#Chapter 12; Healing 3

198 18 0
                                    

Sayangnya, Hyunjin tidak peduli. Dia tetap akan pergi dari sini. Siapa peduli dengan Chris yang mungkin saja seorang maniak yang patut diwaspadai? Hyunjin masih ragu mau menganggap Si Pirang itu baik atau jahat, karena kalau dari kaca mata kucing milik Hyunjin, yang lain suci, dia penuh dosa. Dia tidak akan menampik hal itu.

Sejak dia punya choker baru di lehernya, Chris mengizinkannya berkeliaran di area rumah. Bahkan pintu kaca balkon tidak lagi dikunci. Hyunjin sih senang, tapi patut curiga juga ada apa.

Pagi ini dia sudah rapi dan manis. Iseng, dia pergi ke depan menuju gerbang. Menyapa security rumah yang sedang membuka gerbang untuk jalan mobil sang tuan rumah berangkat ke kantor dengan ramah.

Sebenarnya dia ragu, tapi penasaran. Dia mengayunkan tungkai, satu langkah keluar gerbang. Pupilnya kembali membesar merasakan sengatan ke sekujur tubuh dari choker-nya. Hyunjin meringis kecil sampai mundur dan jatuh terduduk. Napasnya tersengal karena terkejut.

"Oh, shit," gumam Hyunjin. Dia tidak akan punya kesempatan.

Lengannya ditarik hingga berdiri kemudian. "Jangan nakal, Hyunjin. Tetap di rumah," peringat Chris yang menghampirinya. Si Pirang khawatir ketika Hyunjin terduduk di gerbang rumah.

Hyunjin menoleh dan menyipitkan mata kucingnya menuding Chris. Dia tepis tangan Chris di lengannya dan berjalan cepat kembali ke rumah. Chris terkekeh melihat itu. Sepertinya Hyunjin tahu batasannya.

***

Jeongin kembali lagi ke sini. Dia tersenyum menyapa resepsionis wanita di lobi apartemen Hyunjin di Incheon. Masuk ke lift, naik ke lantai tiga. Memasukkan password yang diberitahu Hyunjin lewat Chris, lalu masuk dan membawa barang-barang Hyunjin. Memasukkannya ke ransel Si Manis. Tidak perlu waktu lama. Dia keluar apartemen, memastikannya tertutup dan terkunci dengan benar.

Sesampainya kembali di lobi, Jeongin kembali menyapa senyum Si Resepsionis. Masuk ke mobilnya dan menerima panggilan ke ponselnya yang sejak tadi bergetar.

"Ya, Sayang?"

"Eh?" Jeongin terkekeh pelan. Di seberang sana pasti Seungmin sedang mematung dengan wajah memerah tersipu malu. "Kamu apa-apaan, sih? Ke mana aja?"

"Lagi tugas, Seungie. Maaf baru ngangkat telepon."

"Lho? Kamu ke Incheon sekarang?"

"Iya, kenapa?"

"Um ... gak apa-apa. Cepet balik, ya."

"Yakin?"

"Iya. Kamu selamat aja dulu di perjalanan. Nanti kita makan malem bareng," ucap Seungmin cepat. Berusaha menutupi kegugupannya.

"Oh, mau ngajak makan siang, ya?" tebak Jeongin tepat. Dia terkekeh lagi karena dengar ringisan Seungmin sebab ketahuan. "Maaf ya, Seungie. Siang ini gak bisa. Aku masih di jalan mau balik ke Seoul, nih. Nanti malam aku culik kamu dari kantor."

Seungmin tertawa kecil. "Okayo," responsnya lucu.

***

Chris meletakkan tas ransel Hyunjin di atas tempat tidur Si Manis setelah mereka makan malam. Hyunjin meliriknya sejenak, sebelum menghampiri tasnya dengan legam berbinar. Segera dibukanya si tas ransel dan mencari sesuatu di dalam sana. Tidak lama, dia menarik iPad-nya keluar dengan wajah berseri.

"Habis dibantuin bilang apa, Hyunjin?" tagih Chris gemas karena Hyunjin malah beranjak duduk bersandar di kepala tempat tidur.

"Makasih," jawab Hyunjin tidak ikhlas.

"Cium dulu sini." Chris mendekat.

Hyunjin beringsut menjauh. "Yang ngambilin kan Ayen."

"Terus kamu mau cium Ayen? Gak bolehlah. Nanti aku marah, pacarnya juga marah. Kamu mau dihukum dua orang?" ancam Chris.

Hyunjin bergidik. "Dahlah, minggir. Aku sibuk."

"Sok sibuk," cibir Chris.

