Chapter 9

769 78 5
                                    

Double update!


.
.
.
.
.

Ruangan itu gelap.

Gelap dan sunyi, hingga bunyi klik ketika Seonghwa menutup pintu terdengar begitu keras.

Dengan gugup Seonghwa menelan ludah, kenapa sepi? Kemana Hongjoong? Apa Hongjoong mungkin pulang ke rumahnya? Apa mungkin dia tidak tahu kalau Seonghwa belum pulang? Syukurlah kalau begitu kejadiannya.

Seonghwa berusaha menenangkan dirinya, tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya menghadapi apa yang akan terjadi, seperti hitungan mundur penantian sebuah bom yang akan meledak saja.


Dan bom itu memang meledak,

Dalam hitungan beberapa menit pintu depan terbuka, tidak, bukan terbuka, tapi terdorong dengan kasarnya, lampu-lampu menyala, Hongjoong tampak begitu menakutkan, matanya menyala-nyala, rambutnya acak-acakan, bahkan pakaiannya yang biasanya selalu elegan dan rapi tampak kusut massai.

Yang pasti, lelaki itu kelihatan begitu murka mendapati Seonghwa berdiri di ruang tamu apartemen itu, hanya menatapnya. Dengan gerakan kasar dia meraih pundak Seonghwa dan mengguncangnya begitu keras sampai Seonghwa merasa pusing,

“Kemana saja KAU?” teriak Hongjoong, lepas kendali.

Seonghwa berusaha menjawab, tetapi kepalanya terasa pusing karena Hongjoong masih mengguncangnya.

“Aku mencarimu ke segala penjuru, kau tahu??!!” masih berteriak, “semua rumah sakit bersalin di kota ini kudatangi satu persatu, tapi tidak ada kamu!!! Kemana saja KAU?”

“Hongjoong hyung, kalau kau terus mengguncangnya seperti itu, dia akan muntah sebentar lagi,” sebuah suara tenang terdengar di belakang Hongjoong, membuat lelaki itu terpaku, seolah-olah baru menyadari kehadiran sosok di belakangnya.

Mingi berdiri dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu, sepertinya menikmati pemandangan Seonghwa yang didamprat oleh Hongjoong.

Hongjoong menarik napas dalam-dalam beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya, Sialan benar Seonghwa !!! Sialan benar dia!

Tidak tahukah dia begitu cemas tadi ketika sampai malam Seonghwa tidak juga pulang? Tak tahukah dia betapa hati Hongjoong dicengkeram ketakutan yang amat sangat ketika mencoba menghubungi Seonghwa dan menemukan bahwa ponselnya mati??

Beribu pikiran buruk tadi berkecamuk di dalam benak Hongjoong, bagaimana kalau Seonghwa kecelakaan? Atau dia menjadi korban kejahatan?!

Bagaimana kalau dia terluka parah dan tidak dapat datang kepadanya untuk meminta pertolongan??

Dan sekarang, menemukan pemuda itu berdiri di ruang tamu apartemennya, tanpa kekurangan suatu apapun, membuat Hongjoong dibanjiri perasaan lega yang amat sangat, lega sekaligus murka, murka karena dia telah membuatnya kacau balau, murka karena telah membuatnya berubah dari Hongjoong yang tenang menjadi Hongjoong yang kacau, murka karena telah menumbuhkan sebentuk perasaan yang tidak dia kenal sebelumnya.

“Pro... Proses melahirkan temanku bermasalah.... Dia... Dia eh... Harus.... Dioperasi....,” Seonghwa masih berusaha mengumpulkan nafasnya, diguncang dengan begitu kerasnya membuat pandangannya berkunang-kunang.

Tangan Hongjoong yang masih berada di pundaknya mencengkeramnya kuat, “Kalau begitu, apa susahnya menelephonku?!! Kenapa kau matikan ponselmu hah?!”

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang