Suasana malam hari mencengkam kedua sejoli yang kini hanya saling menatap. Hujan turun begitu derasnya, dedaunan bertebaran tak tahu mana tujuan mereka. Angin besar bak badai mengitari bumi dan seluruh kota yang ada di dalamnya.
Vegas menatap datar seorang wanita yang mencoba membuka matanya. Raut wajahnya tak menampakkan ekspresi apapun. Tangan nya meraih sebuah pistol.
" Ve? Kau?"
Vegas kembali menoleh kala mendengar suara wanita itu. Volin, wanita itu nampak menatap nya dengan terkejut. Ada perasaan takut kala melihat Vegas memegang sebuah pistol dengan kedua tangan wanita itu yang sudah terikat di sebuah tangan kursi.
Vegas hanya terkekeh kecil, menunduk kemudian mendekati nya. Dengan wajah santai pria itu meniup ujung pistolnya.
Pria itu nampak lebih tampan kala menjadi seorang antagonis.
" Ya? Tidakah kau merindukanku Volin?" Bisiknya.
Mendengar bisikan Vegas sontak membuat tubuh Volin menenggang. Wanita itu memejamkan matanya kala tangan Vegas mengelus rahangnya dengan penuh kelembutan dan hati-hati.
Ini sudah menjadi mimpi yang sangat Volin idam-idamkan. Vegas tersenyum menatapnya, pris itu memposisikan dirinya di belakang tubuh Volin dengan sangat sempurna.
Kembali menatap wanita itu. Vegas menarik tangannya kembali dari wajah cantik Volin. Tangannya beralih meraih pelatuk pistol itu tepat di arah pintu gudang yang sudah ia tutup dengan rapat.
DOR!!
Suara tembakan itu begitu nyaring dan tidak enak di dengar. Volin terjengat kala menyaksikan hal itu. Wanita itu nampak bergetar, tubuhnya berkeringat namun hatinya berdebar kencang karena Vegas sangat mengikis jarak diantara keduanya.
Vegas tersenyum menatapnya. Menyisir anak rambutnya.
" Volin? Kenapa kau diam saja?"
Volin memejamkan matanya erat kala merasakan sebuah pistol menyusuri rahangnya hingga tepat di samping sebelah matanya. Wanita itu mengeratkan genggaman nya pada tangan kursi. Firasat nya sudah sangat tidak baik, apalagi melihat kelakuan Vegas yang kini nampak seperti orang tidak waras.
" Ve? Kau.. tolong jauhkan pistol itu dariku."
Mendengar itu Vegas menarik alisnya keatas. Wajahnya berubah seram, mata tajamnya tak lepas dari wajah cantik wanita dihadapan nya.
" For? Kau akan memberiku apa memangnya jika aku menjauhkan benda sialan ini darimu?"
Ucapnya begitu sarkas.
Volin menelan ludah. Keringat sudah membanjirinya. Dengan hati-hati wanita itu menoleh, menatap wajah pria tercintanya dengan perasaan yang sudah amburadul.
" Aku.. Ve kumohon jangan membuat ku takut padamu."
Volin, wanita itu berucap lirih dengan suara getaran yang membuat Vegas menyunggingkan senyum manis.
" Itu lah tujuan ku sayang."
Tubuh Volin menegang mendengar itu. Air matanya mati-matian ia tahan, namun sialnya air mata itu menolak untuk terus tetap bertahan di kelopak matanya.
Vegas beralih. Pria itu berjalan menyusuri ruangan gelap dan dingin. Mata tajamnya menatap beberapa benda tajam dan senjata api.
Namun kala melihat pistol di tangannya. Vegas terkekeh. Pria itu melupakan misi yang diberikan gadisnya.
" Maaf Volin, ku rasa kau harus berterimakasih kepada tuhan."
Volin terisak. Tanganya menggenggam erat tangan kursi itu. Matanya terpejam erat, begitu enggan menatap wajah tampan pria tercintanya.