"Iyalah. Emang kamu doang yang bisa sibuk," cibir Hyunjin balik. Dia kan selalu ditinggal Chris tiap hari dari selesai sarapan sampai sore.

Alih-alih membiarkan Hyunjin sendirian, Chris malah keluar kamar dan kembali dengan laptopnya. Pikirnya, lebih baik sibuk bersama daripada dia melewatkan kesempatan menikmati wajah indah itu dalam mode serius. Mata kucing Hyunjin hanya bergulir menatap layar iPad tanpa peduli sekitar dan itu menggemaskan dengan bibir tebal yang sesekali mencebik. Didudukkannya diri di samping Si Manis yang kelihatan tidak keberatan. Ikut bersandar di kepala tempat tidur dan sesekali mengintip kegiatan Hyunjin tanpa ingin mengganggu.

Sementara Hyunjin memeriksa email yang masuk setelah beberapa hari dia bahkan lupa di mana keberadaan barang-barang elektroniknya. Ada beberapa acara yang dia lewatkan, tapi itu tidak berarti apa-apa. Namun, ada satu acara penting yang akan diadakan lusa. Hyunjin harus datang.

Diliriknya Si Pirang di samping yang juga serius pada kegiatannya. Hyunjin kembali melirik layar iPad-nya. Dilirik lagi keberadaan yang lebih tua dan kembali pada layar di tangannya. Untuk ketiga kalinya, pandangan mereka bersirobok. Iris biru itu menatapnya canggung setengah kikuk karena merasa tertangkap basah ketahuan memerhatikan, sedangkan kelereng hitam Hyunjin menatapnya balik dengan ragu.

"Ada apa?" tanya Chris akhirnya. Karena Hyunjin terlihat seperti butuh sesuatu.

"Ng ... itu, aku ... ada acara di luar, Chris. Penting dan aku harus datang," ucap Hyunjin. Seketika pikirannya tertuju pada si choker. Bagaimana caranya keluar rumah tanpa menyakiti diri sendiri? Hyunjin tidak bisa keluar dari area rumah Chris karena kalung laknat ini. "Tapi ini gimana?" tunjuknya pada choker di leher.

Chris berpikir sejenak sebelum menjawab, "Ada syaratnya, Sweet."

Hyunjin mengerang. Perasaannya tidak enak soal persyaratan ini. Pasti ujung-ujungnya akan memberatkan dirinya. Namun, Hyunjin mencoba berpikir lurus dulu sekalipun tingkahnya tidak selurus itu. "Tadi kamu minta cium, 'kan? Sini!" Hyunjin membentangkan kedua tangannya agar Chris bisa memeluk dan mengerucutkan sedikit bibir tebalnya agar Chris langsung menciumnya.

Chris terkekeh. Meletakkan laptopnya di meja atas tempat tidur dan dia geser agak jauh agar tidak tertendang atau tertimpa kaki panjangnya. Kemudian mendekat dan melingkarkan tangan kokohnya di pinggang ramping Hyunjin, lalu mengecup bibir tebalnya sekilas. "Bukan cuma ini, Sweet."

Hyunjin memutar kelereng hitamnya malas. "Terus kamu mau apa lagi?" Heran deh, banyak maunya. Padahal dia cuma minta izin keluar rumah dengan aman saja. Ya, meski kalau ada kesempatan kabur, kenapa tidak?

"Malam ini kamu harus tidur di pelukanku," jawab Chris.

"Lah, itu kan udah biasa," celetuk Hyunjin gagal paham. Dahinya mengernyit dan sebelah tangannya menggaruk belakang kepala.

Chris mengangguk. "Terakhir," ucap Chris serius, "aku ikut."

"Ikut?" ulang Hyunjin ragu, "tapi ...."

"Tanpa aku, kamu gak bisa keluar dengan aman. Karena aku gak bakal lepasin choker itu dari lehermu," ujar Chris serius. Disandarkannya kepala di bahu Hyunjin dengan nyaman. Lalu memejamkan mata menikmati momennya sendiri.

Sementara Hyunjin masih terpekur sendiri memikirkan syarat terakhir. Apa tidak berisiko membawa Chris ke acara penting itu? Meski sebenarnya tidak ada risiko yang benar-benar akan dia tanggung, tapi Hyunjin sedikit tidak nyaman. Dia tidak pernah membawa siapapun ke acara-acara formalnya dan ini akan jadi yang pertama kalinya. "Yakin mau ikut?" tanya Hyunjin lagi.

"Yakin mau ngelewatin acaranya?" tanya Chris dengan ancaman tersirat.

Hyunjin mendengkus kasar. Iya, dia tidak punya pilihan.

TBC

.
.
.
.
.
.
.

—by devilbrush.

Don't forget to vomment, 여러분~!

How to EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang