"Udah gue bilangin kan. Masih aja berantem-berantem ya lo ini."
Jason seret Jemian ke mobil sambil ngomel-ngomel. Wajahnya praktis babak belur. Hidungnya berdarah, memar serius dan jalan pun bungkuk-bungkuk kesakitan.
"Lo pikir gue nggak nahan?" Jemian meringis kuat saat perutnya diterjang nyeri hebat. Kedua kakinya berayun susah payah walau sudah dibantu Jason. "Dia yang mancing kesabaran gue terus."
"Anak babi emang si Ezra."
Jemian berusaha berjalan tegak meski berkali-kali hampir oleng karena kepalanya berputar. Untung Jason sigap menahan saat Jemian nyaris ambruk.
"Gue gendong juga lo lama-lama." Jason berdecak jengkel. "Yakin kuat jalan sampai parkiran?"
"Bisa, gak apa-apa." Jemian menyeka asal hidungnya yang mimisan dengan punggung tangan.
"Perut gue sakit banget, Al." Jemian mengerang tertahan. Matanya memejam kuat menahan sakit. "Sssh, sialan banget."
"Jem-"
Belum sempat Jason menyelesaikan kalimatnya, Jemian tiba-tiba oleng. Jason terbelalak, belum sempat menarik lengan Jemian tapi Jemian sudah duluan nyusruk ke rerumputan taman. Akibat nginjek tali sepatunya sendiri yang lepas.
Sedetik kemudian tawa Jason pecah. "BWAHAHAHAHAHAHAHA!"
Jason tertawa terpingkal-pingkal. Kedua telapak tangannya bertumpu di atas lutut. Kakinya langsung lemes gara-gara ngakak.
Badan Jemian sampai nggak kelihatan karena nyungsep ke dalam rumput hias dengan posisi kepala duluan. Sisa sepatunya doang yang kelihatan. Jemian misuh-misuh.
Setelah puas ketawa, baru deh Jason bantuin Jemian. "Kualat kan lo gak dengerin gue." Dia tarik tangan adik bandelnya itu terus diajak berdiri lagi.
Rambut Jemian jadi awut-awutan macam habis keterjang topan, beberapa ranting dan daun nyangkut disana yang bikin Jason tambah bengek.
"Makanya nurut sama yang lebih tua."
Tiba di parkiran. Jemian gak banyak protes lagi, cuma ngeringis-ringis terus dari tadi.
Jujur saja dia sudah mau pingsan nih rasanya. Kepalanya sakit. Badannya sakit, perutnya juga sakit, ditambah pakai acara nyungsep segala lagi tadi.
Komplit sudah kesialannya hari ini.
"Sana masuk, hati-hati." Jemian tiba-tiba diam terus mendorong Jason menjauh.
Jason kaget. Kenapa lagi nih bocah?
Belum sempat dia nanya, tahu-tahu Jemian sudah membungkuk, menumpu satu tangan dilutut, satunya lagi membekap mulut. "Jemi?"
Mau jalan sudah gak kuat, kepalanya makin keliyengan. Sementara desakan diperutnya kian menjadi-jadi. Ya sudah, Jemian keluarkan saja disana karena sudah gak tahan.