" VEGAS!! ayah sudah memperingatkanmu bukan? Lalu mengapa kau masih melanggar perintahnya?!"
Pria dengan seragam sekolah menengah atas itu hanya diam. Raut wajahnya sama sekali tak memperlihatkan ekspresi. Alis tebal tajam nya menungkik, rahangnya tegas membuat ketampanan pria itu berlipat lipat.
" Aku tidak butuh waktu lama untuk berbincang dengan mu."
" VEGAS KAU SUDAH KETERLALUAN!"
Datar, wajahnya sangat amat datar. Hidung mancung itu, alis nya, bibir tebalnya, sangat tidak mencerminkan dengan kepribadiannya. Pria itu berbalik, menatap kakak laki-lakinya dengan tatapan tajam. Amarah memenuhi lubuk hatinya, pikirannya terbang. Saat marahpun, hanya kematian yang ada di otak nya.
" Aku tidak pernah memintanya untuk melahirkan ku. Kau bisa mengadu domba tentang ku kepada ayah. Jadikan aku musuhmu, saingan mu, dan... Orang lain. Aku tidak akan bersujud kepada nya, sekalipun dia akan bersujud di hadapan wanita itu, wanita yang berharga untukku." Pria itu berucap, mata nya tak bergerak sama sekali. Objek yang ia perhatikan kini hanya kakak nya seorang.
Mata nya berkelip kala seorang pria berotot datang. Menunduk untuk sekejap. "Tuan, ada nyonya besar di bawah."
" Tinggalkan pesan agar menunggu, aku akan menyelesaikan secuil debu dengan orang asing ini." Balasnya.
Bodyguard itu mengangguk patuh. Dengan tegap melangkah menjauh dari dua pria tampan sedarah itu. Membuat suasana di antara keduanya hening. Perang dingin menerjang keduanya, pria dengan dasi abu-abu berkumis itu berdiri dari singgasana nya. Menatap adiknya yang dengan berani menegakkan wajah di hadapannya.
" Ve, kau tahu ayah terpaksa melakukan hal itu bukan? Seharusnya kau tidak berperilaku seenaknya. Seakan-akan kau yang paling benar di antara kita. Ayah tidak bersalah."
Pria dengan seragam sekolah menengah atas itu mendecih lirih kala mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. "Dan ibu yang bersalah, begitu kah yang kau maksud? See? Siapa di sini yang tak ingin di salahkan. Kau bilang aku berperilaku seakan-akan aku yang paling benar, tapi lihat. Bukankah dirimu melakukan hal yang sama dengan ku? Kau tahu? Aku mati-matian menahan hasrat ku untuk tidak membuat mu berhenti bernafas. Dan kau melakukan kesalahan yang besar, aku tidak akan mundur. Akan ku lakukan semua hal untuk wanita yang telah melahirkan ku."
Pria muda itu menatap datar kemudian melangkah pergi. Rahangnya mengeras kala menatap wajah pria sialan yang sayangnya adalah kakak nya sendiri. Mata tajamnya berubah sendu kala melihat presensi seorang wanita feminim dengan gaun putih yang indah.
" Maaf, aku sedikit terlambat. Atau lebih?" Katanya dengan senyum tipis, sangat tipis sampai para bodyguard yang ada di sana tidak bisa melihat senyum tampan itu.
Wanita cantik itu menggeleng pelan, bibirnya tertarik untuk tersenyum. Membuat hati pria berseragam sekolah itu menghangat.
" Tidak sayang. Kau sudah makan? Ibu berpikir akan membuat kan mu sup labu hangat. Cuaca hari ini sangat dingin, salju bahkan sudah mulai turun."
" Alright. Ayo, buatkan sup itu untuk putra mu ini."
Keduanya tersenyum, kaki mereka melangkah. Keluar dari mansion megah mewah yang sayangnya penghuninya seperti seekor tikus. Pria berseragam itu tersenyum tipis, lagi dan lagi, dia akan merasakan bahagia kala melihat ibunya bahagia. Itu adalah candu terbesar bagi nya. Bagi Vegas, pria yang duduk di bangku sekolah menengah atas dengan segala misteri yang ada.
Are u sure?
Vegas
Aku tidak buta. Mata ku terbuka sangat lebar, bahkan aku dapat melihat bahagianya seseorang tanpa mereka katakan. Tapi, aku hanya melihat kegelapan kala aku mengaca, dan melihat takdir ku. Betapa malangnya aku ini? Aku selalu berharap kepada Tuhan, agar dia menjadikan ku pria normal yang akan memiliki segenap cahaya kebahagiaan.
Tapi, nyatanya itu tidak nyata. Aku hanya seseorang yang di kirim Tuhan untuk sekedar melihat penderitaan. Aku hanya lalat yang lewat kemudian menitipkan segunung parasit, parasit yang akan membuat hidup seseorang hancur.
Anehnya, aku suka itu. Aku merasa lega dan bahagia kala melihat seseorang menderita karena ku. Hanya karena ku. Aku bahagia kala melihat tangis seseorang karena ku, aku bahagia kala melihat kematian seseorang karena ku. Aku akan sangat bahagia kala melihat seseorang menderita karena ku. Hanya karena ku. Tidak akan ada tokoh lain. Aku benci itu.
Aku sadar bahwa aku hanya seekor parasit yang buruk. Tampak nya aku terlihat baik-baik saja. Nyatanya, hati ku berkata lain. "Kau seekor monster!! Jangan menjadi pengecut!"
Dan aku menjadikan kalimat itu menjadi nyata. Hati ku sangat baik, dia tidak akan membiarkan aku memaafkan seseorang kala seseorang itu sudah membuat luka gores, meski hanya sekecil titik pena. Begitu pun dengan pikiran ku, hanya akan ada kematian di otak ku. Tidak ada yang lain. Selain ibu ku. Dan gadis itu.
U ´꓃ ' U
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...