JENNIE menghela napas. Dengan tangan bertumpu pada pinggang, matanya memandang setumpuk pakaian yang berserakan di atas tempat tidurnya. Ia sedang dilanda kebimbangan, antara dress putih dengan motif bunga-bunga, crop top cokelat tanpa lengan, atau kardigan garis-garis kesukaannya.
Biasanya untuk mengombinasikan satu pakaian dengan yang lain, ia tak harus menghabiskan banyak waktu. Fashion merupakan salah satu kelebihan seorang Jennie Kim, maka matanya bisa dengan mudah menangkap apa yang akan cocok ia kenakan atau tidak. Tapi karena ini adalah hari penting, ia ingin tampil sempurna. Ketiga pakaian ini adalah pilihan terakhir, semuanya terlihat cocok sehingga Jennie bingung harus memilih yang mana.
Ia meraih ponselnya dari tempat tidur ketika benda itu berbunyi, menandakan bahwa pesan yang dia kirim sepuluh menit lalu baru saja di balas. Nama Hye Kyo muncuk pada bar notifikasi, Jennie bergegas membukanya.
From : Hye Kyo unnie
Dress putih itu cantik sekali, aku yakin akan cocon untukmu. Lisa pasti akan suka! 😊
Jennie tersenyum, pakaian sudah diputuskan. Ia lantas menyambar gaun casual putih dengan motif bunga-bunga itu, mengabaikan tumpukan pakaian lain tanpa berniat membereskannya. Satu menit kemudian gaun itu sudah berhasil melekat di tubuhnya. Senyum Jennie kian mengembang saat melihat dirinya sendiri lewat pantulan cermin besar di hadapannya.
Sempurna.
Kemudian, ia memoles wajahnya dengan riasan tipis. Rambut dibiarkan jatuh di bahu indahnya, dan parfume beraroma vanilla menjadi pilihannya untuk sentuhan terakhir. Di detik berikutnya ia menyambar salah satu koleksi tas Channel-nya dari lemari sebelum memasang sepatu dan bersiap untuk turun ke area parkir. Lisa sudah menunggu.
Jennie baru saja kembali dari pulau Jeju, dan hal pertama yang ia lakukan adalah menghubungi Lisa melalui panggilan video. Gadis itu tadi baru saja menyelesaikan pengujian tugas akhirnya, dia masih berada di rumah Jisoo untuk mengurus beberapa hal. Lalu Lisa tiba-tiba mengajaknya untuk makan malam dan merayakan kesuksesan tes tahap satu yang baru saja berhasil mereka rampungkan. Sebenarnya dia bilang akan menjemput Jennie pukul delapan malam ini, namun karena Jennie sangat merindukannya dan tak sabar ingin bertemu, ia memberitahu Lisa agar mereka pergi sekarang saja untuk menghabiskan waktu bersama. Ada beberapa ide di benak Jennie saat memintanya.
Menuruni tangga, perasaan Jennie tidak bisa berhenti antusias. Sejak dulu ia selalu berharap untuk menjadi seseorang yang akan berdiri dengan senyum bangga di samping Lisa ketika dia meraih sebuah pencapaian. Harapan itu sempat runtuh atas kandasnya hubungan mereka, namun kini dia adalah orang pertama yang Lisa ajak untuk merayakannya, artinya mimpi itu sudah tercapai. Jennie merasa senang. Ia merasa kembali dibutuhkan setelah sekian lama.
Tepat ketika kaki Jennie berhasil menuruni anak tangga terakhir, ia melihat mobil milik Lisa memasuki tempat parkir. Si pemilik mobil kemudian turun setelah memarkirkan tunggangannya dengan benar. Mata takjub Lisa adalah yang pertama Jennie lihat ketika perempuan jangkung itu berjalan mendekat, seolah memujinya.
"Apa-apaan ini? Kau akan menikah dengan siapa?" Tanya Lisa, menatapnya dari atas hingga bawah.
Jennie tersipu, memutar matanya. "Kau berlebihan. Ini hanya gaun casual."
"Oh, aku tak bicara soal gaunmu. Maksudku, kau, Jennie. Kau terlihat seperti calon pengantin dengan wajah cantik itu."
"Ya, jangan memujiku!" Jennie menampar lengan Lisa.
"Kenapa? Aku rugi jika tidak memujimu. Bahkan pujian saja tidak cukup rasanya untuk mengapresiasi kecantikanmu."
Wajah merah dan senyum malu-malu itu sebenarnya sudah menjawab kenapa Jennie tak ingin dipuji, ia tersipu, jika Lisa terus seperti ini mungkin Jennie akan membatalkan rencana mereka hari ini dan menarik si jangkung ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Her Shadow || Jenlisa ✔️
أدب الهواةSetiap perasaan yang masih tertinggal, membuat Lisa sulit untuk benar-benar pergi. Dia sudah mencoba, namun hatinya selalu memaksanya untuk menuju tempat yang sama, meskipun tempat itu tak lagi sama. (Gxg)