Chapter 8

777 74 0
                                    

.
.
.
.
.

Ruangan itu sangat sunyi, hanya suara alat-alat penunjang kehidupan yang berbunyi secara teratur. Seonghwa duduk disana, disamping ranjang San, menatap San yang terbaring dengan damai. Dua jam lagi operasi ginjal San akan dilaksanakan.

Kau harus kuat bertahan ya? demi aku kau harus bertahan, kau harus bertahan, demi aku San....

Berkali-kali Seonghwa merapalkan kata-kata itu seperti sebuah doa yang tidak ada putus-putusnya. San tampak lebih kurus, dan pucat, dan begitu diam, tetapi Seonghwa meyakini masih ada kekuatan hidup yang tersembunyi di dalam tubuh San. Seonghwa mempercayainya, Seonghwa percaya kepada San, seluruh harapannya masih bertumpu kepada kepercayaannya itu.

Kemungkinan keberhasilan operasi itu adalah 40:60, dan Seonghwa bergantung kepada 40% itu. Dia percaya San adalah lelaki yang kuat, buktinya dia sudah berhasil bertahan sampai sejauh ini.

Suster Lee masuk ke dalam ruangan, dan menyentuh pundak Seonghwa, “Kondisinya stabil Seonghwa, aku yakin dia akan berhasil melalui ini semua.”

“Iya suster, San pasti kuat.”

Suster Lee mengecek denyut nadi San lalu menatap Seonghwa seolah teringat lagi, “Bagaimana kau berpamitan bagaimana kepada Mr. Hongjoong?”

Seonghwa merona, “Aku bilang menemani teman yang akan melahirkan” gumamnya pelan, merasa berdosa karena tidak biasa berbohong.

Hari ini hari minggu, Hongjoong kebetulan berencana melewatkan waktunya seharian dengan Seonghwa. Tetapi dengan alasan palsu dan kebohongan yang terbata-bata, Seonghwa berhasil membuat Hongjoong melepaskannya. Meskipun dahi Hongjoong tampak berkerut curiga ketika Seonghwa berpamitan tadi pagi.

“Kalau begitu kenapa kau tak mau kuantar?“ kejar Hongjoong tadi pagi ketika Seonghwa menolak tawarannya.

“Karena temanku ini mengenalmu sebagai bosku, nanti dia bisa mengetahui semuanya,” jawab Seonghwa cepat-cepat.

Lelaki itu mengerutkan keningnya lagi, tidak puas, “Apakah dia salah satu pegawaiku ?”

“Bukan!” Seonghwa langsung menyela keras, karena setelah mengenal Hongjoong lebih dekat, Seonghwa tahu, jika dia menjawab iya', maka Hongjoong pasti akan menyuruh salah satu staff personalianya untuk mengecek apakah benar ada karyawannya yang akan melahirkan, dan dia akan mendapati kalau Seonghwa berbohong. “Dia bukan pegawaimu, tapi dia banyak mengenal teman-teman kantor, dan dia tahu tentangmu, jadi kalau dia melihatmu dia bisa bertanya-tanya kepada yang lain ”

“Oke, kalau begitu di Rumah Sakit mana?”

Seonghwa kehilangan kata-kata, berusaha mencari jawaban,

“Eh.... aku tidak tahu di Rumah Sakit mana “

Dengan cepat Hongjoong melangkah ke hadapan Seonghwa yang berusaha menghindari tatapannya, “Kau bilang akan menemani temanmu itu di Rumah sakit, bagaimana mungkin kau tidak tahu di mana rumah sakitnya??”

“A.... aku....” dengan gugup Seonghwa menelan ludah, “Aku akan menunggu di kost yang lama, suaminya akan menjemputku nanti” disyukurinya jawaban yang terlintas cepat di otaknya, Dia jarang berbohong, dan tidak pandai berbohong, sementara Hongjoong terlihat seperti seorang detektif yang mencurigai tindakan kriminal yang dilakukan di belakangnya.

“Suaminya?” Jawaban itu sepertinya membuat Hongjoong tidak senang karena ekspresi wajahnya semakin menggelap“ Kau membiarkan suaminya menjemputmu? kalian hanya berdua di jalan?”

Seonghwa merasa gugup, tapi kemudian dia merasa ingin tertawa mendengar perkataan Hongjoong yang terasa aneh, “Hongjoong,” gumam Seonghwa jengkel, “Dia seorang suami, dan isterinya akan melahirkan anaknya, apa yang ada di dalam pikiranmu?”

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang