Terkuak

42 27 4
                                    

Jangan lupa vote nya♥️

Happy reading◉‿◉

Melihat persetujuan Dara, Alesha tersenyum ceria. Ia akan berusaha semaksimal mungkin menjadi mertua yang baik supaya menantunya tidak merasa sedih lagi. Cuma ini yang bisa ia lakukan.

Aldebaran melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.00
"Baik sudah waktunya kita berangkat supaya sampai rumah gak terlalu kemaleman."

Dara memandang babeh dan Nyak secara bergantian. Air matanya kembali menetes diikuti perasaan bersalah yang kian membesar, ingat betul perjuangan kedua orang tuanya untuk membuatnya menjadi seperti sekarang namun balasan yang ia berikan justru sebaliknya.

"Dara bakal kangen banget sama babeh dan Nyak, doain dara terus ya beh nyak, Dara minta maaf kalau Dara belum bisa jadi anak yang berguna."

Nyak Ira mengangguk, rasa kecewa memang tidak dapat di pungkiri tapi bagaimanapun Dara adalah anaknya.
"Nyak akan selalu doain Dara, jadi Dara ga boleh sedih ya."

Menurut Dara ucapan Nyak hanya kalimat penenang, karena didalam kalimat tersebut tidak ada kata kata memaafkan.

"Benar kata Nyak, kami selalu doakan supaya anak kesayangan babeh bahagia selalu. Babeh percaya kalau Dara gak mungkin berbuat hal itu, babeh akan terus cari bukti."

Dara memeluk babeh nya erat, ia bersyukur dilahirkan di keluarga babeh Iman,yang tidak pernah menggunakan kekerasan dalam mendidik anak, selalu sabar dan senantiasa berusaha membahagiakan anaknya.

"Dara pamit ya."

"Iya."
Dara berjalan masuk ke mobil, saat pintu ingin tertutup sebuah teriakan nyaring berhasil menghentikan pergerakannya.

"Daraaaaa tungguuuu!"

"Gresia."

Gresia menghampiri Dara, ia memeluk sahabatnya itu erat.

"Aku bakal kangen banget sama kamu."
Dara membalas pelukan Gresia tak kalah erat.

"Aku juga bakal kangen kamu, sudah ingat gerakan yang aku ajarin kan? Jadi berani dong pas kajian malam pulang sendirian?"

Gresia mengangguk.
"Aku ingat, sampai jumpa Dara jangan lupa kapan kapan mampir kesini."

"Aku pasti sering kesini gres."
Setelah pamitan singkat pintu mobil tertutup otomatis. Dara menekan tombol dan kaca pintu mobil terbuka, tangannya melambai keluar.

"Dara pamitttt."

Mobil melaju, dirasa sudah tidak terlihat mata barulah babeh Iman menumpahkan air matanya di depan istrinya.

"Babeh gak rela nyakk, babeh belum ikhlas."

Nyak Ira mengusap air mata suaminya.
"Kita harus terima beh, mungkin ini sudah takdir."

Sementara di dalam mobil pribadi Aldebaran...

Hanya ada alunan musik dari radio yang menghiasi kesunyian pada mobil itu, tak ada dari mereka yang mau bersuara karena bergulat dengan fikiran masing masing.

Alesha yang ingin mencairkan suasana pun mencoba mengajak ngobrol Dara mulai dari hobi, makanan kesukaan, aktifitas yang sering dilakukan atau apapun. Namun respon Dara hanya jawaban singkat yang mematikan obrolan.

Alesha nyerah, ia kembali diam mungkin saat dirumah ia bisa mencoba lagi.

Fariq yang tak enak hati melihat uminya di acuhkan hanya membuang nafas pelan.

Setengah jam berlalu, mobil Aldebaran sampai di bandara.

"Ayok kita turun," ucap Aldebaran.
Alesha, Fariq dan Dara turun secara bersamaan.

Dara takjub, baru kali ini ia ke bandara sebelum sebelumnya tak pernah. Ia jadi agak ragu apakah Fariq beneran anak orang biasa? seperti yang ia lihat di kampung.

Karena lama sedangkan umi dan abinya sudah jalan duluan, Fariq menggandeng lengan Dara dan membawanya ke tempat pesawat pribadi keluarganya berada.

Dara yang diperlakukan seperti itu langsung mematung, baru kali ini ada laki laki selain babeh nya yang menyentuh tangannya.

Sesampainya di dalam pesawat barulah Fariq melepaskan genggamannya.
"Sorry, tadi soalnya lo lama, ngelamunin apa emang?"

"Gak ada."
Fariq mengangguk mengerti.

Dara kembali dibuat kagum oleh isi di dalam pesawat, ini tidak seperti yg ia lihat di tv. Kalau di tv pesawatnya mempunyai kursi yang banyak dan mejanya tidak ada, sedangkan yang ia naiki sekarang berbanding terbalik.
"Fariq," panggil Dara pelan.

Fariq yang tengah memejamkan mata hanya berdehem.
"Hm?"

"Gak jadi."

Fariq membuka mata dan menoleh kearah Dara.
"Kenapa?"

"Gak papa."

Tak puas dengan jawaban Dara, entah setan darimana Fariq memajukan wajahnya hingga tersisa satu sentimeter saja jarak mereka. Jika Fariq maju sedikit otomatis hidung mereka akan bersentuhan.

"Apa yang mau lo tanyain?"

Nafas Dara tercekat, ia akui Fariq tampan sangat sangat tampan dan...wang
"Astaghfirullah ya Allah kenapa aku berfikiran seperti ini."

Cepat cepat Dara mendorong bahu Fariq agar menjauh.
"Jangan macem macem Far."

Fariq memutar bola mata malas.
"Lo istri sah gw sekarang terserah gw mau gw apain."

Dara melotot.
"Hei gak ada, kalo kamu sampai macem macem awas aja kupastikan untuk seminggu kedepan kamu akan pincang."

Okey sifat pemarah Dara kumat, Fariq memilih diam.
"Serem amat bini gw."

"Inget Far aku bisa jadi istri kamu itu karena paksaan, bukan karena perasaan jadi...kamu jangan berharap lebih sama aku."

"Gw ngerti, andai aja pas dihutan gw gak nolong lo, pasti sekarang gw masih ada dikampung sambil belajar silat bareng bocil."

"Kamu tau kenapa aku bisa ada di hutan?"

Fariq menggeleng.
"Enggak."

Dara mencoba mengingat.
"Itu karena aku lagi nyari buah, kebetulan dapet rambutan. Karena rambutannya ada di paling atas terpaksa aku manjat, tapi pas mau sampai ujung kaki aku salah pijak akhirnya jatuh dan jatuhnya Pas di jurang yang gak terlalu dalam."

"Tapi kenapa itu lo berdarah?"

"Selangkangan aku nabrak pohon, alhasil keluar darah."

Fariq lega karena Dara tidak menyalahkan nya dan mau jujur.

"Lo sudah cerita ke orang tua Lo?"
Dara mengangguk.

"Sudah, tapi... keliatan kalau mereka gak percaya, ditambah bapak yang menemukan kita selalu menyebarkan berita tidak benar yang semakin menambah masalah."

"Nanti kita sama sama cari bukti kalau sebenarnya kita gak pernah melakukan hal itu."

Dara tersenyum, hatinya menghangat mendengar ucapan Fariq.
"Iya, makasih."

🍓🍓🍓

See you next part, besok aku up lagii

PLAYBOY VS CEWE ALIM(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang