Sore itu seokjin bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya yaitu bengkel paman Changsub. Seragam mekanik berwarna biru dengan garis perak dibagian dada ini pun sudah siap di tas seokjin dan seokjin selalu mengganti pakaiannya sesampainya di sana.
Beberapa orang bertanya, kenapa seorang seokjin harus repot-repot mencari pekerjaan, sementara daddy dan mommy nya memiliki profesi yang bisa dibilang cukup keren atau sangat keren di Wellington ini.
Lee min ho menjabat sebagai kepala sekaligus dokter bedah untuk penanganan pasien dengan gangguan jiwa di golden hospital. Sedangkan Lee yea ji, menjadi manager sekaligus model majalah pakaian lokal. Terdengar keren, bukan?
Mungkin bener, tapi itu tidak akan berlangsung lama. Cepat atau lambat, seokjin yang anak sulung akan menggantikan mereka sebagai tulang punggung dan harus menopang kebutuhan keluarga. Dan sayangnya, seokjin tidak berbakat untuk meneruskan pekerjaan mereka. Seokjin tidak bisa menjadi dokter karena seokjin membenci darah dan aku tidak mungkin menjadi model karena seokjin tidak suka menjadi pusat perhatian.
Hari itu, sebelum seokjin pergi ke bengkel paman Changsub, suara berisik dari daddy dan mommynya yang bertengkar di lantai bawah mengusik seokjin. Suara mereka yang keras dengan teriakan penuh caci dan maki berhasil menembus udara hingga sampai ke lantai dua kamar anak anaknya.
Akhir akhir ini mereka berdua memang sering terlibat cekcok. Daddynya menyalahkan mommynya karena menganggapnya terlalu mengumbar tubuh dan hidup nya kepada publik. Sementara mommy menuding daddy berselingkuh dengan salah satu perawat rumah sakit. Mereka seolah lupa bahwa di rumah ini ada diri nya dan sang adik.
Kaki seokjin mendadak berhenti di depan kamar taehyung yang pintunya terbuka. Taehyung tampak duduk menghadap jendela dan terdiam. Seokjin harus melakukan sesuatu.
Seokjin menghampiri taehyung dan langsung duduk saat tahu alat bantu dengar yang selama ini taehyung gunakan tergeletak asal di lantai. Seokjin mengambil nya dan memberikan pada taehyung.
"Oh, hyung?" Ucap taehyung setengah terkejut. Taehyung kemudian menerima alat bantu dengar nya dan segera memasang nya di telinga.
"Apa mereka sudah selesai, hyung?" Seokjin dan taehyung memang jarang berbicara sebelumnya. Bisa dibilang hubungan mereka berdua sebagai hyung dan dongsaeng tidak terlalu berjalan baik. Seokjin menatap taehyung dengan sendu.
"Apa voo baik baik saja?" Tanya seokjin memastikan sambil menyebutkan panggilan kesayangan seokjin untuk taehyung. Taehyung tercenung sesaat sebelum akhirnya tersenyum getir.
"Aku hanya ingin daddy dan mommy kembali seperti dulu, jwan hyung." Mata seokjin beralih ke arah taehyung.
"Voo tahu kan kalau orang dewasa akan selalu memiliki masalahnya sendiri?" Dan taehyung hanya mendengus geli untuk merespons ucapan seokjin barusan.
"Omong omong, hyung belum pergi?" Taehyung berusaha mengalihkan pembicaraan. Merasa suasananya berubah tidak nyaman, seokjin pun beranjak.
"Nee, aku akan bergegas." Taehyung hanya menggumam menanggapi seokjin dan kembali menatap jendela besar di hadapannya.
"Kupikir..." Taehyung menoleh saat seokjin menggantung kalimat nya di udara.
"Jika voo butuh sesuatu, atau seseorang, mungkin kau --"
"Aku baik baik saja, hyung," potong taehyung. Seokjin menelan kembali ucapannya dan mengangguk paham. Sebelum pergi, seokjin kembali menatap iris cokelat taehyung lurus lurus.
![](https://img.wattpad.com/cover/321462771-288-k220045.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I NEED YOU BROTHER ✅
FanfictionKehilangan adik laki laki nya tepat 2 hari setelah ia di pecat dari pekerjaannya.