BAB 7

821 84 1
                                    

" Kak ve? Kau ingin pergi?"

Vegas menoleh, menatap mata gadis buta di belakang tubuhnya. Ia tersenyum tipis. Mendekat dan mencium bibir ranum gadis mungil itu sekejap. Mengelus rambut lurus itu dengan lembut.

" Kau lapar bukan?"

Jane mengangguk cepat. Sontak Vegas terkekeh. "Good. Jadi biarkan aku pergi mencarikan makan untuk mu."

Jane tersenyum lebar. Menampakkan gusi nya yang menggemaskan. Ia meraba, mengecup bibir tebal Vegas dengan lembut. Ia kembali tersenyum kala kecupan keduanya terlepas.

" Be careful handsome!! Jane akan menunggu mu kak Vee! Promise with me, kau tidak akan pergi jauh kan?"

Vegas terkekeh, ia menggeleng kecil. "tidak."

Seperginya Vegas, Jane terus menerus berjalan kesana kemari. Gadis mungil itu tak bosan-bosannya mengelilingi apartemen pria tampan yang sayangnya aneh. Jane mengangguk kecil kala menyentuh lukisan dengan bentuk yang tak asing.

Gadis itu tersenyum simpul, mengerti dan mengetahui gambar lukisan itu. Ia terkikik geli kala merasa aneh pada dirinya sendiri. Jane melangkah, menuju ruang bawah tanah yang diyakini sebagai pusat bermain Vegas. Ia rasa.

" Apa dia selalu bermalam di sini? Ah... Aku mencium bau tak enak."

Jane mengendus kecil bau-bau aneh yang ia resap ke dalam hidung mungilnya. Gadis itu meraba, mencari sosok dengan bau menjijikkan yang ia cium. Bau ini seperti bau daging yang sudah membusuk, sangat tidak sedap dan terlihat kumuh.

Gadis mungil itu terus meraba sembari melangkahkan kaki nya. Saat rasa ia menyentuh sebuah pendingin daging dengan ukuran yang lumayan, Jane tersenyum senang. Ide konyol muncul di benak nya, tangan mungilnya terangkat. Membuka pintu pendingin daging itu dengan cepat dan mudah.

Sontak bau busuk yang menjijikkan semakin menyengat di hidung nya. Rasa ingin muntah tiba-tiba terjeda dalam tengah tenggorokan nya.

" Huh? Apa dia seorang psikopat? Kenapa dia menyimpan banyak daging berukuran besar seperti daging manusia? Persetan, baunya sangat menjijikkan."

Jane bergumam dengan tangannya yang menyentuh daging dingin di pendingin itu. Bibir mungilnya terus menerus bergumam tidak jelas.

" Sayang...? Apa sopan seorang tamu asing yang baru saja datang mengatakan hal seperti itu?"

Suara itu, suara yang Jane tunggu-tunggu.

" Kau? Kau sudah kembali? Kenapa sangat cepat? Kak Ve, aku menemukan daging busuk! Kenapa kau menyimpan daging busuk?!"

Vegas tersenyum tipis. Pria itu melangkah, memeluk tubuh mungil Jane dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggul kecil sang gadis, menelusupkan kepalanya di leher jenjang gadis cantik itu. Ia terkekeh kecil, mengecup sejenak leher putih Jane.

" Aku pikir gadis kecil seperti mu tidak bisa mengatakan hal seperti itu. Tapi, karena kau sudah tahu. Untuk apa aku menjelaskan nya, benarkan sayang?"

Vegas tersenyum miring. Pria itu meraih tubuh mungil Jane. Membawa gadis itu ke dalam pangkuannya. Menatap mata bulat yang buta itu dengan intens.

" Kau takut?"

Jane yang mendengar itu sontak menyeringitkan keningnya. Ia mengepalkan tangannya kuat. Tak terima dengan penuturan pria tampan di hadapannya.

" Huh? Takut? Cih, tidak akan! Untuk apa aku takut?! Lagipula, kau tidak mungkin berani membunuh seseorang Kak Ve!"

Jane menyentak dengan kasar dan tegas. Tak ada rasa takut di dalam benaknya. Gadis bermata buta itu menunjukkan raut wajah marah, gigi mungilnya bersatu.

Dark EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang