BAB 10

559 51 2
                                    

Suasana pagi hari menyapa gadis cantik terbalut selimut hitam. Rambut lurusnya terbang ke sana ke sini kala angin sejuk menyambutnya melalui jendela kamar yang telah di buka.

"Jam berapa ini?"

Jane bergumam dengan mata yang masih setia terpejam. Tangan mungilnya menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal. Air liurnya menghiasi bibir merah nya yang mungil. Kecantikan yang ada dalam diri gadis itu tak musnah sekalipun dia dalam keadaan seperti orang gembel.

" How's your day?"

Jane jegugkan kala mendengar suara berat dari telinganya. Gadis itu dengan segera bangun dan meraba-raba, mencari sosok di balik suara indah itu.

Vegas tersenyum, mengelus bibir mungil Jane dengan lembut. Mengecup bibir mungil gadisnya dengan penuh kasih sayang. Ia terkekeh geli kala tangan mungil Jane meraba-raba perutnya.

" Mencari ku sayang?"

"Kak Ve sudah mandi ya? Kenapa harum sekali?"

Jane menyeringitkan keningnya, bibirnya menggerucut lucu. Tangan mungilnya menampar dada Vegas dengan tak santainya.

" Kenapa?"

Jane bersedekap tangan kala Vegas memberinya pertanyaan. Gadis itu memalingkan wajahnya, ia tahu ia buta, namun ia marah. Bagi Jane, marah adalah dengan memalingkan wajahnya dari si pelaku yang membuatnya marah.

" Sayang...?"

" Kenapa tidak membangunkan ku? Kak Ve pergi berkencan dengan wanita lain ya? Jadi tidak membangunkan ku agar aku tidak tahu tentang itu? Benar?"

Vegas terkekeh. Tubuh pria itu mendekat, dengan segera memeluk tubuh mungil gadisnya. Mengecup surai gadis itu. Membawa gadisnya ke dalam pangkuannya.

" Untuk apa? Untuk apa sayang aku melakukan itu? Jika di hidupku saja sudah ada peri kecil yang cantik?"

Jane tersenyum tipis. Berbalik badan dan kembali memeluk prianya. Mengecup bibir prianya dengan lembut. "Apa peri kecil itu aku?"

Vegas tersenyum, pria itu mengangguk kecil dengan tangan yang setia mengelus lembut tangan mungil gadisnya. Vegas menatap intens kedua mata buta Jane, gadis itu cantik. Baginya, dari segi mana pun, dari tatapan manapun, Vegas selalu merasa terpesona dengan kecantikan yang ada dalam diri Jane.

Buta, ya benar. Jane memang buta, dan terlebih mata adalah satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk melihat sesuatu yang ingin di lihat. Jane hanya dapat melihat gelap, tidak dapat melihat warna dan melihat seberapa tampannya pria nya. Namun, Jane dapat merasakannya, gadis itu dapat merasakan bagaimana itu bahagia, dan apa itu warna.

Orang-orang selalu mengatakan, kekurangan tetaplah kekurangan, dan kelebihan tetaplah kelebihan. Mereka salah, bukan berarti setiap kekurangan akan terus menjadi kekurangan. Satu hal itu dapat di bolak balikan sesuai keadaan.

Adanya kelebihan bukan berarti seseorang itu tidak memiliki kekurangan. Dan adanya kekurangan, bukan berarti seseorang itu tidak memiliki kelebihan.

Vegas mencintai gadis nya apa adanya. Ia mencintai gadis buta nya, ia terobsesi, namun cinta nya lebih besar. Vegas tidak pernah menyangka akan merasakan apa itu cinta dengan seorang gadis kecil, masa bodoh jika ada yang mencaci nya sebagai pedofil. Jika ya ia adalah pedofil, maka ia hanya akan menjadi pedofil untuk gadisnya saja, Jane.

Love my snowman

" Vegas! Dari mana saja kau?"

Vegas menghembuskan nafasnya jengah. Pria itu menatap tajam manik kakak nya. Tangan nya mengepal kuat, rasa ingin meninju wajah sok ganteng kakaknya, Elano.

" Apa peduli mu? Aku hanya merindukan ibu ku."

Vegas berbalik. Melangkah dengan gagah menuju kamar sang ibu tercinta. Pria itu membuka pintu kamar dengan hati-hati, takut jika sang ibu tengah tidur. Vegas tersenyum mendapati ibu nya terbalut selimut tebal. Mata wanita itu terpejam, terlihat sangat nyenyak dalam tidurnya.

