Chapter 16

976 85 7
                                    

Happy reading!!!

.
.
.
.
.

Sejak saat itu Hongjoong seolah-olah menghilang dari kehidupan Seonghwa, Seonghwa merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.

Hari ini San sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Yunho dan suster Lee mereka pulang ke apartemen. Suster Lee memutuskan untuk tinggal sementara membantu Seonghwa, dan Yunho sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi San dan melakukan terapi rutin.

Kata Dokter Yunho, Hongjoong memutuskan mengambil tugas perjalanan ke eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.

Dada Seonghwa terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Hongjoong, sangat merindukannya. Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Seonghwa mencintai Hongjoong. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Hongjoong, itu saja.

“Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya” San memecah keheningan, menatap Seonghwa dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Seonghwa begitu murung.

“Aku yang membujuknya,” Yunho yang duduk di kursi depan cepat- cepat menjawab, tahu bahwa Seonghwa pasti kebingungan dengan pertanyaan San itu, “Hongjoong adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi  Hongjoong mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai.”

Diam-diam Seonghwa dan suster Lee menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Yunho menjawab. Mereka sampai di apartemen, dan Seonghwa mendorong kursi roda San memasuki ruangan itu.

Begitu mereka masuk tanpa sadar Seonghwa mengernyit semua kenangan itu seolah menghantamnya. Disini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Hongjoong, makan malam bersama, bercakap- cakap bersama...

“Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Seonghwa, bos mu sangat baik,” San mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Seonghwa sambil tersenyum. Mau tak mau Seonghwa memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Seonghwa melirik kamarnya, tempat Hongjoong juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!

Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga San selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Lee menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.

Setelah memastikan San tertidur pulas, Yunho menyeduh teh dan mengajak Seonghwa duduk di ruang depan. “Dia sudah kembali dari eropa,” Yunho membuka percakapan, menatap Seonghwa dari atas cangkir kopi yang diteguknya.
Seketika itu juga hati Seonghwa melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai „dia‟ itu. “Apakah dia baik-baik saja?” Tanya Seonghwa pelan.

Yunho tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Seonghwa, “Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya” dengan pelan Yunho meletakkan cangkirnya, “Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon” Yunho terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Seonghwa, “Yah.... dengan melupakan fakta kalau akhir-akhir ini dia lebih seperti mayat hidup daripada manusia, sepertinya dia baik-baik saja”

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang