" Yon, Putramu di temukan membusuk dan kian menjadi tengkorak. Elano di sembunyikan di suatu tempat. Keadaan nya sudah mengenaskan."
Yon terkekeh. Menatap netra Vincent dengan begitu dalam. "Aku sudah tahu, kemarin lusa detektif Xander memberiku kabar."
Vincent sempat terkejut. Melihat bagaimana Yon merasa santai saat putra pertama nya menghilang dari bumi itu membuat Vincent sungguh curiga.
" Dan kau tidak merasa kehilangan? Bersedih?"
Yon menarik alisnya. Tangannya meraih gelas wine, lalu meneguknya hingga tuntas. "Untuk apa? Sudah kukatakan padamu dari tahun lalu saat kita SMA bukan? Aku tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan."
" Tapi..."
" Sudahlah Vin, aku merasa baik-baik saja. Kenapa kau yang sontak pusing?"
Vincent menggelengkan kepalanya. Pikirannya merasa berkecamuk. Tidak habis pikir dengan sang teman.
" Apa kau sudah mengetahui siapa pembunuhnya?"
Yon tersenyum. " Kupikir hanya aku yang mengetahui nya."
•••
" Jadi, apa yang harus kulakukan?"
Jane mendengus. Merapikan dasi nya dengan benar. Tanganya meraba , mencari sosok menyebalkan dan brengsek itu. Melihat itu Christian terkekeh, pria tampan itu mendekat, meraih lengan Jane lalu membawanya ke dalam pangkuan.
" Oke, sekarang kau bisa bicara." Ujar Christian sembari merapikan rambut Jane.
Gadis mungil itu tersenyum, tanganya meraba kembali. Jari-jari mungilnya mengelus dada bidang Christian.
" Cukup bawa aku ke apartemen. Dan kau, berdandan setampan mungkin. Jangan biarkan rupa mu terlihat brengsek di mata nya."
Christian mendesah lirih, kepalanya bersembunyi di pundak Jane dengan tangan yang melingkar di pinggang gadis itu. Sikap pria itu sontak membuat Jane menyeringit.
" Kenapa? Kau ada masalah?"
" Apa kau lupa? Aku sudah brengsek di matanya."
Jane tertawa nyaring mendengar itu, tangan kecilnya mengelus surai Christian dengan lembut. Lengannya terbuka, memberi pelukan yang hangat.
" Jangan khawatir, percaya padaku. Semuanya akan baik-baik saja." Balas Jane berdiri meraih jaket.
Christian tersenyum, mengecup bibir Jane dengan lembut yang di balas kekehan kecil dari gadis itu. Dengan hati-hati Christian membawa Jane kedalam gendongannya. Keduanya terlihat mesra layaknya ratu dan raja.
" Beri tahu aku jika kau ingin sebuah ciuman." Bisik Christian tepat di telinga gadis itu.
Jane terkekeh. Mengeratkan pelukannya pada tubuh pria itu. "Masuk mobil, dan jalankan tugasmu dengan benar, Christian." Ujar Jane mempertegas.
C
hristian mengangguk, melangkah pergi meninggalkan Jane yang sudah melata mencari sebuah rekaman yang ia simpan beberapa menit yang lalu. Gadis itu duduk dengan hati-hati, melipat sarung tangan bernoda merah di atas nakas dan menyimpannya di kantung kemejanya.
Berbeda dengan Vegas, pria itu berkali-kali mengumpat karena gagal menemukan lokasi di mana Christian menyembunyikan gadis itu. Matanya menatap kota yang nampak ramai akan penduduk, orang-orang terlihat berjalan santai dan tersenyum tanpa beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...