#Chapter 01; Escape 1

495 29 0
                                    

Hyunjin baru pulang pukul empat pagi. Bau alkohol dan aroma sehabis bercinta melekat di pakaian yang dia kenakan. Setengah terhuyung dia mencoba mencapai kamar mandi di apartemennya. Karena efek alkohol, dia masih terkekeh-kekeh sebab membayangkan tubuh wanita yang tadi dia tiduri. Buah dada dan bongkahan pantatnya sangat kenyal meski lubangnya agak longgar. Namun, Hyunjin suka blowjob-nya pada kebanggaan besarnya di bawah sana.

Masih berusaha mencapai kamar mandi, dengan kesadaran setengah gila, Hyunjin terdiam sebentar bertumpu pada dinding. Kepalanya menoleh ke arah lain kala mendengar suara dari ruang tamunya. Ah, apa dia lupa tidak menutup kembali pintu apartemennya tadi?

Dia mendengkus malas. Lalu berniat berjalan kembali ke ruang tamu untuk menutup pintunya supaya terkunci otomatis. Namun, yang dia dapati di sana adalah seseorang berpakaian serba hitam dengan tubuh tegap. Bennie dan masker hitam menghias kepala. Hyunjin mengernyit curiga.

"Ada bel di depan. Kalau mau bertamu, tolong dipencet dulu," ujar Hyunjin setengah sadar.

Tamu tidak diundangnya menyeringai di balik masker. "Saya gak berniat bertamu." Itu nada yang dalam. Hyunjin langsung membuka matanya dengan benar karena nada itu. "Saya berniat menemuimu."

"Untuk ap—" Hyunjin menghentikan kalimatnya kala orang di depannya menerjang dengan pukulan. Dia tahan dan mendorong kepalan tangan itu menjauh darinya. Ini definisi olahraga pagi yang sebenarnya. Berkelahi adu pukulan entah dengan siapa di apartemennnya sendiri. Azab lupa menutup pintu apartemen ternyata sedahsyat ini.

Sekali lagi kepalan lain melayang ke arah perutnya. Hyunjin hendak melempar tubuh lawannya ke samping, tapi tenaganya tidak cukup untuk melakukan itu. Badan lawannya lebih besar dari otot lengannya. Sebagai ganti, malah dia yang dibanting ke arah meja kaca dan langsung hancur berkeping-keping di bawah tubuhnya.

Hyunjin mengerang karena punggungnya menghantam permukaan keras. Beruntung jaketnya cukup tebal untuk menahan serpihan tajam itu tidak menusuk kulitnya. Kepalanya terasa berputar dan yang bisa dia lakukan cuma mengerjap pelan.

Orang itu menunduk. "Let's go home, Hwang Hyunjin."

Lalu kelereng legamnya terpejam rapat.

***

Hyunjin membuka matanya pagi ini dan dia disuguhi wajah tampan Chris di dekatnya. Hyunjin memundurkan kepalanya sedikit. Lalu melirik ke bawah karena perutnya terasa terbebani. Ada tangan Chris melingkar posesif. Tunggu sebentar, ini pukul berapa? Nyawa Hyunjin belum kembali sepenuhnya. Kelereng legam itu melipir pada sang waktu di sisi lain dinding kamar. Pukul sepuluh pagi. Mungkin sebaiknya dia mandi.

Namun, tubuh rampingnya ditarik makin dekat ke arah lelaki berkulit putih-pucat itu. Hyunjin mengerang terganggu. "Lepasin tangan besarmu itu dari badanku, Chris!" gerutu Hyunjin dengan suara serak efek baru bangun tidur.

"Kenapa kamu masih telanjang?" tanya Chris bergumam. Suaranya yang dalam bercampur serak dengan mata terpejam. Seluruh tubuhnya masih tertutup selimut, menghalangi kulit-putih pucatnya yang tanpa atasan ketika tidur. Hyunjin bergidik karena aura dominan yang menguar bahkan disaat Chris tidak melakukan apapun. "Kamu juga gak makan malam. Nampannya gak kamu sentuh semalaman. Kamu mau dehidrasi, Hwang Hyunjin?"

"Apa pedulimu?" seloroh Hyunjin tidak acuh. "Minggir, aku mau mandi."

Akhirnya, tangan kokoh itu melonggarkan tautannya. Hyunjin melepaskan diri segera. Turun dari tempat tidur dengan keadaan telanjang bulat dan berjalan santai ke arah kamar mandi di sudut kamar.

Iris biru itu mengintip sebelah dari kelopaknya. Menyeringai tipis melihat pemandangan indah sebagai asupan pagi hari. Niatnya semalam menelanjangi Hyunjin adalah untuk membuatnya merasa terancam, bukan untuk ini. "Kamu lagi godain saya?"

Tangan Hyunjin berhenti di kenop pintu kamar mandi. Lantas mahkota legamnya menoleh ke arah seonggok pirang di tempat tidur yang tadi berada dalam selimut yang sama bersamanya. "Kamu tergoda?"

"Kamu indah. Siapa yang gak tergoda dengan itu?" Chris membuka kedua matanya dengan benar sekarang. Menelisik tiap jengkal tubuh Hyunjin yang terpampang gratis di sana.

"Tapi aku kan cowok," gumam Hyunjin.

"Saya bi," sahut Chris singkat.

Hyunjin mendengkus muak. Lalu masuk ke kamar mandi untuk melakukan ritualnya. Dia baru beranjak dari tempat tidur pagi ini karena semalam dia masih syok akan kenyataan dia diculik oleh seorang bule entah siapa dan terpaksa terkurung di sini. Iya, dia syok karena diculik, bukan karena terbangun dengan keadaan telanjang. Hal itu sudah sering terjadi karena dia sering tidur dengan para jalang dan gigolo kelab malam sampai pagi.

Biasanya, Hyunjin tidak memakan waktu banyak untuk mandi. Namun, kali ini lima belas menit kemudian, dia baru keluar kamar mandi dengan bathrobe putih menutupi tubuhnya. Kepalanya diusak dengan handuk kecil untuk mengeringkan helai legamnya. Bersyukur fasilitas di sini sangat mewah. Entah siapa seorang Chris ini.

Di kamar, Hyunjin melihat tempat tidur sudah rapi dan Chris sudah raib. Nampan berisi makanan di meja nakas samping pintu berubah menu. Dari yang awalnya daging steik dan red wine, kini jadi roti isi, salad buah, dan susu vanila hangat.

Hyunjin meneguk dulu susu hangatnya sekali, lalu melahap roti isinya khidmat. Kaki jenjangnya berjalan ke arah pintu kaca balkon dan mencoba membukanya. Sialnya ini dikunci. Hyunjin mendengkus lagi.

Jangan-jangan lubang ventilasi juga dikunci? Pikirnya merinding.

Menghabiskan satu potong roti isinya sambil berjalan-jalan melihat keadaan kamar. Satu tempat tidur king-sized, tiga meja nakas, satu set meja-kursi ukuran sedang di sudut lain, kamar mandi, walk in closet, ditambah dua CCTV di kamar dan satu di kamar mandi. Oh, satu lagi di walk in closet. Seketat itu. Hyunjin penasaran apa di bawah tempat tidur dan laci meja nakas juga ada CCTV-nya?

Hyunjin memeriksa salah satu laci meja nakas di samping tempat tidur. Kali saja ada kunci pintu balkon. Namun, di sana nihil. Bahkan di sini tidak ada telepon rumah. Hiasan nakasnya hanya lampu meja.

"Rapunzel," gumam Hyunjin. Apa mulai sekarang dia harus memanjangkan rambut legamnya?

Tentu tidak.

Setelah kenyang, Hyunjin memakai pakaian tertutup. Hoodie dan celana jins hitam, juga sepatu kets putih. Karena semua akses keluar ditutup, maka akan dia buat jalan keluar sendiri. Lampu meja di nakas dia cabut kabelnya dari stop kontak. Lalu sekuat tenaga melemparnya ke pintu kaca balkon. Suara kaca pecah terdengar memekakkan telinga. Lubang agak besar tercipta dari sana. Hyunjin angkat sebuah kursi untuk memecahkan bagian tajam lainnya. Setelahnya, dia keluar dari sana. Namun, begitu sampai di balkon, dia sempat mundur sejenak.

"Lantai tiga dong, bangsat," gumam Hyunjin mengumpat.

Lamunannya buyar ketika suara ribut di pintu kamar terdengar rungunya. Hyunjin tidak punya pilihan. Dia mengedikkan bahunya dan berdoa banyak-banyak. Memanjat besi pembatas, lalu menjatuhkan dirinya dari sana berusaha menapak kaki dulu. Bersyukur dia jatuh aman ke rerumputan halaman samping rumah megah itu. Di atas sana, para manusia berbadan besar dan pelayan wanita berseru memanggilnya panik. Tentu mereka tidak mau dapat hukuman dari bos mereka yang tegas dan perfeksionis itu.

Agak terhuyung, Hyunjin berdiri. Rasanya tadi kepalanya ditarik kuat gravitasi bumi. Hyunjin celingukan. Rumah ini dipagari semak belukar rapat setinggi dua meter. Tidak mungkin dilompati atau diterobos. Namun, mata kucingnya menemukan celah. Sepertinya rusak karena binatang liar. Hyunjin berjongkok dan mulai merangkak masuk ke antara belukar. Melarikan diri lewat sana. Untung badannya ramping.

TBC

.
.
.
.
.
.
.

—by devilbrush.

Don't foget to vomment, 여러분~!

How to EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang