Chapter 17

961 79 0
                                    

PERMISI! DOUBLE UPDATE NIH HIHI♡

.
.
.
.
.

Seonghwa terbangun dalam pelukan Hongjoong. Matahari fajar sedikit menembus tirai putih jendela hotel itu, masih gelap dan dingin. Dengan nyaman Seonghwa makin bergelung dalam pelukan lelaki itu. Dan secara otomatis Hongjoong mengetatkan pelukannya, melingkarkan lengannya erat-erat di tubuh Seonghwa.

Seonghwa memejamkan matanya, menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Hongjoong, menghirup aroma Hongjoong kuat-kuat dan menyimpannya rapat-rapat dalam memorinya. Tiba-tiba air mata merembes dari sela bulu matanya, dan Seonghwa menahannya agar tidak menjadi isakan.

Kenapa? Kenapa Tuhan membuatnya jatuh cinta lebih dulu kepada Hongjoong sebelum kemudian mengabulkan doanya agar San terbangun dari komanya? Apa rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Kenapa di saat San benar-benar sudah bangun, hatinya sudah jatuh dimiliki oleh Hongjoong?

Seonghwa mengigit bibirnya agar tangisnya tidak semakin keras dan membangunkan Hongjoong, dia tidak boleh menangis. Ini semua sudah menjadi keputusannya. Dia sudah memiliki San. San yang mencintai dan dicintai olehnya sejak awal. San yang sebatang kara dan tidak akan punya siapa-siapa kalau Seonghwa tidak ada di sampingnya.

San lebih membutuhkan Seonghwa dibandingkan Hongjoong. Tanpa Seonghwa,  San akan rapuh, sedangkan tanpa Seonghwa, Hongjoong akan tetap kuat.

Hongjoong bisa mencari Seonghwa-Seonghwa yang lain dengan segala kelebihannya, sedangkan San hanya memiliki Seonghwa.

Dia sudah memutuskan dalam hatinya, tapi kenapa hatinya tetap terasa begitu sakit? Rasanya seperti disayat-sayat ketika memikirkan Hongjoong, ketika ingatannya melayang pada setiap kebersamaan mereka. Kenapa rasanya masih terasa begitu sakit?

Dan malam ini Seonghwa memutuskan bertindak egois. Hanya malam ini ya Tuhan, ampuni aku, desah Seonghwa dalam hati. Dia tahu semua ini akan terjadi. Dia tahu jika dia datang menemui Hongjoong pada akhirnya mereka akan berakhir di ranjang dan bercinta.

Seonghwa tahu itu semua akan terjadi, tapi dia tetap mengambil konsekuensi itu, dia butuh merasakan pelukan Hongjoong untuk terakhir kalinya, dan kemudian meyakinkan dirinya bahwa ini adalah perpisahannya dengan Hongjoong.

Pelukan Hongjoong tiba-tiba mengencang dan lelaki itu dengan masih malas-malasan mengecup dahi Seonghwa, “Dingin?” tanyanya Serak.

Seonghwa mendongakkan wajah dan mendapati mata itu menatapnya. Lalu tersenyum lembut, dan menggeleng.

Hongjoong meraih dagu Seonghwa dan mengecupnya dengan kecupan singkat, “Aku menyakitimu tidak semalam?”

Sekali lagi Seonghwa menggeleng dan menenggelamkan wajahnya ke dada Hongjoong, menahan air mata.

Ini adalah saat berharganya. Berada dalam pelukan erat Hongjoong, merasakan kelembutan dan kemesraan- nya. Dia akan menyimpan kenangan ini dihatinya, biar di saat-saat dia merasa pedih dan merindukan Hongjoong, dia tinggal menarik keluar kenangan tentang pagi ini, dan hatinya bisa terasa hangat.

Seperti inilah dia akan mengenang Hongjoong nanti, lembut, penuh cinta dan memeluknya erat-erat.

Seolah mengerti pikiran Seonghwa yang berkecamuk, Hongjoong tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya memeluk Seonghwa erat-erat dan mengusap punggungnya dengan lembut, mereka larut dalam keheningan dan usapan Hongjoong membuat Seonghwa setengah tertidur.

A Romantic Story about Park Seonghwa | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang