#Chapter 03; Punishment 1

531 28 0
                                    

"BISA-BISANYA KALIAN SELAMBAT ITU NANGKAP DIA! KURANG JELAS APA KATA SAYA? JAGA DIA, JANGAN SAMPAI KABUR!" seru Chris murka. Aura mengintimidasinya makin kental kala melihat cuplikan CCTV rumahnya.

Awalnya, Chris tidak mau buang tenaga untuk emosi kala bawahannya melapor Hyunjin kabur ketika dia berada di kantor. Dia kira Hyunjin kabur dengan cara piciknya tanpa sepengetahuan bawahannya sehingga dia tidak perlu menyembur murka pada bawahannya dengan emosi. Namun, anak itu kabur dengan cara paling terang-terangan dan tidak ada yang sempat menyentuhnya seujung kuku pun. Chris takjub bagaimana nekatnya si pemuda Hwang menghiraukan ancamannya sampai menjatuhkan diri dari lantai tiga rumahnya, tapi juga emosi setengah mati karena para pekerjanya terlalu berleha-leha sampai kecolongan.

"KALIAN SEMUA SAYA PECAT!"

"Ah, tapi Tuan—"

"KELUAR DARI SINI!"

Mereka tidak punya pilihan. Bersikukuh hanya akan membuat kepala mereka berlubang. Dengan berat hati dan kepala tertunduk, mereka keluar dari rumah megah Chris satu per satu.

"Satu." Tangan besar Chris merogoh saku dan menarik ponsel. Menghubungi salah satu asisten kepercayaannya yang dia yakini sedang ada di luar.

"Selamat sore, Tuan Chris. Ada yang bisa saya bantu?" sahut dari seberang cepat tanggap.

"Tolong carikan saya pelayan, bodyguard, dan security baru untuk di tempatkan di rumah," pinta Chris selagi mengatur emosinya.

Ada satu detik tanpa tanggapan, tapi detik berikutnya sahutan mantap terdengar. "Siap, Tuan." Tidak banyak bertanya pada sang atasan kenapa dia mendapat tugas seperti itu, yang penting kerjakan saja dan dia digaji. Meski dalam benak orang di seberang sana juga tidak menampik bahwa dia amat penasaran, kenapa ini begitu tiba-tiba? Ke mana raibnya semua pekerja di rumah atasan bulenya itu?

"Kamu ada di mana, Yen?" tanya Chris.

"Di jalan, Tuan."

"Kamu, cari Hwang Hyunjin sampai dapat," titah Chris tegas.

Terpecahkan sudah kenapa Chris meminta semua itu tadi. Sepertinya Hwang Hyunjin-nya kabur setelah dia culik kemarin malam, dan Chris memecat semua pekerja di rumahnya tanpa terkecuali karena kecolongan. "Dimengerti, Tuan," sahut Jeongin.

Sambil bersenandung kecil, dia menelepon pacarnya soal pelayan, bodyguard, dan security. Tanpa memakan banyak waktu, urusan satu itu sudah selesai selagi Jeongin menyetir dan melihat-lihat tiap orang berlalu-lalang di tengah padatnya ibu kota pada waktu pulang sekolah dan kantor. Hyunjin bisa ada di mana saja dan Jeongin sedang mencari peruntungan di tengah kota. Kali saja. Meski rumah Chris di sisi kota dan dikelilingi hutan pinus, sepertinya kalau dia jadi Hyunjin, pasti tetap akan cari peradaban untuk hidup dibanding lari ke gunung di belakang hutan. Terlebih, si pemuda Hwang pasti tidak mungkin kembali ke apartemennya, itu terlalu berisiko tertangkap lagi.

Hingga mobil sedannya berbelok di salah satu tikungan dan menemukan seseorang terduduk dengan kepala tertunduk dan wajah tertekuk di salah satu halte bus sepi. Hoodie dan celana jins hitam, juga sepatu kets putih.

Jeongin menghentikan mobilnya tepat di depan si manis dan menurunkan kaca jendela mobil. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya hingga semua tugasnya lancar seperti air yang mengalir dari hulu gunung ke perairan dangkal. "Hai, manis! Tersesat?" sapanya dengan senyum merekah.

***

Rahang itu mengeras, tatapannya tajam, dan ekspresinya dingin. Dalam sekali hentak, tangannya meraih lengan Hyunjin dan menariknya keluar sedan hitam yang dikendarai Jeongin.

"Argh!" serunya meringis karena cengkeraman yang amat kuat. "Lepasin aku! Yak, Ayen! Pengkhianat kamu!"

"Kamu yang pengkhianat," desis Chris tajam.

Hyunjin menoleh pada si pirang. "Apa-apaan kamu, Pirang!?" hardik Hyunjin berani.

