Happy Reading!
Tubuh Nayla didorong paksa—oleh sosok pria berpakaian serba hitam yang sebelumnya membawa dirinya—memasuki sebuah bangunan megah klasik bernuansa abu gelap.
Gadis itu mendongak, mengedarkan pandangannya ke sekitar dengan raut sembab habis menangis. Kedua tangannya diborgol ke belakang.
Pria tadi kembali mendorongnya kasar agar cepat-cepat berjalan sampai tubuhnya hampir menjungkal ke depan jika saja kedua kakinya tak refleks menahan.
Tak lama dirinya berhenti di hadapan sebuah pintu besi besar yang menjulang tinggi. Memiliki dua daun pintu yang penuh dengan gambar motif serta di bagian tengahnya terdapat sebuah logo. Logo bergambar kepala serigala bermata merah menyala.
"Aku sudah membawanya." Dengan tegasnya pria itu tiba-tiba membuka suara.
Sementara Nayla terlihat celingak celinguk menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya usai mendengar ucapan pria tersebut.
Sontak, pintu di hadapannya kini mulai terbuka sendiri ke arah dalam secara perlahan hingga memperlihatkan seorang pria kekar yang terduduk angkuh di atas kursi single besar, tepat di ujung ruangan.
Pria di belakangnya lagi-lagi mendorong punggungnya, namun kali ini dengan tekanan yang lebih kuat sampai membuatnya terkejut dan jatuh tersungkur.
Sial.
Lututnya jadi sakit karena harus beradu dengan lantai ruangan yang ia pijak sekarang. Lantai tersebut bukan seperti lantai yang biasa ada di rumahnya, melainkan lantai berbahan batu yang memiliki tekstur retak-retak.
Bisa dilihat, kini lututnya lecet.
Ia mendongak sejenak untuk melihat sosok wajah yang duduk di ujung ruangan itu dengan tatapan letih, kelihatannya dia sang pemegang seluruh kekuasaan di sini.
Nayla bangkit perlahan dan merubah posisinya menjadi duduk kala pria bersurai sedikit panjang dengan setelan formal hitam itu mulai berjalan ke arahnya. Langkahnya terlihat santai namun mampu membuat seluruh sel sarafnya menegang sempurna.
Tubuh pria itu menurun lalu memposisikan dirinya, kaki kanan menekuk ke depan dan kaki kiri menekuk ke belakang dengan lutut yang mencium lantai, sebelah tangannya bertumpu di atas lutut kanannya. Lantas ia melemparkan senyum ke arah Nayla dan mulai membelai halus wajah kecilnya.
"Jadi ini gadisnya?"
"Astaga, kau terlalu manis."
"Sayang sekali jika harus berakhir di tangan laki-lakimu sendiri, jika memang dia tak mengenalmu nanti."
Air muka gadis itu mendadak merengut tak suka.
"Maksud anda apa?"
Pria itu semakin menyunggingkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars | Hyunjin ✓
Fiksi Penggemar[Fin] Terkait Nayla yang tanpa sadar membangun simbiosis mutualisme dengan sesosok pencabik mengerikan. ❝You're the right person.❞ ﹂©nissaynut, 2022