Keluarga Vincent sungguh memiliki banyak perubahan. Entah itu dalam kebahagiaan atau sebaliknya. Vincent dan sang istri, Eliza. Keduanya terlihat begitu rapuh dengan luka yang dalam. Keadaan keluarga kecil itu sangat berantakan. Kehilangan seorang anak satu-satunya, anak tersayang. Dan sampai kini mereka belum mendapatkan kabar tentang keberadaan Jane. Hanya bau-bau gadis cilik itu yang nampak.
Vincent bahkan dengan teganya tetap bekerja. Memutuskan untuk berpikir lurus, mencoba untuk tetap bersabar. Karena bagaimanapun, ini bukanlah urusan yang sepele. Dia sudah melacak sebagian kota ini. Hanya tuhan yang tahu, kemana putri cilik nya itu di bawa.
Zean mengerjapkan matanya. Menatap nanar bingkai fotonya bersama Jane. Laki-laki itu tersenyum, mengelus bingkai dengan lembut.
" Ke mana kau? Tega sekali meninggalkan ku. Jika kau tidak lagi merindukan ku, tapi tolong beri aku kabar tentang mu. Kau sudah tidak menganggap ku sahabat mu ya? Dengan siapa kau berteman hhuh? Tega sekali."
Laki-laki itu berceloteh seorang diri dengan bingkai foto ditangannya. Matanya meneteskan air bening. Tubuhnya bergetar, meremas bingkai itu hingga tangan bersihinya berdarah.
" Sialan kau Jane. Sialan. Aku menyayangimu. Kembali, tolong kembali Jane. Kembali kepadaku, kepada keluarga mu."
Ucapan Zean kian melirih. Hati dan pikiran nya berkecamuk. Air matanya terus mengeluarkan air bening. Tangannya bergetar hebat. Hancur, hatinya hancur. Di tinggalkan seseorang yang ia jaga dari kecil, ternyata bisa semenyakitkan ini ya?
•••
Keadaan semakin memburuk. Vegas pun rasanya tak memiliki lagi kekuatan untuk takdir dan lika liku kehidupan sialannya. Mata elangnya menatap sebongkah kain terikat di atas meja. Tanganya meraih benda tersebut. Mengamati nya dengan tatapan kosong.
" Apa... Apa ini?"
Kala kain itu di buka. Terpampang lah foto-foto tak layak. Mata Vegas memanas. Rasa marah mulai bergejolak. Belum selesai ia membereskan jasad Daniel, dan Boni. Kini, apa ia harus membunuh polisi sialan itu?
Foto-foto Jane tanpa sehelai benang dapat Vegas lihat. Matanya memerah. Tubuhnya penuh dengan cairan merah, itu seperti darah. Tapi Vegas tak yakin, Christian itu pria yang licik. Tapi tak akan bisa mengalahkan kepintaran Vegas. Dipikiran Vegas, bisa jadi Christian hanya membuat darah palsu untuk membuat nya menyerah. Pria sialan itu, memang tahu kelemahannya.
Vegas meremas foto-foto itu. Membuangnya asal. Dengan bringas, Pria itu keluar dari apartemen. Meraih pistol milik ayahnya dan beberapa narkoba yang ia beli kemarin lusa.
" Brengsek, harus ku bantai hingga tewas."
•••
" Yon, kau sudah mengetahui dengas dengus putriku?"
Yon menoleh mendapati sahabatnya. Pria dengan kemeja hitam itu mendengus kecewa lalu mendongak.
" Maaf, tapi hingga saat ini aku belum mendapat kabar dari suruhanku Vin. Aku tidak tahu kemana putrimu di bawa oleh pelaku penculikan ini. Tapi ini aneh, penculik itu sangat pintar. Aku curiga jika putrimu di bawa oleh seseorang yang tidak waras."
Vegas menyeringit. Menatap Yon dengan alis terangkat. "Maksudmu psikopat atau penderita sakit jiwa?"
Yon mengangguk. Meraih teh hangat lalu menyodorkan nya kepada Vincent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...