"Kau tidak bisa melihat seperti apa wajahku?! Kau masih berharap aku bertemu klien dengan wajah seperti ini?! Profesional? Bicara soal profesional--unnie! Kau terus menyela--bukan...."
Suara melengking dan penuh amarah itu berasal dari Jennie. Dia sedang berbicara dengan Solar di telepon. Ramyeon instan di cup-nya masih tersisa setengah, tetapi sang manajer tiba-tiba menelepon dan mengatakan sesuatu—Lisa tidak tahu apa itu, tapi yang pasti itu membuat Jennie tidak senang.
Sementara itu Lisa mendengarkan sambil melanjutkan memakan ramyeon dan menonton televisi. Dia masih memikirkan hal tadi, tentu saja, hanya saja dia tidak menunjukkannya di depan Jennie.
"Brengsek!" Jennie melempar ponselnya.
"Hei....ada apa?????" Hampir saja Lisa menumpahkan ramyeon karena terkejut.
"Solar brengsek itu tidak pernah mengerti situasiku! Dia masih bersikeras untuk makan malam dengan klien meskipun aku tidak dalam kondisi baik!" Suara Jennie bergetar.
"Klien baru?"
"Ya, dari Swan."
Lisa meletakkan ramyeon-nya di atas meja dan meraih gelas untuk menyesap isinya. "Swan yang itu? Wow, itu bagus. Tapi kalau kau tidak mau pergi, kau tidak harus datang."
"Aku tidak bisa. Solar khawatir namaku akan di-blacklist jika membatalkan ini." Bahu Jennie terkulai. Dia meraih cup ramyeonnya lagi, tetapi Lisa dapat melihat bahwa dia tidak lagi memiliki nafsu makan.
"Lantas kau akan pergi?"
"Tidak," Jennie menjeda dan menghela nafas. "Maksudku, ya, aku harus pergi. Ini Swan, kau tahu betapa aku memimpikan mereka. Tapi dengan wajah seperti ini? Aku tak siap untuk mereka. Bagaimana jika mereka tidak mengontrakku karena wajahku terlihat seperti ini? Aku belum siap untuk ditolak."
Lisa terkekeh. "Kau lebih khawatir mereka akan menolakmu karena wajahmu memar-memar, daripada mereka tahu kau baru saja berkelahi di tempat umum?"
"Perusahaan pasti sudah mengurusnya. Karena jika tidak, Swan akan membatalkan makan malam malam ini secara sepihak. Tapi Solar tetap meneleponku, jadi menurutku mereka tidak terpengaruh oleh kejadian hari ini."
Mengangguk, Lisa mengeluarkan ponselnya. Sebenarnya dia sedikit kecewa, dia pikir mereka akan menghabiskan waktu bersama sepanjang malam. Jennie tidak memberitahunya tentang ini sebelumnya. Tapi ini pekerjaan, ia harus mengerti.
Sekarang pukul 7, keluarga Lisa pasti sudah tiba di tempat makan malam. Ia kemudian mengirim pesan kepada Diana untuk bertanya.
"Kalau begitu kau harus pergi. Mereka tidak peduli apa yang terjadi padamu, berarti mereka juga tidak akan peduli dengan wajahmu."
"Kau yakin?"
"Ya, seratus persen."
"Entahlah Lisa. Haruskah?"
"Hei... ada apa dengan rasa tidak percaya diri ini? Ayolah, kau Jennie Kim. Ini hanya makan malam. Pakai gaunmu dan kuasai dunia." Lisa mengedipkan mata.
Melihat itu, senyum muncul di bibir Jennie. Dia menampar lengan Lisa dengan lembut, "Konyol." Katanya sebelum mengangguk. "Baiklah. Aku akan bersiap-siap. Jangan kemana-mana, ya?" Rasa tidak percaya diri Jennie berubah menjadi antusias dalam sekejap. Dia kemudian bangkit dari sofa, lalu berlari ke kamarnya, meninggalkan sisa ramyeon yang mulai dingin.
Saat Jennie sudah menutup pintu kamar tidurnya, senyum Lisa memudar, digantikan desahan berat yang tidak bisa membuatnya lega. Sekali lagi dia menoleh ke jendela, menatap kabut di luar sana yang semakin tebal. Entah karena suasana hatinya yang tidak karuan, kabut membuatnya menjadi semakin emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Her Shadow || Jenlisa ✔️
FanficSetiap perasaan yang masih tertinggal, membuat Lisa sulit untuk benar-benar pergi. Dia sudah mencoba, namun hatinya selalu memaksanya untuk menuju tempat yang sama, meskipun tempat itu tak lagi sama. (Gxg)