"Bagaimana Ibu bisa tahu aku di sini?"
Jennie bertanya setelah tersenyum dan mengangguk pada dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisinya dan hendak pergi. Ia masih sedikit terkejut karena Jisoo tiba-tiba datang bersama kedua orang tuanya.
"Mino memberitahu kami," Nyonya Kim menatap putrinya dengan penuh perhatian. "Dia akan segera datang, dia hanya sedang mengurus pembayaran di bagian administrasi atau semacamnya."
Memutar matanya, Jennie menatap Jisoo sekilas sebelum kembali pada ibunya. "Dia seharusnya tidak berada di sini. Aku tidak ingin bertemu dengannya."
"Jennie--"
"Ayah. Dia tidak sebaik yang kau pikirkan. Kenapa kau masih bersikeras?"
Ayah dan ibu Jennie saling berpandangan. Mereka berbicara satu sama lain lewat tatapan, lalu Nyonya Kim menepuk pundak putrinya lembut. "Sebaiknya jangan bicarakan hal ini dulu, hm? Dokter bilang kau harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak berpikir--"
"Tidak, aku ingin semua ini jelas. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi dan aku tidak ingin kau memperlakukannya seolah-olah kau telah menerimanya di tengah-tengah kita. Dia bukan siapa-siapaku lagi, jadi Ibu dan Ayah, aku harap kalian berhenti bersikap seolah-olah aku membutuhkannya karena tidak sama sekali. Sekedar informasi, dialah yang membuatku pingsan."
"Apa?!" Suara Jisoo meninggi mendengar fakta itu.
Mata orang tua Jennie beralih ke gadis berbibir hati itu sejenak, lalu mereka menatap Jennie dengan wajah terkejut dan tidak percaya. Semua orang menunggu penjelasan.
"Apa yang telah dia lakukan padamu?" Jisoo mendekat dengan marah. "Apa dia menyakitimu secara fisik?!"
"Tidak..tidak..oh Tuhan, bukan itu. Tapi dia mengatakan padaku tentang sesuatu yang membuatku tak bisa bernapas." Jennie membuang muka.
"Dan apa itu, Jennie?" Tuan Kim ikut bertanya.
Melirik ke arah Jisoo, Jennie menelan ludah. Ia tidak mungkin memberitahu orang tuanya tentang pingsannya hanya karena semua masalah dengan Lisa. Maka dia memutuskan untuk menyebutkan namanya saja tanpa menjelaskan, yang jelas akan membuat semua orang menjadi bingung, kecuali Jisoo.
"Diana." Katanya.
Benar saja, mata Jisoo langsung terbelalak. Dia juga tahu tentang foto-foto itu dan sudah menduga bahwa hal ini akan menjadi masalah baru, tapi dia tidak menyangka Jennie akan melihatnya secepat ini.
"Dia sengaja menunjukkannya padamu?"
Jennie mengangguk. "Ya, aku tidak tahu niatnya tapi dia yang menyebabkan ini."
"Tunggu... apa yang kalian bicarakan? Bisa kau jelaskan pada kami, Jen? Jika dia membuatmu pingsan, mengapa? Apa yang dia lakukan?"
Pertanyaan beruntun dari ibu Jennie membuat ia dan Jisoo saling bertukar pandang. Jennie benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskannya, ia tidak tahu bagaimana orang tuanya memandang Lisa sekarang karena Mino telah membuat ia dan gadis jangkung itu terlihat buruk di mata mereka. Jennie khawatir jika ia menceritakan masalahnya dengan Lisa, orang tuanya akan menyalahkannya atas pilihannya. Dia tidak siap untuk itu. Dan dia tidak ingin Lisa yang disalahkan.
Ditatap seperti itu oleh Ayah dan Ibunya membuat Jennie memikirkan seribu cara untuk mengendalikan situasi. Ia berharap Jisoo akan membantunya, tapi gadis itu menggelengkan kepalanya seolah memberi tahu bahwa dia juga tidak tahu harus berkata apa.
"Aku ....err--aku, sudah keluar dari perusahaan." Ujarnya sebagai gantinya.
Kerutan di dahi Ayah dan Ibunya semakin dalam. "Tunggu.. apa kau serius? Sejak kapan? Dan kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Her Shadow || Jenlisa ✔️
FanficSetiap perasaan yang masih tertinggal, membuat Lisa sulit untuk benar-benar pergi. Dia sudah mencoba, namun hatinya selalu memaksanya untuk menuju tempat yang sama, meskipun tempat itu tak lagi sama. (Gxg)