SOLAR Baru saja selesai merapikan produk-produk yang tadinya mereka gunakan untuk keperluan shooting. Tiga jam sudah berlalu, malam juga hampir kembali berganti menjadi pagi, namun perempuan yang dia lihat sejak tadi berdiri di depan jendela besar--menatap sesuatu di bawah sana, tampak tidak menyadarinya. Jennie melamun, entah memikirkan apa. Yang jelas, Solar merasa tidak senang melihatnya.
"Jen, kau mau makan sesuatu?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Jennie terhenyak dari lamunannya, ia tak bisa menahan diri untuk tidak memutar bola mata. "Kau menyuruhku makan pukul 3 dini hari? Bagaimana dengan menurunkan berat badan yang selalu kau perintahkan padaku, unnie?" Sarkasnya.
"Well, aku akan berbaik hati untuk hari ini saja. Mino akan tiba pagi ini, sekitar pukul delapan. Aku tidak ingin dia melihatmu dalam keadaan seperti ini, jadi mungkin kau ingin makan sesuatu untuk menaikkan mood?"
Jennie memaksakan senyum, entah kenapa akhir-akhir ini darahnya berdesir dengan cara yang tidak nyaman jika mendengar nama Mino disebut-sebut.
"Aku harus ready pukul berapa besok?" Ia mengalihkan pembicaraan.
"Kita akan mulai shooting pukul sembilan. Jadi, kira-kira pukul tujuh kau sudah harus selesai bersiap-siap. Besok akan sangan intens, kita akan melakukan sebagian besar aktivitas di laut, jadi sebaiknya persiapkan dirimu."
Jennie mengangguk, ia sudah tahu, tidak perlu diingatkan berulang-ulang. Besok, Jennie akan mencoba beberapa water sport di pantai--hal yang tentu saja sangat ia benci, namun tak ada yang bisa ia lakukan sebab dirinya tak memiliki wewenang atas konsep atau segala hal yang berhubungan dengan perencanaan. Perusahaan membuatnya harus mengikuti semua yang sudah ditentukan dan dipersiapkan sehingga meski tak sesuai dengan keinginannya ia masih harus melakukan itu.
Seperti bagaimana perusahaan tanpa sepengetahuannya menyetujui penambahan item dalam kontrak kerjasama dengan BiL Cosmetic. Padahal, awalnya Jennie hanya harus mempromosikan lipstik mereka, namun tahu-tahu ada penambahan item kosmetik yang baru Solar beritahukan setelah mereka sampai di hotel, sehingga masa tinggal mereka harus diperpanjang selama satu hari, dan jadwal shooting harus diubah total. Sebenarnya shooting yang barusan mereka lakukan itu tidak ada di dalam jadwal.
Kemudian, belum usai rasa kesalnya atas permasalahan itu, kini dia sudah harus menghadapi hal lain yang dibencinya seumur hidup; laut dan pantai.
"Baiklah. Sekarang bisakah kau keluar, unnie? Aku butuh tidur."
Solar kontan mengernyit. "Ada apa dengan sikapmu padaku akhir-akhir ini? Kenapa kau jadi ketus begini?"
Jennie mengabaikan pertanyaan itu, ia lebih memilih untuk merebahkan diri di atas tempat tidur dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Jika Solar peka, dia akan tahu bahwa sikap-sikap yang ditunjukkan Jennie selama beberapa hari terakhir adalah bentuk rasa lelah terhadapnya, namun Jennie tahu wanita ini tak akan repot-repot memikirkan apa yang salah, jadi dia juga memilih untuk tidak mengindahkan keheranan Solar.
"Whatever," Solar memutar mata, "Aku akan ke kamarku."
"Hmm. Hati-hati. Selamat tidur." Jennie berkata dari balik selimut. "Ah, Unnie! Tidak perlu membangunkanku besok pagi. Aku akan bangun sendiri jadi jangan membunyikan bel atau mengetuk pintu, atau menghampiriku.
"Kenapa?"
"Lakukan saja..aku hanya tidak ingin tidurku terganggu, kau lihat jam berapa sekarang? Aku hanya bisa tidur maksimal satu atau dua jam, jika kalian membangunkanku itu akan sangat menyebalkan dan merusak mood. Kumohon, sekali ini saja turuti permintaanku." Jennie menggigit bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Her Shadow || Jenlisa ✔️
Fiksi PenggemarSetiap perasaan yang masih tertinggal, membuat Lisa sulit untuk benar-benar pergi. Dia sudah mencoba, namun hatinya selalu memaksanya untuk menuju tempat yang sama, meskipun tempat itu tak lagi sama. (Gxg)