Namun, langkah besar-besar Chris tidak bisa dia imbangi. Akhirnya dia terseret sadis sampai lantai tiga dan dibanting masuk ke kamar yang cukup familier untuknya. Hyunjin melirik balkon yang lagi-lagi jadi satu-satunya pencahayaan remang dalam kamar. Pintu kacanya sudah diperbaiki. Kelereng hitamnya bergulir lagi ke meja nakas. Sepertinya lampu mejanya juga sudah diganti dengan yang baru.

Hyunjin mendudukkan dirinya di lantai karena tadi dia sempat terjerembab karena dorongan Chris. Pintu dikunci rapat dan Chris menyalakan lampu. Seketika cahaya terang benderang dari lampu chandelier di langit-langit kamar menerangi tiap sudut ruangan.

"Buka semua pakaianmu," titah Chris kentara emosi.

Hyunjin beringsut mendekati tempat tidur. "Buat apa?" tanyanya waswas. Ini bukan waktu yang tepat untuk bercinta, bukan?

"Buka atau saya bukain buat kamu?!" Nada Chris naik.

Hyunjin jelas keras kepala. "Gak mau!" jawabnya menyentak.

Terpaksa Chris turun tangan. Melepas hoodie, sepatu, celana jins, dan dalaman yang dikenakan Hyunjin, meski dengan banyak rontaan diterimanya. "DIAM, HWANG HYUNJIN!"

Hyunjin tertegun kaget. Namun, setelahnya mendengkus dan menatap Chris tajam.

"Saya ngomong apa soal kalau kamu kabur dari sini? Mau dihukum, hm?" tanya Chris dengan nada yang dalam. "Answer me, you bad kitten!" Chris menarik lengan Hyunjin lagi hingga sang empu berdiri, lalu membalik tubuh ramping itu untuk memunggunginya.

Namun, Hyunjin masih bungkam.

"Alright. Anak kucing yang nakal tetap harus diberi pelajaran, bukan begitu, kucingku? Sepuluh pukulan untuk hukumanmu yang pertama. Hitung dengan benar, Hyunjin. Salah hitungan, ulang dari awal. Saya gak bakal berhenti sampai kamu menghitung dengan benar. Understand?"

Hyunjin tidak mengangguk pun menjawab. Dengan geram, satu tamparan keras mendarat di bokong kanan Hyunjin tanpa aba-aba. "Argh!" teriak Hyunjin kaget. "You, jerk! What are y—ARGH!" satu tamparan lagi di belah bokong kiri.

"Counting, kitten. Kita bisa lakukan ini semalaman kalau kamu mau," perintah Chris tegas. Satu tamparan lagi di kanan.

Hyunjin mendesis ngilu. Bekas tamparannya baru terasa panas dan terasa menyebar di seluruh permukaan pantatnya. Sial, yang bisa dia lakukan cuma meremas masing-masing kepalan tangannya di sisi tubuh. Mau melawan pun Chris jelas bukan tandingannya.

"Hwang Hyunjin?" tagih Chris ketika pukulan kelima dia layangkan.

Hyunjin menggigit bibir bawahnya menahan isak. Satu pukulan lagi dan itu memperparah keadaannya. "S-Satu," mulai Hyunjin karena kakinya mulai bergetar. Kerongkongannya lelah menjerit sakit.

Beberapa pukulan lain yang dia hitung akhirnya mengundang air matanya jatuh. Hyunjin sudah tidak bisa menahannya. "T-Tujuh ... ssshh ...."

Hyunjin rasa pantatnya sudah kebas. Selain rasa perih dan panas, dia tidak lagi bisa merasakan pantatnya bergetar saking kerasnya pukulan Chris atau seberapa lebarnya telapak tangan Chris begitu menyapa pipi pantatnya dengan sadis. "S-Sepuluh."

Tubuhnya ambruk seketika dan dengan sigap ditangkap lengan kokoh Chris sebelum menghantam lantai. Isakan sakit terdengar cukup jelas memenuhi kamar. Bahkan tubuh Hyunjin bergetar konstan bukan karena tangisan. Tubuhnya syok akan rasa sakit sampai bergetar ketakutan.

"Jangan kabur lagi. Tempatmu di sini," bisik Chris lembut di telinga yang lebih muda. "Saya bakal selalu menemukanmu ke manapun kamu pergi, Hwang Hyunjin. Kamu milik saya."

Hyunjin tidak menjawab. Hanya merintih sakit karena pantatnya terasa berdenyut hebat sekarang. Chris memeluk yang lebih muda dalam dekapan hangat. Hyunjin jatuh tertidur kemudian. Namun, sempat dia dengar, "Saya minta maaf, Hyunjin."

TBC

.
.
.
.
.
.
.

—by devilbrush.

Don't foget to vomment, 여러분~!

How to EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang