Cklek...
Pintu terbuka lebar, mata tajam itu menatap sekeliling. Berharap mendapat ucapan selamat datang dari gadisnya. Vegas menatap kamar apartemen nya dengan alis terangkat, gelap. Kamar itu terasa begitu sunyi, tak ada satupun orang di dalam.
" Sayang?"
Berseru pelan, Vegas bergegas. Membuka pintu kamarnya dengan kasar. "Sayang?"
" Sial!"
Kring! Kring!
Vegas spontan menoleh kala suara dering ponsel terdengar begitu nyaring. Mata tajamnya menatap was was benda bergetar itu. Mengamati nya kemudian menarik ponsel tersebut dengan kasar.
Mata Vegas menajam kala membaca pesan dari nomor tak di kenal itu.
Lakukan apa yang kau mau, tapi gadis ini sedang dalam masalah sayang
Vegas melempar benda pipih itu dengan kasar. Mata elangnya setia menatap lantai dengan pikiran yang berkecamuk. Wajah masamnya begitu terlihat, urat lehernya menampakkan diri.
" Sialan.." rintihnya.
•••
Dengan tergesa Vegas berlari menuju anak tangga bewarna putih terang. Matanya tak pernah lepas dari pintu bewarna hitam gelap dari kejauhan. Kala tubuhnya sudah berada tepat dihadapan pintu itu, Vegas tersenyum tipis. Mata elangnya mengkilat tajam.
Bruak!!
Boni, selaku bawahan Christian itu tersentak. Matanya beralih menatap Vegas yang kini terlihat seperti monster. Matanya menyiratkan rasa kemarahan yang hebat. Bergetar, Boni tak kuasa melakukan apapun.
" Di mana?"
Vegas menggeram lirih membuat Boni merinding seketika. Dengan cepat pria itu menggeleng brutal. Tubuhnya mundur dengan tergesa-gesa. Melihat itu Vegas menyeringai puas. Lihat, Boni nampak seperti anak tikus.
" AKU KATAKAN! DI MANA GADISKU!"
PRANG!
Vas bunga dan berkas-berkas di atas meja terlempar begitu saja. Membuat tubuh Boni terjengit kebelakang. Tak sampai di situ, Vegas mengangkat meja kayu di belakang nya lalu melemparkannya tepat di tubuh Boni.
"AKHH!"
Darah segar mengucur dari perut Boni yang tertusuk kaki meja. Kepalanya terbentur keras dan mengeluarkan sedikit darah. Merasa tak puas, Vegas meraih salah satu kaki meja dan mematahkannya dengan sekali hentak. Menatap Boni yang nampak kesakitan, Vegas mendekat. Suara ketukan sepatu nya terdengar menyeramkan.
" T-tolong..., Tuan! Jangan! JANGAN LAKUKAN INI! TOLONG!"
Teriakan nyaring yang di buat Boni sama sekali tak mendapatkan respon dari Vegas. Pria itu menatap kosong dengan kaki meja di tangan kanan nya. Kala wajahnya sudah sampai di depan wajah Boni, Vegas berbisik.
" Aku rasa kau bisu tadi. Kenapa tiba-tiba berbicara nyaring sekali? Parasit..."
Vegas berdiri. Kedua tangannya menggenggam kaki meja itu lalu mengangkat nya tinggi-tinggi dan ..
CLAK! CLAK! CLAK!
"ARGHH!! TUHWAN!! SAHKITH!!"
Darah segar dengan jumlah yang banyak mancur dari wajah Boni yang sudah tak terlihat normal. Vegas mencacah - cacah wajah pria malang itu menggunakan kaki meja yang ia patahkan. Tubuh nya tersimbah darah segar Boni, namun wajah Vegas sama sekali terlihat tak peduli. Matanya menatap jasad menjijikan dibawahnya dengan tatapan kosong.
" Maaf, tapi kau patut mendapatkannya."
Mengatakan itu, Vegas berlalu pergi. Dengan cepat pria tampan itu menyusuri kota. Mencari parasit lainnya. Sampailah ia di apartemen Daniel. Tanpa babibu, Vegas segera memasuki apartemen itu tanpa salam. Namun, ia sudah di kejutkan oleh jasad Daniel dengan kepala terpenggal dan terbelah menjadi dua. Ditatapnya jasad itu, hingga Vegas melihat sepucuk surat tersimbah darah.
Untuk mu, cintaku!
Bagaimana pemandangan ini? Indah bukan? Ya... Sangat indah! Oh, setelah melihat ini, aku rasa kau akan terkejut, atau menangis? Heum, jangan untuk Daniel! Karena gadismu benar-benar sedang dalam bahaya sayang.... Datanglah, di dark house, tempat kita bermain semasa dulu!
Kris-tianchis
Vegas meremas sepucuk surat itu dengan geram. Ia tak terlalu bodoh untuk memahami siapa di balik semua ini. Pria bajingan itu! Pria yang selalu berpura-pura menjadi seorang malaikat! Menjijikkan!
Melempar surat itu, Vegas kembali menunduk. Menatap jasad Daniel yang terlihat sangat miris. Ia tersenyum tipis, mengelus wajah berdarah Daniel.
" Aku akan melakukan apa yang harus kulakukan Sekarang! Jangan khawatir, jika mereka memang menganggap ku seorang psikopat, maka akan kulakukan itu sekarang juga."
Senyum nya terbit, menampakkan suasana dalam yang begitu dominan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...