Vegas mendekat kembali, pistol di tangannya menyusuri lengan Volin hingga tepat di dahi wanita itu. Vegas kembali terkekeh. Sedetik kemudian pria itu tertawa nyaring.
" Say goodbye for the world Volin. Hidupmu selesai sampai di sini."
DOR DOR DOR!!
Hancur, kepala Volin sudah tidak terbentuk lagi. Wajah cantik itu kian tak dapat di kenali karena tertutup darah dan serpihan daging dari wajahnya sendiri.
Vegas tersenyum menatap pemandangan dihadapanya. Ia melakukan ini karena gadisnya, Jane. Namun hatinya teramat bahagia telah memusnahkan wanita itu.
Night baby
" Hei?"
Jane mendongak. Meraba dan menemukan presensi tubuh Vegas yang terasa basah. Tak lupa tekstur lengket dan bau amis yang ada pada tubuh pria itu. Vegas tersenyum manis, mendekati gadisnya dan mengecup bibir ranum Jane.
" Kak Ve...? Kau melakukannya?"
Jane melirih dengan perasaan berdebar. Mendengar itu Vegas terkekeh gemas dan mengangguk lucu.
" Ya, kau senang?" Bisik pria itu.
Jane tersenyum lebar. Menautkan kedua tangannya di leher Vegas. Gadis kecil dengan balutan piama itu berdiri, mendudukkan tubuhnya tepat di atas pangkuan Vegas.
" Terimakasih kak, aku mencintaimu." Bisik nya.
Jane tersenyum tipis. Mencium kedua pipi Vegas dan terakhir bibir. Vegas terkaku, dan enggan bergerak. Perlakuan dan setiap kata yang keluar dari bibir Jane selalu membuat nya tersihir.
Pria SMA itu mengulurkan tangannya. Mengelus surai Jane dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang. Jane tersenyum manis. Meraba dan mengelus rahang tegas milik prianya.
" Kak Ve, ku mohon jangan marah dengan apa yang kuperintahkan padamu. Aku melakukan ini karena aku mencintaimu Kak, aku menginginkan mu. Selamanya akan selalu begitu."
Vegas merasakan nyeri kala gadisnya berkata demikian. Namun perasaan berdebar jauh lebih besar. Pria itu tersenyum tipis. Mengecup bibir ranum Jane kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya yang hangat.
" Itu bukan masalah, aku akan selalu melakukan apa yang di perintahkan mu kepada ku sayang. Jangan khawatir."
Vegas berucap lirih. Menekan setiap kalimat nya.
Jika mengingat kejadian yang Vegas lakukan itu sangat menyeramkan. Pria itu seperti telah di guna-guna oleh seorang gadis atau nenek dukun. Vegas bahkan rela melakukan hal keji untuk gadis itu.
Entah apa yang di lakukan Jane hingga membuat pria SMA itu terlihat seperti seorang psikopat yang lepas dari penjara nya.
Kedua sejoli itu sama-sama menikmati hangatnya pelukan diantara mereka. Vegas terkekeh teringat mimik ketakutan Volin. Itu membuatnya ingin tertawa.
" Kak Ve, bisa kita tidur? Aku mengantuk." Cicit Jane dengan nyali yang kian menciut.
Mendengar itu Vegas tersenyum menatapnya. Pria itu membawa tubuh gadisnya di dalam pelukannya yang hangat.
" Selamat tidur putri cantik."
Keduanya terlelap. Menuju mimpi masing-masing. Vegas dan Jane, kedua sejoli itu banyak memiliki kemiripan kepribadian juga kemiripan kehidupan masing-masing. Namun keduanya tak menyadari itu, mereka bersikap seakan-akan hidup mereka berbeda. Tapi cinta dapat merubah segalanya, sebagaimana Vegas yang menjadi lebih buas kala berada di dekat Jane, gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...