warning; lil 🔞
**
Elena melamun di dalam kamarnya. Usai menuntaskan tanggungan tugas, rasanya cukup nyaman bisa merasakan kembali belaian kasur.
Meski agak pening sedikit, sekarang Elena bisa sedikit bernapas.
Kedua matanya menusuk langit-langit kamar. Tanpa bisa dicegah, lamunannya turut membawa ingatan perihal hari itu.
Selepas puas saling serang dengan air, Jason memilih menepi. Dia naik lebih dulu sebelum membantu Elena naik ke permukaan.
Mereka nggak langsung pulang. Mengeringkan badan dahulu dengan duduk bersebelahan di ujung jembatan kayu. Kedua kaki menjuntai, nyaris menapak air.
"Lo bilang lo nggak cium cewek yang nggak ada hubungan apa-apa sama lo."
"Emang."
"Terus barusan tadi apa?" Elena meninju kesal lengan Jason.
"Kan lo yang mulai duluan?"
"Ya tapi kan--aish!"
Bikin cowok itu terkekeh geli dibuatnya.
Jason menepikan rambut lepek Elena yang melekat di pelipis dengan sorot lembut. "Mungkin gue bisa bikin pengecualian buat lo, El.""Pengecualian apa?"
"Ya.. sesuatu sejenis itu."
"Ngomong yang jelas. Lo makin ngeselin kalau bertele-tele kayak gitu."
Jason menjeda sejenak, bikin Elena agak geram menunggunya. "Enggak jadi, deh. Takut lo amuk."
"Kalau lo kayak gini gue malah tambah pengen ngamuk!"
"Pengecualian buat lo," Jason menjawab halus. "Lo bisa cium gue. Gue bisa cium lo. Asalkan dengan consent satu sama lain. Lo boleh hubungi gue kapanpun lo butuh. Begitupun dengan gue."
"Terus.. jadinya, kita ini apa?"
"Something like.. fwb?" Jason segera meneruskan sewaktu melihat Elena melotot dan kelihatan mau gampar dia. "No having sex, kalau lo keberatan, clear? Kissing oke. Intinya kita saling ada buat satu sama lain aja. Kayak teman."
"Gak ada teman yang cium-cium temannya sendiri ya." Elena sewot.
"Kan teman asik, projen." Jason menjawil dagu Elena sambil cengengesan. "Jangan buru-buru digaremin gitu dong guenya."
"Kenapa nggak pacaran aja, sih?"
"Ohoo, barusan lo terdengar kayak lagi nembak gue."
"Apa-apaan?!"
Jason mengedip dengan kekehan jahil. "Bercanda, Sayang."
"Gue cuma nanya."
"Dan gue cuma jawab."
Elena memilih diam. Meski agak sulit diterima, tapi Elena lebih daripada mampu menangkap maksud Jason.
"Kalau lo mau, kita lanjut. Kalau nggak, ya gue juga nggak maksa sih."
"Kalau gue nolak, lo bakal bikin kita balik asing lagi?"
Jason tersenyum penuh arti. Matanya melirik Elena. "Depends."
Elena menghela singkat. "Oke."
"Oke apa?"
"Gue mau."
"Mau apa, El?"
"Anjing! Bisa gak gausah ngeselin?!"
Jason terbahak-bahak.