" apa kabar?"
Itu Volin. Wanita berambut panjang dengan rok span yang membuat nya semakin terlihat cantik dan anggun. Wanita itu tersenyum lembut seraya menatap pria kecintaannya.
Suasana keduanya terasa hening dan sangat canggung. Vegas yang berada di situasi seperti ini hanya diam. Menatap mata wanita itu dengan dalam. Hatinya berdesir kala melihat betapa cantiknya wanita itu, Volin memang terlihat sangat membara dan bersinar.
" Kenapa kau kembali?"
Itu Vegas. Pria itu masih dengan setelan seragam SMA nya. Rambutnya yang tadinya rapi kini kacau karena pertempuran konfliknya bersama Daniel.
Volin tersenyum lembut. Tangan lentiknya menyisir poni panjangnya menyamping. Kepalanya mendongak untuk menatap pria tampan dihadapan nya.
" Karena aku merindukanmu." Balas wanita itu. Senyum nya tak luput dari wajah cantiknya.
Mendengar itu membuat desiran di hati Vegas sontak bertambah. Jantungnya berdegup kencang kala tangan lentik Volin menyentuh lengannya.
Ia terdiam. Menikmati sentuhan dari sang wanita. Namun kala pikirannya teringat seorang gadis kecil, Vegas segera menyentak tangan Volin. Tubuhnya membuat jarak dari wanita itu.
" Ve?"
Volin menatapnya kecewa, wajah cantiknya terlihat menyedihkan.
" Kita akan bertemu lagi nanti. Aku ada urusan."
Volin menyeringit mendengar itu. Ketika Vegas melangkah, wanita itu dengan cepat menarik lengan Vegas. Memutar tubuh pria itu agar menghadap tepat di wajahnya.
Keduanya terdiam dalam keheningan. Volin menatapnya kecewa. Air mata nya mengalir begitu saja kala Vegas memalingkan wajah, berusaha untuk tidak menatapnya.
" Kau berubah Ve."
Volin berujar lirih. Tangan lentiknya terlepas dari lengan Vegas. Pria SMA itu menunduk dengan hembusan nafasnya kasar.
Suara hujan di antara mereka tak dapat mengganggu. Sepi dan hampa menali hubungan antara keduanya. Volin terisak, hatinya sesak kala Vegas hanya diam tanpa ingin mengucapkan satu kata kalimat penghangat untuknya.
" aku tidak."
Vegas menyentak di antara keheningan yang ada. Membuat wanita dihadapan sontak mendongak dengan sisa air matanya yang menyedihkan.
Keduanya saling melempar tatapan. Vegas mengusak rambutnya kasar. Keadaan nya terlihat kacau dan berantakan. Cintanya tak didasari apapun, dia hanya menginginkan satu kelopak bunga. Tidak untuk memiliki keduanya.
" Sorry to say. Aku ada urusan."
Vegas melenggang pergi begitu saja tanpa ucapan selamat tinggal. Menyisakan Volin yang kini menatapnya dengan rasa kecewa. Wanita itu berjongkok, meremas tanah cokelat hingga membuatnya semakin kotor. Kemeja putihnya kian bewarna kala tangan lentiknya memeluk tubuhnya sendiri.
Hatinya terbelah ngilu melihat cinta pertamanya pergi meninggalkannya di tengah kegelapan yang begitu dingin. Volin terisak, menangis sesenggukan untuk sekedar membuang air mata pedihnya.
Bagaimana pun, Vegas adalah prioritas nya dulu kala mereka masih memiliki sebuah ikatan yang bernilai. Volin tidak pernah mengira hal ini akan terjadi padanya dan pria nya, Vegas.
Pria itu bersikap seolah-olah mereka tak dekat. Dan itu membuat hatinya terasa sesak. Bahkan untuk bernafas saja sulit.
Takdir sudah di tentukan, dia dan Vegas. Keduanya sudah memiliki jalan dan takdir masing-masing. Vegas akan memiliki pasangan dan itu benar. Meski Volin tak mengetahuinya, namun banyak pasang mata yang tahu menahu tanpa kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Eyes
General FictionShe was blind, dark, which she could only see. And on the contrary, he's cheerful. Yet life betrays her. Made him feel disappointed in himself, and ended up being a horrible monster. The darkness between the two was shattered when the blind came, an...