Suara sirine dari mobil polisi menggema di seluruh area Mension megah perkasa, sekelompok polisi gagah keluar dari dalam mobil lalu melangkah untuk menggebrak pintu tertutup di Mension itu.
" PERMISI!" teriak salah satu polisi.
Kala pintu ingin di rusak, tiba-tiba knop pintu kayu itu bergerak lalu terbuka dengan perlahan-lahan. Sekelompok polisi itu tersenyum ramah sembari menunduk patuh, mengetahui siapa pria dihadapan mereka.
Vegas menarik alisnya, menatap satu persatu sekelompok polisi itu. Melihat apa yang akan di Lakukan para manusia itu, Vegas sontak menggeser tubuhnya menyamping. Membiarkan sekelompok polisi itu memasuki Mension nya yang terlihat sangat suram.
" Maaf tuan ... Vegas? Bisakah kami dari kepolisian menggeledah Mension anda? Kami mendapati sebuah bukti yang ganjal di sebelah Mension anda, terdapat beberapa kain kusam bernoda merah dan berbau amis. Kami tidak bermaksud lancang, tapi bisakah?"
Vegas menyeringitkan keningnya, pikirannya mulai berkecamuk. Tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh polisi itu, namun pria itu tetap diam dan membiarkan sekelompok polisi itu melancarkan aksinya.
Yang ada dipikirannya sekarang adalah, kapan dia menaruh kain bernoda merah? Apa lagi kain itu sudah kusam. Dinding samping Mension Vegas selalu bersih, bahkan tak ada satupun daun yang tertera di atas tanah bersih itu. Maka aneh jika polisi itu menemukan benda asing yang mencurigakan.
" HEI! KAU YANG DI SANA! KAU MENEMUKAN SESUATU?"
Ketua pemimpin dari mereka berseru, membuat regu yang lain membalas seruanya dengan ucapan 'kami tidak menemukan apapun' dan itu membuat senyum Vegas mengembang. Meski pria itu tak paham apa yang di lakukan para polisi ini, Vegas tetap bisa menebaknya.
" Sial! Kembali ke tempat semula!"
Vegas beralih, melangkah lalu memperhatikan para polisi itu dengan intens. Pria gagah itu tersenyum tipis. Bibirnya menyeringai kecil.
" Apa kau menemukan celana dalam?" Ucap Vegas dengan santai. Tak ada raut ketakutan di wajah pria tampan itu.
Polisi itu menghembuskan nafasnya tercekat, mendongak lalu menatap netra mata Vegas dengan dekat. Melihat itu Vegas menjadi merasa tertantang, namun kala melihat seorang gadis kecil berjalan mendekati nya lalu memeluknya itu membuat hatinya berdesir tak karuan.
" Maaf tuan, kami akan kembali. Maaf lancang karena telah menginjakkan kaki di Mension anda, tapi penyelidikan ini tetap akan kami laksanakan. Maaf sekali lagi, kami selesai."
" YANG LAIN, KEMBALI!"
Sekelompok polisi itu pergi meninggalkan Mension Vegas yang kini hanya tersisa dirinya. Pria itu menunduk lalu terkekeh kecil. Melangkahkan kakinya memasuki Mension nya, Vegas tersenyum manis kala seorang gadis mungil berbalut handuk putih tengah berjalan meraba-raba, Vegas merentangkan kedua tangannya, membawa gadis itu kedalam pelukannya.
" Ini musim dingin, sebaiknya kau segera mengenakan pakaian mu sayang..." Ujar Vegas sembari mengelus rahang lembut Jane. Gadis itu tersenyum manis.
" Ini hanya musim dingin kak, tidak ada salju." Balasnya.
Vegas terkekeh gemas, mengecup bibir mungil gadisnya. Keduanya berpelukan hangat. Tubuh Jane terlihat sangat mungil jika berada di dekapan Vegas. Pria itu memiliki ukuran tubuh yang ideal, tinggi badannya mencapai 189 cm. Tak heran jika Vegas gemar bermain basket.
" Fine, up to you. Tapi, sekarang waktunya kau berganti pakaian. Lalu setelah ini kita pergi."
Vegas berujar sembari membawa Jane kedalam kamar. Tak lupa pria itu menutup pintu depan. Usai memasuki kamar yang ukurannya luas juga besar, Vegas memapankan pantat Jane di atas ranjang bewarna abu-abu yang empuk. Pria itu mengecup bibir mungil itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...