Melangkah lebih dekat, Vegas mengelus surai ibunya dengan lembut. Pria itu mencium tulus kening ibu nya. Merindukan dengan sang ibu sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi Vegas. Ibu nya adalah prioritas nya.

" VE! SIAPA BOCAH INGUSAN YANG KAU BAWA INI?!"

Vegas tersentak kala mendengar pekikan kakak nya. Pria itu bangun dari duduknya. Menghampiri sosok menjijikkan yang sayangnya adalah kakaknya sendiri. Pria itu menatap netra Elano dengan tajam. Raut wajahnya sangat kesal. Namun tatapan nya kembali melemah kala melihat sosok gadis mungil dengan jas panjang berwarna hitam tengah tersenyum lebar menampakan gusinya yang lucu.

Vegas tersenyum, memeluk tubuh Jane dengan lembut. Mengecup surai gadisnya dengan penuh kasih. Melihat keberadaan Jane di dekatnya membuat Vegas merasa nyaman meski berdekatan dengan si bajingan Elano.

" Sayang, di luar hujan. Kenapa kau keluar dari mobil hm?"

Jane terkikik kala Vegas mengecup lehernya dan meniup telinga nya. Elano yang melihat itu merinding, namun bibirnya menyunggingkan senyum tertahan. Pria itu mendekat, menatap tubuh Jane dari atas hingga bawah.

" Oho? Kau mendapatkan jalang baru Ve?"

Vegas menyeringitkan keningnya. Pria itu mulai panas kala dengan kurang ajarnya tangan Elano menyentuh pinggang mungil Jane dengan sensual. Jane buta, gadis itu tak tahu siapa yang tengah menyentuh nya sekarang.  Yang ada di dalam pikirannya hanya Vegas, Vegas, dan Vegas.

" Jalang? Bahkan saat aku berusia 16 tahun aku tidak dekat dengan seorang gadis. Jika ingin memaki seorang wanita, jangan gadis ku. Kau memiliki sebongkok Jalang yang bisa kau maki. Karena mereka pantas, tidak seperti milik ku. Gadis ku bersih, anti kuman dan anti dengan pria brengsek seperti mu."

Vegas berujar dengan rahangnya yang sudah mengeras sempurna. Pria itu menatap tajam Elano dengan tangan mengepal kuat. Netra nya tak lepas dari manik sang kakak, rasa ingin membunuh Elano sudah sangat menguar-nguar.

Melihat reaksi yang Vegas berikan sontak Elano tertawa nyaring. Pria itu terkekeh sinis dengan tatapan rendah pada sang gadis kecil di hadapannya.

" Ve, temui aku di Mension ayah. Bukankah seorang ayah, kakak, dan adik harus melakukan meeting Ve?"

Elano tersenyum miring. Menghirup aroma rambut Jane dengan wajah brengseknya yang menjijikkan. Vegas mendecih kasar, pria itu dengan segera meraih tubuh Jane ke dalam gendongannya. Membersihkan bekas sentuhan Elano di tubuh Jane dengan ciuman-ciuman manis nya.

" Sayang, kau dengar?"

Vegas bertanya. Menatap mata Jane intens. Menunggu jawaban apa yang akan gadisnya lontarkan. " Ya, aku tidak tuli."

"Maaf."

Vegas menunduk, mengecup bibir gadisnya dengan sangat amat dalam. Pria itu menatap manik Jane dengan penuh ketulusan.

" Untuk apa? Kak Ve, kau tidak salah. Tapi apakah aku boleh meminta permintaan?"

Vegas mendongak. Menggenggam tangan mungi gadisnya dengan sangat erat, keningnya menyeringit.

" Apa permintaan mu?"

Jane tersenyum lebar mendengar jawaban dari bibir prianya. Dengan cepat gadis itu memeluk tubuh Vegas, sangat erat. Jane menyembunyikan wajahnya di leher prianya, mengecup leher Vegas dengan bibir mungilnya.

" Bunuh dia untuk ku, bunuh Elano untuk ku kak. Untuk kekasihmu ini."

Jane berbisik rendah. Mengelus surai Vegas dengan sangat lembut. Tubuh Vegas sontak tersetrum dengan ucapan gadisnya. Pria itu bergetar dengan tatapan kosong.

" Apa?"

Jane tersenyum manis. Mengecup bibir Vegas dengan mesra. "Lakukan untuk ku Ve."

I give up

Dark EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang