Chapter 18

993 81 9
                                    

Hai! Lama tak bertemu hehehe! Selamat membaca semuanya!!!

.
.
.
.
.

Hampir sebulan sejak kejadian itu, dan Hongjoong menepati janjinya. Tidak menemui Seonghwa lagi. Atas bujukan dan desakan Yunho, Seonghwa kembali bekerja di perusahaan Hongjoong, lagipula bujukan Yunho ada benarnya juga, Seonghwa butuh gajinya untuk menghidupi mereka semua. Dan selama sebulan itu Hongjoong, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor, jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar.

Sesekali Seonghwa masih berpapasan  dengan Mingi, lelaki itu masih bekerja di sini, Hongjoong tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Hongjoong sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.

Dan Seonghwa merindukan Hongjoong. Dia sudah bertekad melupakan Hongjoong, tetapi hatinya punya mau sendiri, kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Hongjoong dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Hongjoong keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya.

Tuhan tahu betapa ia bersyukur seandainya saja dia bisa melihat Hongjoong, biarpun cuma satu detik, biarpun cuma dari kejauhan. Tapi entah kenapa Hongjoong seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Seonghwa.

Sore itu Seonghwa melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai, dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat. Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara San dan dokter Yunho. Dokter Yunho sudah mendapat izin Hongjoong menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada San. Terapinya sudah membuahkan hasil, San sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya. Optimisme bahwa San akan bisa berjalan lagi semakin besar.

Seonghwa melangkah ke ruang tamu dan melihat San sedang duduk di kursi rodanya sedang dokter Yunho menuangkan teh untuknya, sepertinya session terapi sudah selesai.

San mendongak ketika merasakan kehadiran Seonghwa dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya “Hai sayang,”

Dengan senyum pula Seonghwa melangkah mendekat,  menyambut uluran tangan San. Lelaki itu membawanya ke mulutnya dan mengecupnya, “Bagaimana session terapi kali ini?” tanyanya lembut.
San tertawa dan Seonghwa mengamatinya dengan bahagia, San banyak tertawa akhir-akhir ini.

Lelaki itu makin sehat, warna kulitnya juga sudah jadi cokelat sehat, tidak pucat pasi seperti dulu. Badannya sudah berisi dan tampak lebih kuat. San sudah menjadi San nya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya.

“Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali Seonghwa sampai keringatku bercucuran, tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini,” jelas San bahagia.

Seonghwa membelalakkan matanya senang, “Benarkah?”  dengan gembira ditatapnya dokter Yunho, “benarkah dokter?”

Dokter Yunho mengangguk dengan senyum dikulum,
“Perkembangan San sangat pesat Seonghwa, aku optimis dia akan bisa berjalan lagi.”

Dengan bahagia Seonghwa memeluk San erat-erat, “Oh aku bangga sekali padamu mendengarnya sayang!” serunya dengan kegembiraan murni.

Tapi tiba-tiba San melepaskan pelukannya dan menatap Seonghwa sambil mengerutkan alisnya, “Sayang, badanmu panas”
Gantian Seonghwa yang mengerutkan keningnya lalu meraba dahinya sendiri, “Benarkah? Aku memang merasa tidak enak badan, makanya aku pulang cepat.”

Dengan cemas, San menoleh ke arah Yunho “Dokter, badannya panas bukan?”

Yunho segera mendekat dan menyentuh dahi Seonghwa  lembut, “Benar, kau panas Seonghwa, apakah kau terserang flu?”

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang