"Seokjinie, kami sangat menyayangimu dan taehyungie." Yeji meraih tangan seokjin dan memegang nya erat.
"Tapi kami tidak bisa memaksakan pilihan nya untuk kami." Mata seokjin terasa panas sekarang.
"Taetae tidak mungkin melakukan itu." Ucap seokjin kekeh mencoba tegar menghadapi kenyataan ini.
Namun reaksi Minho tidak seperti yang seokjin duga. Ia berdiri dari sofa nya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Silakan cara taehyung jika itu memang keinginan mu." Ucap nya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain tanpa menatap seokjin.
"Tapi kami tetap harus menerima keputusan mu besok malam."
Minho melangkah menjauhi meja makan. Hanya satu dua langkah sampai akhirnya langkah nya terhenti dan ia kembali berbalik melihat seokjin.
"Pikirkan dengan baik seokjin ah. Dengan siapakah kau akan tinggal nantinya." Ia mendesah pelan.
"Daddy akan segera mengumumkan nya pada konferensi pers nanti. Dan satu lagi, bisakah kau jauhi yeoja detektif itu?" Dahi seokjin langsung berkerut dalam saat membicarakan sohyun malam itu.
"Ada apa dengan sohyun?"
"Dia bukan yeoja yang baik untukmu dan kau akan mengetahui siapa dia sebenarnya. Cepat atau lambat." Lalu Minho pergi melewati seokjin dan meninggalkan meja makan dalam keadaan yang membingungkan.
.......
Sebuah bangunan lantai satu yang terlihat seperti gudang tua ini dipenuhi dengan rumput liar di sekitarnya. Cat yang melapisi dinding ini pun terlihat sudah memudar dan berlumut. Lantai nya kotor dan di beberapa titik dipenuhi lumpur dan genangan air. Sesekali tikus dan kecoa muncul di hadapan mereka. Aroma apek juga menyeruak cepat ke dalam hidung sohyun saat dirinya dan Taeil memutuskan untuk masuk lebih dalam.
Anehnya, pintu utama bangunan ini berada dalam keadaan terkunci rapat dan di gembok. Keadaan kunci nya pun terbilang masih bagus seperti baru. Seseorang pasti tinggal di dalam sini. Atau setidaknya, bangunan ini pernah ditinggali dalam beberapa hari ke belakang.
Taeil langsung menyalakan senter saat ruangan gelap menyambut pemandangan mereka. Mereka belum menemukan tombol lampu sehingga hanya cahaya dari lampu senter milik Taeil yang menjadi pemandu mereka di bangunan tua ini.
"Apa kau yakin tempat ini menjual obat-obatan?" Tanya Sohyun pada Taeil.
Namun Taeil hanya mengangkat kedua bahunya.
"Tempat ini jelas tidak cocok untuk kegiatan farmasi atau bahkan memperjual belikan obat." Taeil mendengus pendek.
"Mereka bahkan tidak memiliki lampu disini." Bulu bulu sohyun mendadak meremang saat mereka memasuki ruangan demi ruangan di dalam bangunan menyeramkan ini. Sohyun tidak menyangka bahwa tempat ini sangat luas dan memiliki banyak ruangan di dalamnya."
"Kurasa tidak ada apa apa disini, selain gelap dan dingin." Taeil mengedarkan cahaya dari lampu senter nya ke segala arah. Sohyun merasa Taeil benar. Tidak ada apa apa disini selain dingin dan gelap.
"Kajja kita keluar."
Tapi tiba tiba ada suara benda jatuh seperti kaca terdengar di belakang mereka.
"Apa kau mendengar nya, Taeil ah?" Sohyun berbisik dan menyisir pandangan nya ke sekeliling dengan waspada.
"Sssttt..." Taeil menyerahkan senternya kepada Sohyun dan mengambil sebongkah kayu dari kursi yang hancur di dekat mereka. Ia lalu menatap Sohyun dan menganggukkan kepalanya memberi kode.
Kemudian mereka berjalan dengan sangat pelan dan hati hati menuju pintu itu. Jantung sohyun terasa berpacu cepat saat mereka sampai di depan pintu tertutup itu. Cat nya masih bersih dan mencolok. Tidak ada bagian dari pintu itu yang lapuk maupun rusak. Gagang besi nya pun masih terlihat baru. Taeil menarik nafas panjang sebelum memberanikan diri membuka pintu itu. Tapi apa yang terjadi selanjutnya, sungguh mengejutkan bagi Sohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I NEED YOU BROTHER ✅
FanfictionKehilangan adik laki laki nya tepat 2 hari setelah ia di pecat dari pekerjaannya.