Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tampak sebuah ruangan polos yang megah berbentuk elips, bernuansa hitam di setiap sisinya, lantai yang hanya beralas semen, ditambah minimnya pencahayaan. Ruangan tersebut begitu hening membuat atmosfer di sekitar terasa sangat mencekam.
Di tengah-tengah ujung ruangan itu, terlihat seorang pemuda dalam keadaan shirtless sedang berdiri lunglai tak sadarkan diri, tenggelam pada sebuah alat penyiksa-besi tiang berbentuk persegi panjang-yang tertancap langsung ke lantai. Setiap sudut tiang tersebut terpasang sebuah borgol tebal yang memeluk kuat pergelangan tangan serta kakinya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria berkulit pucat dengan balutan serba hitam-jas hitam panjang, celana hitam panjang pula serta sepatu boots hitam yang melekat di kaki jenjangnya-melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut bersama pasukan orang berjubah di belakangnya.
"Bangunkan dia." Pinta pria berjas hitam itu dengan tatapan datar yang memandang lurus ke arah pemuda di ujung ruangan itu.
Salah satu orang berjubah yang berada di barisan terdepan sebelah kiri kemudian mengangkat satu tangannya yang memegang sebuah tongkat kecil dengan tombol di sisi bawahnya, di pucuk tongkat itu juga terdapat sensor yang kini telah mengarah tepat ke pemuda tanpa atasan di depan sana.
Orang berjubah itu lantas menekan tombol tongkat tersebut dengan jempolnya dan detik berikutnya sontak besi tiang di sekitar pemuda itu mengeluarkan aliran listrik yang langsung menyengat tubuh kekar polosnya.
Pemuda itu spontan membuka mata bersama teriakan tersiksa yang keluar dari mulutnya. Orang berjubah tadi pun akhirnya menarik jempolnya dari tombol tongkat di tangannya setelah melihat pemuda itu terbangun.
Pemuda itu langsung menatap sengit pada sekumpulan oknum tak jauh di hadapannya sekarang. Ia tahu siapa mereka.
"Ngapain lo pada bawa gue ke sini, sialan?! Gak puas udah bunuh semua keluarga gue?!" Sentaknya emosi, tatapannya semakin nyalang, bahkan taringnya mencuat. Ia memberontak beringas dalam kekangannya berharap borgol yang mencekalnya dapat terlepas.
Namun sayangnya semua itu sia-sia lantaran besi tersebut sangatlah kuat.
"Wah, pangeran Hyunjin, seperti itukah bahasamu sekarang? Kelihatannya selama hidup di dunia makhluk lemah itu, kau sudah belajar banyak hal ya dari mereka.. bagaimana? Menyenangkan bukan di sana?"
Hyunjin terdiam, tak acuh terhadap lontaran kalimat tersebut, netranya terus menatap pria itu penuh kebencian dan hati yang berapi-api. Napasnya memburu.
"Meski sebenarnya tujuanmu ada di sana untuk sembunyi dariku."
Pria berjas itu tersenyum miring.
"Jangan kau pikir aku tidak tahu kau kabur kemana. Aku sudah tahu sejak awal. Bahkan aku pun melihat jelas dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana saat peperangan kala itu berlangsung, sosok Hyunjin kecil ditarik paksa oleh seorang pria ke belakang kastil-dengan kondisinya yang menangis-nangis-agar masuk ke dalam portal."