Chapter 12

894 79 12
                                    

Jiakh double up! Hehehe
Happy reading!!

.
.
.
.
.

Pagi itu Hongjoong duduk di kantornya dengan muram. Hari masih pagi, para karyawan belum datang ke kantor, tapi Hongjoong sudah ada di situ. Dia tak tahan berada di kamar apartemen itu sendirian, Tanpa Seonghwa.

Dia terbangun pagi-pagi sekali, karena terbiasa mencari Seonghwa untuk dipeluk, tetapi yang ditemukannya hanya bantal kosong. Dengan marah Hongjoong langsung bangun dan murka.

Berani-beraninya pelacur itu meninggalkannya. Tetapi kemudian, kertas yang diletakkan di bantal Seonghwa itu agak meredakan kemarahannya. Sebuah pesan singkat sederhana yang ditulis dengan huruf yang sangat rapi.

Seonghwa bilang “Sampai jumpa di kantor besok pagi” jadi Hongjoong menahan diri dari kemarahannya dan memutuskan bersiap-siap dan berangkat ke kantor saat itu juga. Sekarang dia duduk sendirian di ruangannya, memikirkan perbuatannya semalam dan mulai merasa cemas. Ia terlalu kasar. Ia tahu itu. Ia terlalu kuat dan Seonghwa terlalu rapuh untuk menahan kemarahannya.

Tapi tidak tahukan Seonghwa kalau pemandangan Seonghwa yang sedang dipeluk dan dicium oleh Mingi itu benar-benar membuatnya marah? Seharusnya hanya dia yang boleh memeluk Seonghwa ! Seharusnya hanya dia yang boleh mencium Seonghwa!

Saat itulah pintu diketuk dengan pelan. Hongjoong terdiam penuh antisipasi, dia sudah menunggu. Siapa lagi yang datang sepagi ini kalau bukan Seonghwa? “Masuk.”

Pintu itu terbuka pelan, dan Seonghwa muncul disana. Hati Hongjoong langsung bagaikan dihantam oleh palu ketika melihat keadaan Seonghwa, pemuda itu masih memakai pakaiannya yang semalam meskipun kelihatan segar setelah mandi. Tapi wajahnya kelihatan pucat dan rapuh. Dan bibirnya sedikit lebam akibat ciuman-ciuman kasarnya kemarin.

Kenapa kau pucat sekali sayang?

Hongjoong berdehem, menahan perasaannya. Detik itu juga Hongjoong memutuskan dia akan memaafkan Seonghwa. Dia tidak bisa menyalahkan Seonghwa karena merayu Mingi, tidak ada yang bisa melarangnya kan ? Tidak ada tertulis dalam perjanjian mereka bahwa Seonghwa tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, disitu hanya tertulis bahwa Hongjoong berhak memiliki Seonghwa sesuka hatinya.

Oleh karena itu dia akan segera memastikan adanya klausul tambahan dalam perjanjian itu, bahwa Seonghwa tidak boleh disentuh lelaki lain, bahwa tubuh Seonghwa adalah hak eksklusifnya, miliknya. Untuk sekarang, Hongjoong yakin Seonghwa akan memohon maaf padanya, dan itu bukan masalah, Hongjoong siap memaafkan Seonghwa atas pengkhianatan- nya semalam. Dia siap menerima Seonghwa lagi. Dia belum mau melepaskan Seonghwa.

“Duduk” perintahnya, berusaha sedatar mungkin.

Dengan patuh Seonghwa duduk, tapi pemuda itu tidak berkata apa-apa, hanya meremas tangannya dengan gelisah.

“Sebenarnya kau ingin bicara apa hingga harus menunggu sampai di kantor?”

Dimana kau tidur semalam? apakah kau baik-baik saja? apakah aku menyakitimu? pertanyaan-pertanyaan itu yang bermunculan di benak Hongjoong, tetapi lelaki itu menahankannya.

Seonghwa mendongakkan kepalanya, matanya tampak penuh tekad ketika menatap Hongjoong. Takut, tapi penuh tekad. “Aku Ingin melunasi semua hutangku dan mengakhiri perjanjian kontrak kita.”

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang