1 | cewek projen

10K 419 43
                                    

Dinaungi pepohonan rindang yang asri, seorang gadis berkemeja ivory terlihat fokus berkutat dengan iPad miliknya. Nggak terhitung sudah berapa jam yang ia habiskan disana.

Langit hari itu kelewatan cerah, burung berkicau riuh yang seolah mengejek suasana hatinya yang lagi mendung. Sesekali jemari lentiknya membenarkan letak kacamata yang melorot dari hidungnya.

Elena benci hari Senin. Dan sekarang kebenciannya itu kian berlipat ganda gara-gara bajingan itu.

Elena telah menjalin hubungan backstreet sama seorang cowok selama hampir 3 bulan. Kebetulan mereka juga satu kampus.

Cowok itu lumayan terkenal di kampus. Dia sopan, ramah, murah senyum dan dikenal rendah hati. Elena juga merasa cocok dengan cowok itu. Bahkan sewaktu si cowok meminta buat backstreet-an aja, Elena iyakan tanpa banyak tuntutan.

Karena Elena merasa, hal itu nggak jadi masalah. Toh yang menjalani mereka berdua. Dan Elena nggak ngerasa butuh pengakuan dunia kalau dia sudah dimiliki seseorang.

Sikapnya yang kelewat hangat dan perhatian bikin Elena nggak mengira kalau cowok itu menyimpan kebusukan.

Memang, pada dasarnya semua laki-laki tuh punya bibit brengsek. Yang kelihatan alim sekalipun, nggak menutup kemungkinan bisa berkhianat.

Cowok itu selingkuh.

Kalau ditanya apakah Elena sakit hati? Ya.. lumayan sih. Tapi nggak sampai bikin Elena depresi dan nekat gantung diri atau ngiris nadi ya.

Please, Elena belum setolol itu.

Tapi tetap saja, rasanya kesel, marah, kecewa dan pengen ngamuk. Elena ngerasa sudah buang-buang waktu buat cowok sampah kayak dia.

Huft.

Elena makin muak rasanya sama dunia.

"Woy! Traktiran traktiran!"

"Kopi mang Anang oke lah, Jas!'

"Weisss cakep! Kebetulan gue laper dan lagi bokek nih!"

"Siapa yang ulangtahun anying! Ngadi ngadi lu pada!"

"Ayam geprek Pak San sabi lah woy!"

Seruan gaduh itu berasal dari gerombolan berisi 7 cowok yang mendadak muncul dari arah belakang Elena. Elena baru sadar gedung Fakultas Teknik berjarak 10 langkah saja dari sini. Makhluk-makhluk berisik itu bersarang disana.

Elena nggak kenal mereka ber-7 siapa. Elena hanya kenal satu. Namanya Daniel. Cowok Mesin yang selalu bawa gitar kemana-mana. Dia menggenjreng gitarnya dengan penuh semangat. Sementara yang lain menyanyikan lagu selamat ulang tahun sambil tepuk tangan heboh.

"Tiup koreknya! Tiup koreknya! Tiup koreknya sekarang juga! Sekaraaang juu gaaa. se-ka-raaang juuugaaaa!"

"YEAYYY! MASIH PERJAKAAAA!"

Elena tertawa geli melihatnya. Lucu saja gitu.

Apalagi sewaktu.. entah siapa namanya, mukanya agak kebulean gitu dan wajahnya lumayan sangar, nurut nurut saja pas disuruh nunduk sama temannya buat meniup korek api yang di sodorkan si gondrong sambil sok-sokan make a wish.

Tawa Elena nyaris meledak detik itu juga saat mereka berseru kencang nan kompak; 'masih perjaka'.

Sementara cowok yang diteriakin ketawa sampai matanya tinggal segaris. Wajahnya jadi innocent kayak anak kecil, kebanting jauh sama postur tubuhnya yang jangkung dan super macho dalam balutan kemeja kotak-kotak itu.

Oh, kayaknya Elena terlalu detail merhatiin tuh cowok.

Elena bangkit dari sana sambil mencangklong tote bag berisi iPad nya di bahu kiri. Sempat melirik sekilas kebelakang, sebelum meninggalkan taman kampus juga ke-7 cowok kocak yang masih ngerayain ulang tahun ala bocah TK tadi.

Turn OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang