Pasien pun mulai di panggil satu per satu, sampai akhir nya tiba waktu nya bagi Jihoon untuk di periksa sang dokter.
"Hi little boy" sapa sang dokter
"Selamat pagi dokter" balas Rose sambil melambaikan tangan Jihoon yang langsung tersenyum lebar.
"Mari kita periksa, ada keluhan apa baby boy?" Tanya sang dokter menggoda Jihoon, Rio dan Rose pun duduk menghadap sang dokter.
"Jihoon putra kami ini telah berusia empat bulan dokter, tapi dia tidak pernah menggerakan kedua laki nya" Rose menjelaskan apa yang menjadi kekhawatiran nya.
"Baiklah, bisa tolong baringkan Jihoon disana" tunjuk sang dokter, dan bayi itu pun di baringkan.
"Ini tiger milik Jihoon" sang ayah menyerahkan mainan berbentuk harimau kesukaan Jihoon yang langsung memainkan nya, agar ia tenang dan tak rewel, dokter pun mulai memeriksa kedua kaki Jihoon, termasuk menggunakan hammer reflex yang ia pukul-pukul kan secara berlahan di kedua lutut Jihoon.
Tapi bocah itu tak bereaksi, kedua kaki nya tak bergerak sama sekali, Rio dan Rose pun langsung bertatapan cemas, mereka hanya bisa diam sambil sesekali mengusap-usap kepala Jihoon yang masih asyik bermain dengan tiger nya, sang dokter nampak bergumam menyampaikan sesuatu pada perawat nya, butuh waktu dua puluh menit lebih bagi sang dokter untuk memastikan nya.
"Mari ikut saya" ujar sang dokter, Rio langsung menggendong kembali putra nya, dan duduk bersama sang istri di hadapan sang dokter yang memeriksa Jihoon.
"Sebelum nya apa ada riwayat tertentu tentang Jihoon, selama kehamilan nya atau mengalami sesuatu?" Tanya dokter, rio dan Rose bertatapan ragu.
"Kami tidak tahu dok, karena Jihoon kami adopsi empat bulan yang lalu, jadi kami tidak tahu riwayat kehamilan mama nya atau apa pun tentang Johoon" jawab Rio, dokter pun mengangguk-angguk mengerti.
"Jadi begini, Jihoon mengalami kelumpuhan bawaan" beritahu sang dokter tentang hasil pemeriksaan pada Jihoon.
Duar
Rose dan Rio bagaikan di sambar petir di siang hari, mendengar vonis dokter, kedua nya terdiam berusaha tegar.
"Apa itu bisa di sembuhkan dok?" Tanya Rio, dokter menggeleng.
"Banyak faktor penyebab Jihoon mengalami kelumpuhan semenjak lahir, bisa karena faktor genetika, atau bisa juga sang ibu mengalami kecelakaan atau benturan saat mengandung Jihoon, jadi membuat otot di kedua kaki nya mengalami kelumpuhan" jelas dokter, kaki Rio dan Rose gemetar menerima penjelasan sang dokter.
Mereka kemudian keluar, Rose mengambil alih Jihoon dari gendongan Rio, di lorong rumah sakit akhir nya tangis Rose pun pecah, Rio pun memeluk nya, berusaha menghibur sang istri.
"Kita akan tetap merawat dan mengasuhnya kan oppa?" Tanya Rose dalam isakan nya, ia sudah terlanjur menganggap Jihoon seperti anak kandung nya sendiri, jadi ia takut Rio akan membuang nya seperti orang tua kandung Jihoon dulu
"Tentu Rose, kita tetap akan merawat nya, tak peduli dengan apa yang menimpa nya, karena dia anak kita" balas Rio yang juga telah menyayangi dan mencintai Jihoon seperti anak nya sendiri, yang di tangisi hanya bisa menatap polos pada ibu dan ayah nya yang menangis sambil berpelukan, ia tentu belum paham dengan apa yang terjadi.
"Jangan menangis, Jihoon akan baik-baik saja" Rio masih memeluk sang istri, hati orang tua mana yang tidak hancur mendengar anak nya mengalami kelumpuhan semenjak lahir, walau bukan anak kandung, tapi kehadiran Jihoon nyatanya membawa kebahagiaan untuk pasangan suami istri Rose dan Rio, itulah sebab nya mereka mencintai dan menyayangi Jihoon dengan tulus, karena memberi mereka kesempatan bagaimana rasa nya menjadi orang tua, Rio menempelkan bibir nya diatas kepala sang istri.
"Kita pulang ya" ajak nya, dan Rose hanya bisa mengangguk, Jihoon mengerutkan kening nya, menatap wajah serius sang mama seolah bertanya "kenapa mama menangis?"
"Lihat lah, Jihoon mencemaskan mu" ujar Rio.
"Mama baik-baik saja Jihoon-ie" ucap Rose dengan suara serak nya, lalu menciumi wajah bayi nya itu.
Jihoon tertidur dalam perjalanan pulang, karena hari memang sudah siang, waktu nya ia tidur, Rio pun hari ini memutuskan untuk tidak bekerja, demi menemani sang istri di rumah, mengasuh Jihoon, karena Rose tidak baik-baik saja, ia masih sedih, meski tak menunjukan nya, setiba di rumah, ia menidurkan Jihoon di kamar mereka, lalu ia berganti dengan baju santai dan menyusul bayi nya tidur, Rio lah yang akhir nya memasak untuk makan siang.
Cup
Rio mencium pipi sang istri, Rose terjaga.
"Ayo makan siang dulu" ajak Rio
"Astaga oppa, maafkan aku, aku lupa untuk memasak makan siang" Rose langsung terduduk.
"Tidak apa-apa, aku sudah memasak, ayo" balas Rio, ia lalu ke dapur bersama sang istri.
"Kita akan membesarkan Jihoon sama seperti kita membesarkan anak-anak pada umum nya ne, kita tidak boleh memanjakan nya, dia harus mandiri agar tidak ketergantungan dengan kita nanti, sebab tak selama nya kita bisa mendampingi Jihoon selalu, manusia tidak ada yang tahu sampai usia berapa dia hidup" ujar Rio pada sang istri.
"Ne oppa, aku setuju, oppa akan membantu ku kan?"
"Tentu saja, aku ayah nya, pasti aku akan ikut bertanggung jawab untuk membantu istri ku" jaeab Rio menggenggam tangan sang istri diatas meja.
Jihoon sendiri mengalami kelumpuhan bawaan karena saat dalam kandungan, ia hendak di gugurkan dengan obat, sampai berkali-kali, karena memang dari awal ia tidak di harapkan oleh ayah nya, karena gagal, akhirnya Jihoon pun di pertahankan, tapi takdir berkata lain, efek obat itu membuat Jihoon terlahir istimewa, itulah kenapa ia di buang, karena begitu lahir, dokter sudah curiga dan dilakukan lah pemeriksaan beberapa hari setelah Jihoon lahir, dan iya, dia mengalami kekurangan sejak lahir.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Child
Fanfictiontentang pasangan Chaerio yang di karuniai seorang anak laki-laki istimewa