.
"Irina kenapa harus ijin dulu? Tanyalah" sahut gadis itu ceria.
"Emm, sekarang kita berada di mana?"
"Eh? Kamu tidak tau kita berada di mana?" Alexa langsung gelagapan ketika di Tanya, dia menoleh sangsi pada Ashley.
"A-aku. Sepertinya tadi kepalaku terbentur dan...."
"Sudahlah, aku tau kamu pasti lelah setelah melakukan perjalanan dari Amerika ke Inggris dan sekarang kamu sudah harus melanjutkan perjalanan ke Asia. Naik kapal menjadi salah satu impianmu bukan?" jeda sebentar, Ashley menoleh pada Alexa seolah-olah sedang menunggu respon darinya, dengan kaku Alexa mengangguk. "Ini kapal keluarga kami, seperti yang sudah aku bicarakan pada kamu kalau keluarga kami maaf maksudku kakakku berniat mengembangkan usahanya ke Asia, karena hal itu aku langsung mengajak kamu untuk ikut kami berlayar."
"Sekarang kita masih di sekitar paling belum terlalu jauh dari pantai inggris, kita baru saja berlayar. "
"Memangnya di tahun 2015 masih ada orang yang mengembangkan usahanya dengan cara berlayar?" pertanyaan itu dimaksudkan untuk dirinya sendiri tapi sepertinya Ashley masih bisa mendengar hal itu.
"2015? Sekarang masih tahun 2010 Irina, kau sepertinya lupa. Bukan karena kami tidak bisa menggunakan pesawat atau apa, tapi kamu sudah pernah aku ceritakan bukan kalau kakaku itu sedikit nyentrik? Dia snagat menyukai pelayaran terutama kata dia dia sangat menyukai saat dirinya berada di tengah laut. Sejujurnya aku juga tidak betah berlama-lama di laut, untung saja aku sudah tidak mabuk laut lagi. Coba kalau kakakku mengajak aku berlayar saat aku masih mabuk laut tentu saja aku akan menolak...."
Ashley terus berceloteh tidak menyadari wajah Alexa yang sudah memucat. 'sebenarnya lelucon apa ini?' pikirnya. Tidak mungkin sekarang masih tahun 2010, kalau memang sekarang masih 2010 lalu apa yang terjadi padaku dan kenapa membawaku ke tampat yang asing ini. Ya Allah ada apa sebenarnya ini?
"Irina... hey Irina" Ashley mengguncang tubuh Alexa saat Alexa tidak juga berjalan malah mematung di tempat. Alexa mengerjap kemudian dia langsung luruh jatuh terduduk di lantai kapal. "Hey apa yang terjadi padamu?"
"A—aku sepertinya terlalu lelah aku ingin beristirahat saja." Ujar Alexa lemah, Ashley mengangguk dan segera membimbing Alexa kembali ke kamarnya. Setelah ditinggalkan sendiri Alexa langsung menangis, dia tidak tau apa yang Allah rencanakan untuk hidupnya tapi dia ingin segera kembali pada kedua orang tuanya. Dia tidak mau berada di sini dia tidak mau terus trejebak di tempat yang sama sekali asing bagi dirinya.
Naik kapal pesiar ataupun kapal besar memang menjadi salah satu impiannya tapi tidak seperti ini juga, dia lelah dan dia sama sekali tidak tau bagaimana caranya dia bisa berdiri di tempat asing ini. Alexa terus menangis dia bahkan tidak menghiraukan guncangan kapal yang semakin kencang, dia terus menangis.
Setelah tangisnya berhenti, Alexa baru teringat kalau dirinya belum sholat isya. Alexa segera mengambil air wudhu dan menunaikan do'a dia berdoa agar saat dia terbangun esok hari dia sudah kembali lagi ke rumahnya. Tidak lagi berada di dunia asing seperti sekarang ini.
