#Chapter 09; Cheese

204 17 0
                                    

"Lihat! Lihat ini, Chris! Dia cantik, bukan?" Mommy-nya menyodorkan sebuah foto gadis cantik ke arah Chris.

Si Pirang menghela napas dan menggeser balik foto itu ke arah Mommy-nya. "Mom, berhentilah menjodohkanku dengan orang-orang dari biro jodoh."

"Ya lalu?" tanya Mommy-nya polos. "Kamu dua puluh tiga tahun dan cuma berkecimpung dengan berkas, dan dua asisten kepercayaanmu. Dua asistenmu aja udah pacaran. Kamu kapan?"

"Aku masih muda, Mom. Gak usah buru-burulah," ucap Chris lelah. Dia muak selalu disodori jadwal kencan buta tujuh kali dalam seminggu. Sehabis pulang kantor, dia harus menemui gadis-gadis itu di kafe atau restoran. Mommy-nya yang mengatur semua jadwal.

"Dua asistenmu itu juga lebih muda darimu," seloroh Mommy-nya sebal. Sebut saja wanita empat puluhan itu iri karena anaknya belum juga menggandeng seseorang, sedangkan tiap dia ke sini dua asisten anaknya selalu bermesraan berdua.

"Mommy!" rengek Chris mengeluh. Serius? Waktu makan siangnya harus habis demi celotehan soal jodoh dari Mommy-nya? Chris itu tampan. Harusnya Mommy-nya tidak perlu khawatir.

"Terakhir! Yang ini gimana?" Wanita itu kembali menyodorkan sebuah foto. Kali ini berisi potret lelaki manis yang indah. Senyum lebarnya membentuk mata kucing sipitnya jadi bulan sabit. "Dia bukan dari biro jodoh lagi. Dia anak dari salah satu rekan bisnis keluarga kita."

Chris terdiam sambil meniliti foto di tangannya. Iris birunya tidak berkedip menatap seseorang dalam foto itu.

"Dia cantik, 'kan?" goda Mommy-nya dengan binar penuh harap dan senyum mengembang.

Chris mengangguk seadanya.

"Jadi? Mau?" Mommy-nya sudah gemas dengan jawaban Chris.

"Terserah."

"Yeay!" Mommy-nya memekik pelan sambil bertepuk tangan seperti anak kecil. Senang dapat lampu kuning dari anaknya.

***

Semalaman Chris berkeliling di jalanan ibu kota. Bukannya ketemu Hyunjin, dia malah ketemu Jeongin yang juga memberi laporan kurang memuaskan. Si Rubah itu masih mencari hingga sekarang.

Pukul empat pagi, Chris memutuskan pulang terlebih dahulu. Pagi ini dia harus ke kantor untuk rapat kecil. Sifatnya yang workaholic dan perfeksionis mencegahnya absen setor wajah ke hadapan karyawannya.

Rapat kantor berjalan lancar. Pukul sebelas siang, Chris sudah senggang. Sambil melonggarkan dasinya dia kembali menghubungi Jeongin. Kabarnya masih belum bagus. Chris menggeram frustrasi.

"Tuan Chris, ada tamu," ujar Seungmin di pintu ruangannya sambil membuka lebih lebar pintunya. Setelah tamunya masuk, Seungmin permisi keluar karena ini sudah waktunya makan siang.

"Astaga, anakku kenapa berantakan sekali, hm?" tanya sang tamu khawatir. Tangan halusnya menangkup pipi tirus Chris. Iris biru yang sama dengan anaknya itu menelisik tiap gurat wajah Chris yang frustrasi. Tidak lupa matanya yang agak memerah dan kantung mata yang mulai menghitam. Sepertinya kurang tidur. "Ada apa, Chris?"

Chris mengajak Mommy-nya duduk di sofa yang ada di ruangannya. Lalu memeluk Mommy-nya erat. Wajahnya dibenamkan ke bahu sempit wanita berusia kepala empat itu dengan manja. "Hwang Hyunjin."

"Ada apa sama dia?" Tangan lentiknya balas memeluk. Mengusap rambut pirang Chris yang lagi-lagi mirip sepertinya.

"Kabur lagi." Chris menghela napas lelah.

"Kabur?" ulang Mommy-nya agak mematung.

"Sejak kemarin belum ketemu," adu Chris lalu mengerang frustrasi lagi. "Aku capek, Mom. Dia gak suka sama aku."

How to EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang