" Ayah... Apa kalian serius? Aku tidak boleh mengikuti liburan itu?"
Gadis berambut lurus dengan gaun tidur bewarna putih susu itu menunduk lesu. Tangan mungilnya memilin ujung baju tidurnya hingga lusuh, Vincent yang melihat itu sontak mengulum senyum tipis. Pria itu mengelus surai sang putri dengan lembut. Menyalurkan rasa nyaman kepada princess kesayangannya.
" Sayang, kau tahu itu sangat berdampak untuk mu kan? Ayah hanya tidak ingin putri ayah celaka." Vincent membuka suara. Menatap dalam presensi gadis mungil di pangkuannya.
" Tapi... Zean mengikuti liburan itu."
Vincent terkekeh gemas. Tangannya mencubit pipi gembul putrinya dengan senyum manis. "Jadi kau ingin mengikuti liburan di sekolah mu karena Zean itu hm?"
Mendengar itu sontak membuat rona merah di kedua pipi Jane. Gadis berambut lurus itu menunduk malu. Membuat Vincent terkekeh gemas. Mengapa ia di anugerahi seorang putri cantik seperti ini?
" Sayang, dengarkan ayah. Kau tahu kau memiliki kekurangan yang di mana akan membahayakan diri mu sendiri kala kau berada di tempat yang salah. Ayah tahu, Zean bijak dalam menjaga mu. Tapi Zean bukan seekor hantu yang bisa menghilang dengan jangka waktu cepat hingga tak dapat berada di samping mu setiap detik. Ada saatnya Zean menyibukkan dirinya sendiri sayang, Zean juga memiliki kehidupan nya sendiri. Paham tuan putri?"
Vincent berujar dengan lembut. Pria itu mengelus surai anak gadisnya dengan penuh kasih sayang. Memiliki anak perempuan adalah impian yang sangat di cita-citakan oleh Vincent, kini tuhan mengabulkan impiannya. Tuhan mendatangkan seorang putri cantik jelita dengan hati yang bersih. Vincent sungguh bersyukur, sangat bersyukur.
Mendengar apa yang dikatakan ayah nya membuat hati Jane menghangat, gadis mungil itu sontak mendongakkan wajahnya. Tangan mungilnya meraba-raba, Vincent yang paham pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. Menatap putrinya dengan penuh cinta.
" Ayah, Jane mencintai ayah. Jane mencintai ayah dan ibu. Thanks for everything daddy, you are my Superman."
Dan saat itu Vincent mengeluarkan air mata nya, tanpa sepengetahuan semua orang. Hanya dia, dan tuhan.
Hey, what's your name?
"VEGAS!!"
Vegas dengan seragam SMA nya itu melengos pergi tanpa mempedulikan teriakan kakaknya. Mata elangnya menajam. Rahangnya kian mengeras. Ia benci situasi ini, situasi di mana ia tak bisa mengendalikan emosinya sendiri.
" KAU HARUS MENDENGARKAN KU DULU!"
Vegas mendecih kasar. "Dasar lintah."
Laki-laki itu terus berjalan. Mengacuhkan segala sesuatu yang dapat mengganggu nya. Kala sampai di tujuannya, Vegas meraih kunci motornya. Dengan gerakkan cepat menaiki motor ninja hitam terfavorit nya. Laki-laki itu tak mempedulikan berbagai klakson yang menyentaknya. Vegas terus bergerak dengan gesit. Angin malam yang menyerbu nya bahkan tak mempengaruhi nya untuk berhenti.
Motornya berbelok miring dengan lincah, ketampanan Vegas bertambah kala angin menyapa nya dengan kasar.
SREEEKKKK--!!
Dedaunan berterbangan kala motornya berhenti di tengah-tengah jalan hitam yang di iringi pepohonan besar dan tinggi. Suara goresan ban motornya terdengar nyaring. Tak ada satu orangpun yang akan mendengar.
" SHIT!!"
Vegas menyentak kasar. Laki-laki gagah itu turun dari motornya dengan kasar. Dadanya bergemuruh, deru nafasnya tak beraturan. Mata elangnya mengamati jalan sepi yang mengerikan, ia terlihat seperti seekor harimau yang akan menerkam mangsanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...