Chapter 14

918 77 6
                                    

Di dom aku hari ini adem banget karna hujan dari siang, di kalian gimana?

Anyway, happy reading!!!

.
.
.
.
.

Seonghwa berlari, tanpa sadar melepaskan diri dari pelukan Hongjoong, dia berlari penuh air mata, ke kamar perawatan San, kerinduannya membuncah, rasa syukurnya tak tertahankan.

Ketika sampai di depan pintu perawatan nafasnya terengah, dia berhenti karena pintu itu masih di tutup rapat, suster Lee tergopoh- gopoh mengejarnya, “Seonghwa, jangan masuk dulu, dokter baru menstabilkan kondisinya”

Penantian itu terasa begitu lama, sampai kemudian Seonghwa diijinkan masuk, hanya lima menit untuk sekedar menengok San, setelah itu dokter harus mengevaluasi kondisinya San lagi.

Dadanya sesak tak tertahankan ketika mata itu balas menatapnya, mata yang selama ini terpejam, tertidur dalam damai, membuat Seonghwa menanti, mata itu sekarang terbuka, hidup, dan balas menatapnya,
“San” Suara Seonghwa serak oleh emosi, dan tangisnya meledak, dia menghampiri tepi ranjang, ke arah San yang masih terbaring, pucat dengan alat-alat penunjang kehidupan yang masih menopangnya, tapi hidup dan membuka mata.

Seonghwa meraih tangan San dan menciumnya, lalu menangis “San-” Banyak yang ingin Seonghwa ungkapkan, dia ingin mengucap syukur karena San akhirnya bangun, dia ingin merajuk karena San memilih waktu yang begitu lama untuk terbangun, dia ingin menangis kuat- kuat, tapi semua emosi menyebabkan suara tercekat di tenggorokan. Air mata tampak menetes dari pipi San, lelaki itu mencoba berbicara, tetapi tampak begitu susah payah,

“Stttt.... Kau tidak boleh bicara dulu,” gumam Seonghwa lembut, mencegah San berusaha terlalu keras, “Mereka memasang selang di tenggorokanmu, untuk makanan, kau koma selama kurang lebih dua tahun.” Mata San menatap Seonghwa, tampak tersiksa, dan dengan lembut Seonghwa mengusap air mata di pipi San, “Nanti, setelah mereka yakin kondisimu membaik, mereka akan melepas selang itu dan kau akan bisa berbicara lagi, tapi sekarang, kau cukup mengangguk atau menggeleng saja ya, sekarang...”

Seonghwa menelan ludah, menahan isak tangis yang dalam, “Sekarang kita harus mensyukuri karena kau akhirnya terbangun, ya?”

San menganggukkan kepalanya,dan seulas senyum dengan susah payah muncul dari bibirnya. “Sekarang istirahatlah dulu, dokter akan mengecek kondisimu lagi,” bisik Seonghwa lembut ketika melihat isyarat dari dokter yang menunggui mereka.

Ketika Seonghwa akan beranjak, genggaman San di tangannya menguat, Dengan lembut Seonghwa menoleh dan memberikan senyuman penuh cinta kepada San, “Aku tidak akan kemana-mana, aku harus menyingkir karena dokter akan memeriksamu lagi, tapi aku  tidak akan kemana-mana, aku akan berada di dekat sini sehingga saat kau butuh nanti aku akan langsung datang,”

Pegangan San mengendor, lelaki itu mau mengerti. Dengan lembut Seonghwa mengecup dahi San dan melangkah menjauh keluar ruangan perawatan. Air matanya mengucur dengan derasnya ketika dia melangkah menghampiri suster Lee.

Suster Lee masih berdiri di sana dan Seonghwa langsung berlari ke arahnya, menangis keras-keras,
“Dia sadar suster... dia akhirnya sadar... aku masih tak percaya, selama ini aku hampir kehilangan harapan. Mulai berpikir kalau San memang tidak mau bangun, mulai berpikir kalau semua perjuanganku ini sia-sia.... Tapi sekarang..,”

Seonghwa terisak, “Aku tak percaya bahwa pada akhirnya dia sadar... dia kembali dari tidur panjangnya, dia ada di sini untuk aku..”

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang