Vegas dengan kesendirian nya. Vegas tak pernah berpikir untuk membunuh seseorang, sekesal kesalnya dia dan sebenci-bencinya dia dengan seseorang. Dari kecil, Vegas diajarkan tata cara bersyukur, sopan santun, dan menghormati yang lebih tua. Kini Vegas merasa dirinya begitu lemah, dan tak berdaya. Pria itu memiliki gangguan jiwa. Menurut Vegas, dia baik-baik saja. Dia waras dan sehat. Nyatanya semua itu salah, itu hanyalah halusinasi semata. Vegas tak ingin di tatap sebagai orang aneh yang memiliki kejiwaan yang terganggu. Hingga datangnya Jane, gadis itu dapat membongkar semuanya, membuka ketidak warasan seorang Vegas.
" Ve, polisi datang di mansion mu. Cepat datang dan jelaskan semuanya!"
Vegas menghela nafasnya kasar, menatap kosong langit-langit kamarnya. Suasana hening, hanya suara dengkuran halus gadisnya yang terdengar. Vegas menoleh, menatap wajah polos itu kala dalam mimpi.
" Aku akan datang, beri komando para polisi untuk menunggu."
" Good luck!" Seru Daniel dari ponsel.
Vegas tersenyum tipis. Tak ingat dia begitu marah dengan gadisnya. Dia, dan gadisnya sama. Mereka sangat serasi, Vegas hanya menerima semua ini meskipun sudah tahu jika gadisnya lebih keji daripada dirinya.
" Maafkan aku sayang." Lirihnya lembut, mencium kening halus itu dengan begitu kasih sayang.
She's love me
Angin berkobar ria, suara petir menggelegar begitu hebat. Dua polisi dengan tubuh tegap itu menatap wajah kedua pria tampan di hadapan mereka.
" Jadi, bisa jelaskan kronologi nya?"
Vegas terkekeh, menatap kedua polisi itu dengan amat dalam. Tangan nya memukul kecil meja besi dihadapan nya. " Kau ingin kronologi seperti apa?" Balas Vegas. Begitu berani menantang.
Salah satu dari polisi itu terlihat seperti menahan emosi. "Kronologi tidak berjenis bukan? Karena yang kau lakukan itu cukup menjijikan, MR. Vegas!"
Vegas tertawa sumbang, tangannya mengusak rambutnya dengan acak. Visualnya sekarang terlihat seperti orang gila, sangat berantakan. Masa bodoh dengan itu, Vegas harus menyelesaikan ini semua.
" Aku hanya membunuh dua orang, dan kau semarah ini?"
Christian, polisi itu terbahak. Menatap nanar wajah Vegas. " Kau tahu aku merawat mu sejak kau berusia tiga tahun Ve. Aku tidak bisa membiarkan tindakan kriminal mu."
Cukup di ketahui, Christian adalah adik dari ayah Vegas. Pria itu berani dengan hal-hal berbau gelap. Tak ayal banyak orang yang mengagumi Christian. Meski begitu, pria itu belum menikah. 'wanita sangat menyusahkan' kalimat dengan tiga kata itu terkuak di kamus Christian seorang. Karena jujur, pria itu tidak akan betah jika harus berhadapan dengan seorang wanita.
" Aku bukan kriminal, aku hanya ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Itu saja!"
Christian terkekeh remeh. Menatap Vegas dengan mata menyipit. "Tepatnya karena gadis sialan itu bukan?"
Rahang Vegas mengeras kala mendengar Christian menyebut nama gadisnya dengan rendahan. Mata tajam nya menatap dengan begitu dalam, seolah-olah ia tengah menguliti Christian dengan blak-blakan.
" Dia terlalu sempurna untuk mu Ve, kau gangguan jiwa!"
Suara tawa meledak. Begitu menyeramkan. " Aku? Tidak cocok bersanding dengan gadisku? Yang benar saja. Dia bahkan mencintai ku lebih dari dia mencintai ayahnya."
" Jangan gila, kau harus ku larikan ke dalam sel!"
" Ya, ya, ya. Lakukan apa yang kau mau, tapi jangan pernah menyentuh gadisku! Dia milik ku, dan akan terus begitu!"
Christian mengeraskan rahangnya, menatap tak kalah tajam sosok pria muda di hadapannya. "Daniel, bawa garis itu ke kantor ku besok lusa! Tidak ada bantahan! Jika kau masih saja membela sikap bejat Vegas, maka aku tak akan segan-segan memenggal kepala mu esok! Jangan kira aku hanya akan diam saja.
Dan kau! Jangan pernah menjadi pecundang yang menjijikan! Kau sudah cukup keji dengan kelakuan mu Ve! Aku tidak pernah mendidik mu untuk hal seperti itu!" Tunjuk Christian tepat di hadapan Vegas.
Christian dan bawahan nya itu berdiri, kemudian melangkah meninggalkan Vegas yang kini sudah cukup tersulut emosi. Mata tajamnya begitu menusuk, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan memundurkan kaki.
" Lihat, siapa yang akan bersujud di sini. Aku atau kau." Lirihnya. Senyum miring terukir begitu jelas. Daniel terdiam, menunduk lalu terlintas pikiran baik di otaknya.
" Itu benar." Gumam Daniel, sangat lirih. Siapapun tidak akan mendengar nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...