Karena lelah akhirnya dia tertidur, dia tidak tau kalau di luar sedang terjadi badai. Ashley tetap berada di kamarnya karena ngeri merasakan guncangan kapal yang semakin tidak terkendali, ingin sekali dia mengecek keadaan sahabatnya tapi kakaknya sudah melarang dirinya akhirnya Ashley Cuma bisa pasrah dan berdo'a agar keadaan sahabatnya baik-baik saja.
—-
Alexa terbangun dan hatinya langsung mencelos saat mendapati dirinya masih berada di kamar yang semalam dia gunakan untuk tidur, dia segera mengambil air wudhu, untung saja di kamarnya terdapat kompas kecil di meja yang dia temukan tadi malam sebelum sholat sehingga dia bisa menentukan arah kiblatnya.
Setelah berdo'a lama akhirnya Alexa keluar dari kamar setidaknya dia bersyukur karena tidak lagi merasakan guncangan di sini. Dia berjalan menuju dek kapal berniat melihat matahari terbit dan kalau beruntung bisa melihat bintang fajar. Keadaan dek sepi, ada beberapa awak yang tertidur di sekitar ruang kapten kapal yang baru saja dia lewati, dia mengetahui hal itu dari tulisan yang tertera tepat diatas pintu ruangan itu.
Dengan berhati-hati Alexa melewati para awak kapal yang sedang tertidur itu, dia bisa bernafas lega saat dia sudah benar-benar berada di luar, langit masih gelap tapi cahaya kemerahan sudah mulai tampak di sebelah timur, dia bersandar di pagar pembatas menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Meskipun Alexa sama sekali tidak tau apa yang akan terjadi selama hari-hari selanjutnya yang tidak pasti di depan, dan tidak yakin dengan nasibnya selama di sini tapi Alexa tetap senang setiap kali menikmati mentari pagi dan udaranya.
"Menikmati pagi?" suara dengan aksen inggris kental dari arah belakang menyentak Alexa dari lamunannya, hampir saja dia terjatuh ke laut kalau saja tidak ada tangan yang menahan tangannya.
"Ah itu.. iya" jawab Alexa terbata, setelah dia melepaskan tangannya dan memberi jarak antara dirinya dan pemuda itu yang tak lain adalah Ethan.
"Aku tidak tau kau sebenarnya siapa dan kenapa kau berada di kapalku. Tapi setidaknya aku harus berterima kasih padamu karena telah membuat adikku tidak murung lagi" ucap pemuda itu dengan aksen inggris yang sangat kental.
"Ashley murung?" Alexa sama sekali tidak tau kalau Ashley murung karena melihat betapa cerianya gadis itu saat berada di dekatnya.
"Sudah aku duga.."
"Eh?"
"Kamu memang bukan Irina, karena jika kamu memang Irina kamu pasti tau masalah yang sedang dihadapi oleh adikku." Pemuda itu menghela nafas dengan berat dia menoleh dengan ekor matannya pada gadis di samping kirinya. "Adikku sedang patah hati karena pacarnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri, selain itu juga sejak kematian mamiku dia menjadi semakin murung, karena itu aku membujuk dia untuk ikut berlayar denganku berharap dengan perjalanan jauh ini dia bisa merasakan kebahagiaan dan bisa melupakan masalahnya"
Alexa tidak tau harus berkomentar apa tapi yang pasti dia bisa mendengar nada lirih dalam suara pemuda itu. "Aku belum memperkenalkan diriku secara layak padamu, Aku Ethan Alexander." Bukannya membalas uluran tangan itu, Alexa malah membeku saat mendengar nama lengkap pemuda itu. Nama yang sangat familiar di telinganya....
♥♥♥
yey upload, masih dikit-dikit uploadnya karena masih dalam proses menghayal. hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped with You
Short StoryAlexa sama sekali tidak menyangka rasa penasarannya membawa dia dalam masalah, siapa sangka hanya karena tidak sengaja meyaksikan pembunuhan dia malah terjebak di masa lalu bersama orang-orang yang sama sekali tidak di kenalanya. belum lagi pertemua...