"Dengerin aku. Kepalamu kena benturan keras, leher luka, sudut bibir juga. Dua tulang rusuk patah menembus paru-paru dan dapat banyak jahitan. Belum lagi lecet parah di empat pergelangan. Rasanya aku lebih memilih lihat kamu bergelantungan di balkon lantai sepuluh daripada diam gak ke mana-mana dengan luka sekujur tubuh," omel Chris serius menatap sosok yang kini menahan tawa karena rasa nyeri yang akan mendera kalau itu terjadi.
Hyunjin terbangun tepat satu jam sebelum hari berganti. Chris yang menunggu dalam gelisah seketika menekan tombol darurat di samping tempat tidur pasien karena Hyunjin sudah memerlihatkan kelereng hitamnya yang kali ini meredup.
Sekarang matahari sudah meninggi. Dua keluarga sudah pamit pulang kembali karena merasa Hyunjin ada yang menjaga. Sesekali mereka akan datang menjenguk nanti.
"Kamu marah?"
"Aku khawatir!" hardik Chris kesal.
"Makasih," gumam Hyunjin menyahut dengan nada menyebalkan.
"Kalau aku gak berhasil nemuin kamu malam itu, lehermu pasti udah punya ukiran panjang yang estetik di sana," sungut Chris masih belum berhenti.
"Terus kamu bakal nemuin aku di koran pagi," timpal orang yang masih berbaring lemah di atas tempat tidur pasien ruangan VVIP, "lelucon yang bagus, Chris."
Keadaan hening kemudian. Hyunjin melamun menatap selimut yang menghangatkan tubuhnya, sedangkan Chris asyik menatap wajah Si Manis yang masih penuh luka.
"Sekarang di mana Si Brengsek Tua itu?" tanya Hyunjin pelan.
"Di penjara, tentu saja," jawab Chris santai.
"Setelah aku pulih dan boleh keluar dari rumah sakit, aku mau menemuinya," gumam Hyunjin.
"Apa?"
Si Legam menoleh. "Boleh? Temani aku."
Chris terdiam sebentar. Menatap kelereng hitam yang penuh harap itu dan berakhir mengangguk juga. Dia tidak bisa menolak kalau Hyunjin sudah menyodorkan ekspresi aneh-aneh padanya. "Okay, tapi pastikan kamu sembuh dulu."
"Aku bakal sembuh dengan cepat, Chris," sombongnya di balik masker oksigen.
***
Jalan bulan kedua, Hyunjin sudah pulih dan tinggal rawat jalan. Rumah sakit sudah memerbolehkannya pulang ke rumah dengan banyak catatan kesehatan yang harus dipenuhi. Namun, sesuai janji Chris, dia akan menemani Si Manis ke penjara. Bertemu seseorang yang sudah menorehkan luka fisik pada Si Pemuda Hwang. Hanya sebentar.
"Kamu bebas," ujar Hyunjin memulai. Bibir pucatnya menarik senyum kecil yang tulus.
Pria tua di depannya mengerjap bingung. "Apa maksudmu?"
"Saya mencabut tuntutan dan sekarang kamu bebas," jelas Hyunjin sambil menggeser sebuah amplop besar yang terlihat cukup tebal di atas meja. "Saya punya sedikit saham di MR Corp. Perusahaan itu sudah bangkit kembali dan jadi lebih baik tahun ini. Ramalannya mereka akan menanjak di akhir tahun. Ambillah. Sudah saya balik nama atas namamu."
Hyunjin tidak lagi memusuhi Jeongin. Asisten Chris itu membantunya mengurus segala tektek-bengek balik nama saham selama Hyunjin di rumah sakit. Juga mengabulkan permintaannya untuk mencabut tuntutan Chris atas hukuman pria tua itu. Chris luluh untuk mencabut tuntutannya hanya karena mata kucing Hyunjin yang berdampak besar untuk membolak-balik perasaannya.
"H-Hwang Hyunjin," gumamnya tidak percaya.
"Beberapa bulan terakhir, uangnya belum saya cairkan. Kamu bisa cairkan itu untuk pengobatan istrimu. Maaf juga soal anakmu. Lain kali, tolong jangan bertindak bodoh dengan melakukan kejahatan. Cukup kami yang jahat, kamu jangan," guraunya penuh makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape
FanfictionBebas adalah hak seluruh makhluk hidup. Bebas itu pilihan. Bebas itu prinsip. Maka jika tidak bisa bebas, melarikan diri adalah cara pertama. Biar kuberitahu caranya di sini.