Decitan sepatu yang beradu dengan lantai mendominasi ruang. Sesekali teriakan satu sama lain bersahut.
Kaki kaki panjang itu saling berkejaran, bergerak lincah menggiring bola, dengan tujuan yang sama menjebloskan ke gawang lawan dan memperoleh kemenangan. Lapangan indoor dengan nuansa merah itu kini diisi dua tim futsal yang sedang bertanding.
Perolehan skore nyaris seimbang, namun dimenit-menit akhir, tim Jason berhasil meraih kemenangan. Daniel membabat habis gawang lawan.
Mereka melakukan selebrasi usai permainan berakhir. Sebelum melipir ke tepi buat minum.
Nadine MJ baru tiba, sibuk melempari gelas aqua dalam kresek yang dia beli buat teman-temannya. "Be, lo nggak aus?"
Si rambut gondrong menoleh. Wajahnya agak mengkhawatirkan dengan jersey banjir keringat. Nadine berdiri lalu menghampirinya dengan gelas aqua yang sudah ia tusukan sedotan sekalian. "Nih, minum. Pucet banget muka lo."
"Ngadi ngadi emang si Abe." Daniel berceletuk dengan kedua kaki lurus di lantai. Jersey nya di sampirkan ke bahu. Dia menandaskan 2 gelas aqua.
"Be?" Jason ikut cemas saat tangan Abe gemetar waktu memegang gelas aqua. Hampir jatuh. "Pegangin, Nad. Mau ambruk tuh si Abe."
Sadam yang baru balik dari tim sebelah buat ambil uang taruhan yang kalah, mengreyit lihat Abe yang digeret Nadine buat duduk. Mukanya pucat banget. "Nah, loh, kenape lu?"
Abe nunduk sambil meringis memegangi perutnya. Nadine yang tadinya berdiri otomatis jongkok. Satu tangannya melekat di lutut Abe, yang satunya lagi menepuk-nepuk pipi cowok itu.
"Be, Abe! jangan pingsan."
"Nyeri, Nad."
"Lo sih bego, udah tau baru operasi usus buntu malah ngotot futsal." Nadine ngomel, tapi tangannya sigap meraih jaket Abe. "Nih, pake. Gue anterin balik."
Abe menggeleng. "Gue oke."
"Oke apanya?! Lemes gitu. Gue aduin Umi lo nih!"
"Ya jangan!"
"Makanya ayo balik."
Sadam yang lagi ngelap keringat di dekat Jason, sekarang jalan mendekat. Sedikit membungkuk buat mengelus punggung Abe. "Kuat jalan nggak, Be? Gue gendong kalau nggak kuat."
Abe yang dari tadi nunduk, jadi mendongak sewot gara-gara omongan Sadam. "Gue nggak selemah itu kale!" ketusnya. Abe meraih jaketnya lalu disabetkan ke kaki Sadam dulu sebelum akhirnya dipakai. "Gue balik ama Nadine."
Sadam ketawa. Tangannya menepuk-nepuk kepala Abe sebelum duduk di sebelah Jason. "Yaudah, sana. Ati-ati."
"Nad, gausah ngebut lo!" Daniel berpesan sewaktu Nadine membonceng Abe dengan motornya. Nadine mengacungkan jempol, trus nyengir.
"Duluan oy!"
"Yoo!"
"Beee!" Jason teriak, terus menggerak-gerakkan dua lengannya kedepan. "Peluk, Be, peluuuuk!"
"Mas Adin ati-ati ya bawa ceweknya!" Sadam ikut-ikutan.
Daniel nggak mau kalah. "Titip Mba Abe ya, Nad. Dipulangin, ntar lu salah belok ke Oyo lagi!"
Abe memincing sengit, terus mengacungkan jari tengahnya ke arah Daniel yang kontan menuai seruan yang lain juga. Tanpa di diduga, Nadine narik gas nya secara mendadak. Abe melotot, refleks meluk Nadine super erat waktu tubuhnya hampir kejengkang ke belakang.
Abe menoyor helm Nadine dari belakang. Terus misuh-misuh.
Tawa Sadam, Daniel dan Jason pecah seketika.